Ozzy Osbourne Meninggal Dunia di Usia 76 Tahun, Meninggalkan Balada Patah Hati yang Abadi

Medan(harianSIB.com)

Pada Selasa (22/7/2025), dunia musik berduka atas kepergian John Michael Osbourne, yang lebih dikenal sebagai Ozzy Osbourne, di usianya yang ke-76 tahun. "Prince of Darkness" ini menghembuskan napas terakhirnya dikelilingi oleh keluarga, hanya 17 hari setelah konser terakhirnya bersama Black Sabbath di Birmingham yang ternyata menjadi salam perpisahan bagi para penggemar.

Konser reuni di Villa Park pada 5 Februari 2025 itu menjadi momen emosional yang tak terlupakan. Ozzy mengucapkan terima kasih dari lubuk hati kepada kota kelahirannya, sebuah perpisahan yang tak disadari oleh banyak orang. Kepergiannya menutup sebuah era yang dimulai dari jalanan suram di Birmingham.

Baca Juga:

• May Day di Palas: FSPMI dan SPSI Sampaikan Aspirasi Buruh ke Bupati Putra Mahkota Alam
• Landen Marbun Rayakan Imlek Bersama Warga Metal Tekankan Persaudaraan dan Kebersamaan

Pada tahun 1968, Birmingham menjadi saksi lahirnya empat pemuda pemberontak yang menamai band mereka Polka Tulk Blues Band. Terinspirasi oleh film horor dan kerasnya kehidupan buruh, mereka menciptakan musik yang radikal. Visi mereka adalah melawan budaya hippie yang populer dengan menciptakan "musik horor".

Nama Black Sabbath dipilih untuk memberi misteri dan arah pada musik mereka, seperti yang pernah dikatakan oleh sang gitaris, Tony Iommi. "Kami adalah anti-Beatles: Jika mereka bernyanyi 'Yeah!', kami menjerit 'No!'," kenang Iommi.

Baca Juga:

• Penelitian: EV Tahan Lama hingga 18 Tahun, Menyamai Mesin ICE
• Tingkat Partisipasi Rendah di TPS Pemukiman Warga Tionghoa

Heavy metal sendiri lahir dari sebuah tragedi. Tony Iommi kehilangan ujung jari di sebuah pabrik baja, yang membuatnya menciptakan prostetik dari botol sabun cair. Inovasi ini menghasilkan penyetelan gitar rendah (low tuning) yang menjadi DNA heavy metal. Sementara itu, filosofi bassis Geezer Butler juga menjadi fondasi penting: dunia ini sangatlah "setanis," dan musik mereka adalah cermin dari perang, ketidaksetaraan, serta luka-luka industri.

Di tengah-tengah lagu-lagu mengerikan seperti "Supernaut" dan "Snowblind," Black Sabbath justru mengejutkan dunia dengan sebuah balada yang menyentuh. "She's Gone" adalah lagu tentang patah hati yang ditulis oleh Geezer Butler untuk kekasihnya yang meninggalkannya. Liriknya yang menyayat, "I wanted you to be my wife…," menjadi ironi terbesar dari sebuah band yang dijuluki "pemuja setan" ini. Lagu ini justru berhasil menyingkap kerapuhan manusia.

Dimulai dengan dentingan piano yang sendu dan vokal Ozzy yang rapuh, "She's Gone" adalah satu-satunya lagu dari album Vol. 4 yang dikreditkan kepada semua anggota band. Lagu ini menjadi simbol kesatuan kreatif yang langka. Ozzy pernah berkata, "Kami selalu punya sisi melankolis. 'She's Gone' adalah jiwa Sabbath yang sebenarnya."

Meski sempat dianggap terlalu lembut oleh label rekaman, "She's Gone" justru menjadi legenda yang membuka jalan bagi balada metal lainnya, seperti "Nothing Else Matters" milik Metallica, "November Rain" dari Guns N' Roses, hingga "Snuff" milik Slipknot. Bahkan pada konser terakhir Black Sabbath di Genting Arena, Birmingham, pada tahun 2017, Ozzy membisikkan "This one's for the broken hearts" sebelum membawakan "Changes," sebuah versi akustik yang menghantui.

Ozzy Osbourne memang telah pergi, tetapi warisannya akan tetap abadi. Melalui "She's Gone," ia membuktikan bahwa heavy metal bukan hanya tentang kegelapan, tetapi juga tentang kebenaran mentah dari manusia, kepedihan, kerinduan, dan luka yang tak tersembuhkan.

Seperti kata Geezer Butler: "Metal is about truth. And the truth isn't always loud." Selamat jalan, John Michael Osbourne (1948-2025): Suara Birmingham yang mengubah dunia. Beristirahatlah dalam kegelapanmu, Pangeran.(**)