Medan (SIB)
Lama tak ketemu dalam satu pementasan rohani, Pdt John Edward Manurung - Retta Sitorus bertatap muka di satu pusat keramaian di Medan, Senin (23/11). Pertemuan tanpa skenario itu justru lebih intens. Gembala Jemaat di GBI Jalan AH Nasution - Asrama Haji Pangkalan Masyhur Medan itu menamainya dengan 'balas dendam' positif. "Balas dendam tidak baik tapi menjadi positif ketika dimaknai dengan introspeksi, mengubah diri sendiri tanpa harus menyalahi orang lain. Dan ketika seorang individu mampu membuktikan dirinya tidak sama dengan yang dilabelkan pihak lain, itulah balas dendam terbaik," tulis hambaNya yang populer disapa Pdt Oni Barita Manurung tersebut.
Persuaan dengan Retta Sitorus diisi dengan dialog dan sharing mengenai proses aktif-kreatif dan inovatif. Di masa pandemi COvid-19, istri mantan crosser Yordan Sianipar itu lebih banyak di rumah. Mengurus buah hati semata wayangnya, Richelle Sianipar yang konon lebih dengan papanya ketimbang dengannya. Selain itu, bakat mencipta lagu mendapat momen terbaik.
Notaris alumni FH dan MKn dari USU Medan tersebut menciptakan sejumlah lagu. Ada yang dibawakan sendiri dan dinyanyikan artis lain. Yang dilantunkannya mengisi konten YouTube. "Yang terbaik itu adalah menuangkan ide untuk kegiatan positif dengan muara memuliakanNya," ujar perempuan yang memomulerkan ‘Kaka Alopa’ tersebut.
Lagu lain ciptaannya yang terpublikasi adalah berisi duet dengan Frans Sirait. Kolaborasi dengan mantan personel Style Voice tersebut memberi aura baru baginya. Meski demikian, selalu ada yang kurang puas di hatinya. Satu di antaranya harus tetap physical distancing dan menghindari kerumunan di saat merayakan hari-hari bersejarah.
Dalam mencipta dan membawakan lagu, ia tetap memasukkan unsur idealis yakni melestarikan warisan leluhur. “Aku bahagia karena terus bernyanyi memuliakan-Nya dan menjaga warisan leluhur, etnik Batak,†ujar Retta.
Keinginan lain sebagai maksud 'balas dendam', ia ingin berkidung di tengah kebaktian kebangunan rohani (KKR) seperti sebelum wabah virus corona ada. Saat itu, Retta menjadi song leader dan berkidung bersama ribuan orang seperti dalam KKR dengan pembicara Erastus Sabdono. Meski tayangan di kanalnya disaksikan ribuan orang, namun ia mengaku belum merasa genap kebahagiaannya karena tak dapat berkomunikasi langsung terbuka dan memassa. "Virus Covid-19, segeralah sirna. Minimal vaksinnya sudah ada biar tidak ada kekhawatiran manusia untuk menjalankan khitahnya sebagai makhluk sosial," tutupnya.
Akan halnya Pdt Oni Barita Manurung. Putra penerus jejak pendeta kharismatik Pdt Datar Manurung itu pun punya kerinduan yang sama, ingin berkumpul di gereja memuliakanNya sambil memberi persembahan yang ikhlas di luar perpuluhan.
Pria yang pernah menutori barista di Taiwan itu pun mengutip Mazmur 4: 5 "Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada Tuhan," tulisnya. (T/R10/f)
Sumber
: Harian SIB Edisi Cetak