Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 05 Juli 2025

Lagu-lagu Etnik Religi Yosroha Sitompul untuk Pelipur Kaum Sekuler

Redaksi - Minggu, 20 Agustus 2023 10:05 WIB
661 view
Lagu-lagu Etnik Religi Yosroha Sitompul untuk Pelipur Kaum Sekuler
(Foto: Facebook)
Yosroha Sitompul dan istrinya  Yuliana Herman Sihombing. 
Medan (SIB)
Yosroha Sitompul memiliki segudang kreativitas. Bila di komunitas religi, mengalir nats dan madah suka cita. Andai di kelompok etnik, lahir karya berisi kearifan lokal. Bila berada di kalangan sekuler, mengemuka ucapan pelipur lara.
Satu contoh, “Berhenti Berharap” yang diciptakannya pada 2008. Lagu tersebut terinspirasi kisah kasih sahabatnya yang terlara sebab putus dari kekasih. Isi curhat rekannya dituangkannya menjadi syair. Kemudian diformulasikannya dalam partitur.
Saat itu ia sedang fokus bermusik dalam mengisi waktu. Lagu tersebut mellow, bahkan tergolong sedih yang diangkat dari kisah sahabatnya yang kerap dikhianati kekasihnya. Yosroha berhasil mengubah air mata rekannya menjadi mata air, penuh pelipuran.
Sama seperti perjalanan hidupnya. Lahir pada 27 Desember 1989 di Pahajae - Tapanuli Utara sebagai putra pasangan Munir Sitompul - R br Sihombing. Sejak kecil ‘terpisah’ dari orangtua karena ia merantau untuk menimba ilmu. Mulai dari dari pendididkan dasar hingga perguruan tinggi di Tanjungpinang. Ia tinggal bersama kerabatnya Sein Martaun Sitompul yang dianggapnya sebagai orangtua sendiri.
Menetap jauh dari dari keluarga justru menjadikannya dewasa dan matang berperilaku. Alasannya, hidup harus terus bersyukur agar apa yang diberikan-Nya menjadi berkat. Seperti 1 Tesalonika 5:18 yang menjadi panduannya.
Nats itu berisi ...Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Akumulatif dari rasa syukur menjadi kekuatan baginya. Yosroha menyukai lagu religi berisi rasa syukut tapi yang difavoritkannya adalah “O Come, Let Us Sing to the Lord” yang diadaptasi dari Kidung Jemaat 299.
Rasa syukur pun diutarakannya ketika acara pengukuhan pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) masa bakti 2023 - 2026 dirangkai dengan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) GAMKI di Lapangan Benteng Medan yang dihadiri Presiden Joko Widodo berjalan sukses. Sesuai skenario yang digariskannya sebagai ketua panitia. “Saya bersyukur sebab rahmat-Nya tak henti mengalir dan terus menuntun saya,” ujarnya seusai Kepala Negara memberi arahan di acara nasional tersebut.
Masih ada acara lain yakni Rakernas GAMKI di Regale International Convention Centre Medan yang menghadirkan sejumlah menteri dan pimpinan TNI/Polri. “Kerja berat tersebut menjadi ringan jika kita tetap berpegang pada-Nya,” ujarnya didampingi sang istri, Yuliana Herman Sihombing. “Sebagai pelayan, harus mampu menempatkan empati,” tambahnya.
Yang dimaksud empati adalah melayani sepenuh hati. Meski tetamunya datang dengan ragam latar belakang dan datang dari seluruh wilayah di Tanah Air, ia harus peka. “Kuncinya, melayani dengan ikhlas,” tegasnya didampingi Sekretaris Swangro Lumbanbatu dan Bendahara Boydo HK Panjaitan.
***
Kembali ke soal kreativitas. Kuncinya adalah terus bereksperimen dengan memerhatikan lingkungan dan kebutuhan.
Contohnya gonggong yang dijadikan sumber penguatan ekonomi. Hewan lain jenis siput itu dagingnya dijadikan sumber protein. Cangkangnya diolah menjadi souvenir indah.
Yosroha menjadikan cangkang gonggong jadi gantungan kunci. Marketnya dari hanya untuk wisatawan yang mengunjungi wilayah tersebut tapi sampai ke negara Tiongkok. Kedutaan Besar Indonesia di Beijing menjadikannya sebagai souvenir.
Ia bahagia, perjalanan dan pengalaman hidupnya dapat menjadi inspirasi sesama. (YouTube/Instagram/R10/a)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru