Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 10 Juli 2025

Leukimia Kerap Didiagnosis, Anemia atau Tifus, Waspadai Gejalanya

- Minggu, 13 April 2014 21:59 WIB
861 view
Leukimia Kerap Didiagnosis, Anemia atau Tifus, Waspadai Gejalanya
Jakarta (SIB)- Kanker darah atau leukimia merupakan kanker yang paling banyak dijumpai pada anak. Kanker yang menyerang darah dan sumsum tulang belakang itu dapat mengganas dengan cepat apabila tidak ditangani segera. Sayangnya diagnosis kanker tak jarang membutuhkan waktu yang relatif lama.

"Lebih dari separuh keganasan (darah) pada anak yang didiagnosis di Rumah Sakit Dr Sardjito adalah leukimia akut. Bisa dinyatakan bahwa leukimia adalah kanker pada anak yang paling sering dijumpai, bukan hanya di Jogja, barangkali juga di Indonesia, bahkan statistik dunia sekali pun," tutur dokter Pudjo Hagung Widjajanto, bagian Hematologi dan Onkologi Anak di RSUP Dr Sardjito UGM.

Patut disayangkan leukimia tidak selalu dapat terdeteksi dengan cepat. Pasien leukimia umumnya harus melewati beberapa kali pemeriksaan hingga leukimia dapat terdiagnosis. Tak jarang, keganasan darah ini juga salah dikira dengan anemia akut, tifus, atau penyakit lain.

Hal ini dialami oleh beberapa pasien kanker yang tinggal di rumah singgah khusus kanker anak di Sleman, yogyakarta. Menurut penuturan para orangtua pasien, buah hati mereka awalnya didiagnosis dengan penyakit lain.

"Dia linu-linu kakinya, badannya sering panas. Pertama dideteksi oleh dokter dikira tifus. Tapi sudah dirawat, tidak sembuh-sembuh juga. Lalu dia dibawa ke spesialis anak hingga enam kali, dibilang radang tulang," tutur Kartini, seorang ibu yang anaknya menderita leukimia ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia).

Proses pemeriksaan Ryan, putra Kartini, membutuhkan waktu lima bulan hingga akhirnya dinyatakan leukimia. Hal serupa dialami oleh Darsinah, ibu asal Cilacap yang putrinya didiagnosis dengan leukimia ALL. Awalnya, dokter pemeriksa mengira putri Darsinah terkena gejala tifus.

"Gejalanya sama kayak tifus, tapi ada benjolan di leher dan di belakang telinga. Di Puskesmas dikira gejala tifus, di rumah sakit di Cilacap juga dikira gejala tifus," ujar Darsinah ketika berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Kamis (10/4).

 Jika buah hati Darsinah dan Fatimah awalnya diduga mengalami tifus, berbeda dengan yang dialami Fatimah, seorang ibu asal Cilacap yang buah hatinya didiagnosis terkena leukimia AML (Acute Myelogenous Leukemia). Ketika menunjukkan gejala sakit, dokter mengira putra Fatimah mengalami kekurangan gizi karena bocah itu sejak awal tidak gemar makan sayur.

Akhid Fathul Aufa, putra Fatimah, sejak kecil sering mengalami sakit seperti batuk, demam, atau pilek. Gejala leukimia berawal sejak Agustus 2013 lalu ketika Akhid sakit dan wajahnya tampak sangat pucat.

"Saya periksakan ke dokter umum katanya kurang sayur, karena memang anaknya cenderung kurang suka sayur. Dia cuma makan protein seperti tahu, tempe, telur, ayam. Beberapa kali ke dokter dan dinyatakan kurang vitamin atau sayur," ujar Fatimah.

Setelah beberapa kali diperiksa, Akhid lalu menjalani rongtgen dan pemeriksaan darah. Dari hasil pemeriksaan darah, dokter mengira Akhid terkena anemia karena Hb darahnya hanya 2,7. Akhid lalu menjalani transfusi darah dan menghabiskan tiga kantung. Beberapa waktu kemudian barulah bocah berusia lima tahun itu didiagnosis dengan leukimia AML.

Lamanya diagnosis leukmia disebabkan karena pemeriksaan yang dilakukan membutuhkan proses. Dokter harus memastikan hasil tes sebelum dapat menyimpulkan dan memberi tahu pasien.

Untuk itu pasien maupun keluarga perlu lebih waspada. Gejala leukimia yang harus diwaspadai antara lain pucat, demam, perdarahan tanpa sebab jelas, nyeri pada tulang, dan perut yang membengkak.(dth/c)



SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru