Medan (SIB)- Novelis Tunggul Sitorus apes di Medan. Mantan jawara nyanyi Bintang Radio Televisi itu dirampok, sehari setelah merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-56. "Aku tak menyesali kejadian perampokan itu. Aku justru berdoa kiranya hasil rampokan itu dimanfaatkan secara positif, mungkin untuk menghidupi keluarga, anak dan istrinya. Tapi aku masih trauma. Lututku kadang masih bergetar membayangkan pisau ditodongkan ke mataku sambil memaksa merampas tas dari badanku," tulis pria yang membina ratusan remaja Medan itu di akun pribadinya, Rabu (8/2).
Tak sampai sejam cuitan tersebut beroleh lebih 100 ucapan simpatik dan mendoakannya. "Amalkan aja ya, Pak," tulis Pesi Simanullang sambil cerita, sehari sebelum insiden menimpa Tunggul Sitorus, di tempat yang sama terjadi hal serupa padanya.
Perampokan terjadi di Jalan Medan - Binjai dekat Pom Bensin Rajawali. Ahli gizi yang berkarier di Dinas Kesehatan Medan itu kehilangan surat berharga dan materi. Tetapi kasus yang menimpa Tunggul saat siang hari. "Jalanan ramai, lalu-lintas macet," jelasnya. "Aku ikhlas. Aku terus berdoa agar traumaku hilang pada si perampok," harap penulis novel Lelaki di Nada Minor tersebut.
Ucapan simpatik terus mengalir. Sondang M Sitorus juga cerita insiden yang dialaminya. Bedanya, ia dirampok dengan pistol dan harta keluarganya terkuras. "Awak jg manggalotar kakiku n mo tercampak2 jantung n darahku...Ada nodongkan pistol ke arahku n adikku, itoku..." tulisnya.
Rentetan kejadian membuat Ps Joshua Mangiring Sinaga berdoa dan mengajak para korban untuk mengampuni dan mengasihi karena cara demikian akan mentangkan berkat.
Mengenai perampokan yang menimpanya, Tunggul Sitorus tidak habis pikir karena kejadiannya siang menjelang petang. "Jalanan ramai, arus lalu-lintas macet. Tapi perampok beraksi tenang. Aduh, pisau itu masih membayang ketika diarahkan ke mataku. Seperti hendak mencongkel... Tuhan," tulisnya lagi.
Ketika disinggung apakah pengalamannya itu menjadi inspirasi tersendiri untuk menulis novel atau mencipta lagu. "Aku masih trauma. Bila ingat kejadian itu, lututku masih menggeltar," tulis pria yang novelnya, Cinta Bersayap - diedar secara indie - masuk kategori best seller. Tidak melapor ke yang berwajib? "Ah, tugas kepolisian sudah begitu berat. Urusan pribadiku, tak perlu dibebankan pada pihak lain. Saya hanya minta semua pihak untuk lebih hati-hati," tulisnya.
Menyusul novel perdananya, diluncurkan Lelaki di Nada Minor. Pendidik di SMAN 8 Medan dan supervisor dalam kerja bareng YPMI 7 dan 12 Medan itu terus mengingat kejadian karena memosisikannya untuk beresolusi.
Tunggul Sitorus melahirkan ratusan cerpen dan puluhan novel yang dipublikasi luas tapi yang dibukukan dua judul dimaksud. Karyanya yang paling berkesan adalah Dia yang Pergi tahun 1977 yang terbit di HR 'SIB' Medan. (T/R9/f)