Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 06 September 2025

Immanuel Munthe Meneguhkan Kidung Hosea Tentang Kekekalan

- Jumat, 18 Maret 2016 13:19 WIB
991 view
Immanuel Munthe Meneguhkan Kidung Hosea Tentang Kekekalan
SIB/Dok
Pdt Dr Ir Immanuel Ginting Munthe MSi MT bersama keluarganya.
Tanah Karo (SIB)- Jejaring sosial kini menjadi pilihan banyak orang. Saking demannya dengan social media tersebut, siapa saja yang tak menjadi bagian dari Facebook dianggap kuno. “Saya bisa simpulkan, tidak sedikit orang berinteraksi dengan pertemanan instan tersebut dilatari persoalan pribadi atau menunjukkan ego individualisme. Misalnya, ada problem di rumah, lari ke dunia maya. Pertemanan dalam digital tak kekal. Bagaimana sekarang meneguhkan kekekalan sebagaimana dalam kidung seperti yang ditulis di Hosea 4: 6,” ujar Pdt Dr Ir Immanuel Ginting Munthe MSi MT sambil menunjuk ‘ketakjuban’ dan keheranannya pada generasi muda di Tanah Air yang lebih dekat dengan dunia maya ketimbang lingkungan sosialnya apalagi dengan rohaninya.

Menunjuk satu contoh, saat ikut mencari solusi mengurangi penderitaan pengungsi warga korban erupsi Gunung Sinabung, ia mampu memberi solusi tapi belum memuaskan hati karena belum berhasil menghadirkan kekekalan sesuai isi nats dimaksud.  “Gotong-royong mencari dan menemukan tempat hunian representatif perlu tapi lebih mutlak mencari, menemukan dan meneguhkan rumah sejati yakni menyatukan hati denganNya. Sangat indah dengan memedomani dan merealisir kehidupan bersamaNya sesuai Hosea 4: 6, umatku binasa karena tidak mengenal Tuhan...” ujar pengembala yang penampilan fisiknya lebih muda dari usia sesungguhnya, Kamis (17/3).

Segudang pekerjaan duniawi dilakoninya tapi ia ingin bergudang-gudang pekerjaan digeluti demi menuntun umat manusia agar tetap berpegang dan menghamba padaNya. Dalam pada pengupayaan tersebut, ia semakin risau karena semakin banyak anak-anak, remaja dan generasi muda semakin jauh dari altar dan rumahNya. Contoh konkritnya, gereja makin sepi dari anak muda  tapi semakin gempita kehidupan generasi muda dengan dunia maya.

Kondisi itu membuatnya memutar strategi dengan menjemput generasi muda gereja ke kehidupan surgawi. Bila gadget berisi janji kenikmatan sesaat, gereja harus memastikan bersamaNya memberi kenikmatan duniawi dan surgawi, selamanya. “Sekarang pendekatannya diubah. Gereja harus jadi keriangan yang padu. Injil kan sudah online dan bagian gereja dionlinekan,” tekadnya sambil menegaskan dalam mengajak anak-anak, remaja serta generasi muda dengan metode hiburan. “Generasi muda gereja saat ini pasti akrab dengan Facebook, Twitter, Instagram, Path serta lainnya. Di social media itulah ada petaka. Sekarang, mencontoh Tiongkok yang memfilter warganya dengan merilis Qzone, Tencent QQ, Sina Weibo dan Renren serta sejumlah lainnya. “Tiongkok memadukan media sosialnya dengan doktrin demi melindungi warganya. Rusia pun punya VKontakte  yang bertujuan serupa,” jelasnya.

***
Pdt Immanuel Munthe lahir di Medan pada 5 November 1961 sebagai satu-satunya putra (dari 5 bersaudara) pasangan Pdt N Munthe - Pdt S Sitepu. Besar dalam lingkungan gereja, orangtuanya yang Gembala Jemaat di Gereja Jemaat Allah Indonesia Medan memberi pengajaran yang sangat ketat padanya. Menimba ilmu di SD dan SMP Methodist Hang Tuah melanjut ke SMAN 1 Medan. Saat rekan sebayanya menuntut ilmu dengan sepedamotor, ia ingin memiliki juga. Orangtuanya memberinya tapi hanya kereta angin. Setelah membujuk, baru diberikan sesuai permintaan tapi keretanya rusak. Begitu diperbaiki, eh... nomor polisinya tidak ada. Minta sepedamotor tapi diberi sepeda. “Cara itu menjadikan saya dewasa dan liat!”

Sama halnya dalam kehidupan. Ia memedomani Ulangan 28 : 2 Maka; 1 Korintus 2: 14 dan Mazmur 24: 1 serta seluruh isi Alkitab yang memastikan kehidupan yang kekal. Bersamaan dengan pemahaman isi Injil itu, kidung yang menyemangatinya adalah Kami Memuji KebesaranMu. “Lagu itu akrab sejak kecil kemudian diperteguh oleh yang diajari Guru Studi Agama Pak Panjaitan dan Bu Simamora di SMAN 1 Medan,” kenang suami dari Ny Dr Elizabeth Sitepu MSi dan ayah dari Joel Munthe yang kini teknisi - enginering di Lion Air, Unice yang kini di FH UDA dan Sharon yang pelajar di SMAN2 Medan. (T/R9/f)


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru