Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 05 September 2025

Giorgio Armani Wafat, Tinggalkan Rp198 Triliun tanpa Pewaris

Oki Lenore - Jumat, 05 September 2025 17:46 WIB
97 view
Giorgio Armani Wafat, Tinggalkan Rp198 Triliun tanpa Pewaris
Foto: Dok/Int
Giorgio Armani
Milan(harianSIB.com)


Giorgio Armani wafat di usia ke-91 pada Kamis (4/9) di Milan, Italia. Pria yang membangun bisnis fashion dari nol dan membesarkan dengan kedisiplinan serta kreativitas itu meninggalkan harta 12,1 miliar dolar AS atau lebih dari Rp198 triliun yang belum jelas diberikan kepada siapa. Soalnya, ia tidak memiliki ahli waris.

Ia pernah menikah tapi belum dikaruniai keturunan. Sang maestro memang memiliki hubungan jangka panjang dengan mitra bisnisnya, Leo Dell'Orco, yang disebutnya memiliki "kasih sayang yang mendalam," tetapi keduanya tidak menikah secara resmi.

Baca Juga:

Dalam pernyataan resmi, Armani disebut meninggal dalam keadaan damai, dikelilingi orang-orang terdekat.

"Armani bekerja hingga akhir hayat, mendedikasikan diri ke perusahaan, koleksi-koleksinya, dan banyak proyek masa depan," demikian petikan publikasi resmi keluarga.

Baca Juga:

Sebelumnya, Armani beberapa kali absen dari acara-acara penting rumah mode miliknya. Termasuk pada Juni 2025, absen dari peragaan busana pria di Milan Fashion Week untuk pertama kalinya dalam 50 tahun.

Keluarga Armani mengungkapkan rasa kehilangan yang mendalam. Dalam mata mereka, Armani merupakan sosok pemimpin dengan visi, semangat dan dedikasi.

"Dalam semangat beliau, kami -para karyawan dan anggota keluarga- berkomitmen untuk melindungi apa yang beliau bangun dan memajukan perusahaannya untuk mengenang beliau, dengan rasa hormat, tanggung jawab, dan cinta," lanjut pernyataan tersebut.

Armani lahir pada 11 Juli 1934 di Piacenza, Italia, dari pasangan Aria Raimondi dan Ugo Armani. Ia membangun 'Giorgio Armani', serupa nama aslinya, pada 1975.

Giorgio Armani kemudian berkembang menjadi kerajaan mode dengan membawahi beberapa unit bisnis meliputi 'Armani Prive', 'Emporio Armani', dan 'Armani Exchange'.

*Tak Niat di Fashion*

Semula ia sama sekali tidak berniat terjun ke dunia mode. Ia sempat mengambil jurusan kedokteran selama 3 tahun hingga akhirnya meninggalkan kuliah untuk menjalani wajib militer selama 2 tahun.

Setelah itu, Armani mendapat pekerjaan di sebuah department store di Milan sebagai penata etalase. Ia kemudian naik jabatan menjadi window dresser, sebelum terjun ke dunia desain fesyen pada pertengahan tahun 1960-an.

Tak langsung menjadi perancang busana, karier fesyen Armani diawali sebagai pekerja untuk perancang Nino Cerruti.

Pada tahun 1975, ia memutuskan untuk mendirikan labelnya sendiri bersama rekan bisnis sekaligus kekasihnya, Sergio Galeotti.

Tak lama kemudian, ia meraih kesuksesan besar berkat caranya mendekonstruksi setelan jas pria dan menciptakannya kembali dengan bahan yang lebih lembut, lebih longgar, dan lebih pas. Karakteristik tersebut akhirnya menjadi gaya desain khasnya yang dicintai dunia.

Pada tahun 1980-an, setelan jas Armani menjadi simbol kekuatan bagi para pebisnis Amerika Serikat (AS). Hal ini turut didorong oleh keunggulan merek Armani dalam budaya populer.

Lemari pakaian Richard Gere yang penuh koleksi Armani dalam film 'American Gigolo' pada 1980 meroketkan merek tersebut di AS. Berkat 'Miami Vice', tampilan kaos oblong di balik jas longgar Armani meresap lebih dalam ke gaya busana AS hingga sekarang.

Tak lama setelah memikat hati para pebisnis AS, Armani pun berjaya di karpet merah. Julia Roberts mengenakan setelan jas yang terinspirasi busana pria di Golden Globe Awards 1990.

Beberapa selebritas lainnya yang merupakan penggemar Armani adalah Rihanna, Cate Blanchett, dan Anne Hathaway. Armani bahkan mendandani Lady Gaga di masa-masa avant-garde-nya yang ikonik.

*Kunci Kesuksesan*

Pada 2017, Armani membagikan rahasia kesuksesannya di dunia fesyen. Ia mengaitkannya dengan kemampuan untuk tetap berpegang pada gaya khasnya dan mengabaikan tren.

"Saya tidak pernah tertarik menjadi trendi hanya demi tren itu sendiri," ujarnya. "Saya punya visi dan ide sendiri dan tidak takut untuk melawan arus. Lagipula, tren mode selalu berubah. Ada kalanya mode menjauh dari keyakinan estetika saya, dan ada kalanya mendekati. Saya tidak peduli," ia menekankan.

Armani mengatakan selalu mementingkan relevansi dengan kehidupan sehari-hari ketika merancang pakaian. "Jika Anda membuat pakaian yang tidak sesuai dengan dunia tempat kita tinggal, pakaian itu akan menjadi tidak berarti," ujarnya.

"Ini sangat penting dan itulah alasan sebenarnya mengapa saya masih di sini setelah 40 tahun, alasan mengapa saya merasa kesal ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan saya," tambahnya.

Aspek lain yang tak kalah penting menurut Armani adalah kedisiplinan. "80 persen dari apa yang saya lakukan adalah hasil kedisiplinan. Sisanya kreativitas," katanya. (*)

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru