Jakarta (SIB)- Dibandingkan jenis kanker lain seperti kanker serviks atau kanker payudara, kanker kelenjar getah bening atau limfoma belum terlalu populer. Padahal penyakit ini juga berbahaya dan mematikan.
Limfoma adalah jenis kanker yang berawal dari sel-sel yang disebut limfosit (sel darah putih). Pada kanker, limfosit berproliferasi lebih cepat dan hidup lebih lama dibandingkan limfosit normal.
Ini tentu berbahaya, sebab limfosit sendiri merupakan salah satu bagian dari sistem kekebalan tubuh atau imun.
Limfosit berasal dari nodus limfa, yang merupakan salah satu organ penting dalam sistem kekebalan tubuh. Limfosit juga terdiri dari jaringan-jaringan limfosit seperti limfa, sumsum tulang, serta organ-organ lainnya.
Menurut Dr dr Andhika Rachman SpPD-KHOM dari RS Cipto Mangunkusumo, jika dideteksi sejak dini dan mendapatkan pengobatan yang tepat dari tim medis yang kompeten, limfoma dapat disembuhkan.
"Maka dari itu, kenali gejalanya seperti pembengkakan nodus limfa yang tidak terasa nyeri, batuk, nyeri dada, demam tanpa sebab jelas, serta berkeringat di malam hari. Tapi tetap harus dicek dulu," ujar dr Andhika dalam temu media Peringatan Hari Limfoma Sedunia 2016 di Penang Bistro Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (15/9).
Sering Berkeringat
Semakin cepat terdeteksi, diketahui peluang limfoma bisa diobati juga makin besar. Oleh sebab itu, jangan abaikan gejala-gejala khas yang mungkin muncul.
Menurut Dr dr Andhika, salah satu gejala limfoma yang paling sering adalah munculnya pembengkakan di daerah dengan kelenjar getah bening. Di antaranya adalah lipatan leher.
"Tapi bukan serta merta ada benjolan di leher pasti limfoma, pikirkan dulu apa mungkin itu infeksi. Sebab di leher banyak persarafan," ujar dr Andhika.
Perhatikan juga jika Anda mengalami penurunan berat badan tanpa pemicu apapun, setidaknya lebih dari 10 persen berat badan dalam waktu enam bulan.
"Jangan bangga dulu kalau berat turun banyak, bisa jadi ada pemicunya. Selain limfoma, penyakit lain yang biasa memicu penurunan berat badan secara ekstrem misalnya tuberkulosis dan intoleransi glukosa," imbuh dr Andhika.
Berkeringat berlebihan di malam hari disebutkan dr Andhika juga bisa menjadi salah satu ciri khas limfoma. Keringat berlebihan akibat limfoma ini biasanya muncul meskipun udara dingin ataupun ketika sudah memakai pendingin. Kondisi ini umumnya terjadi akibat metabolisme sel kanker.
"Biasanya kondisi ini dibarengi dengan meriang, badan terasa tidak enak. Kondisi ini juga umumnya terjadi pada waktu menjelang malam sampai dini hari.
Kondisi lain yang biasa menjadi gejala limfoma yakni keringat sangat banyak, bahkan sampai membuat baju menjadi basah dan terpaksa harus ganti baju terus-menerus.
"Lalu juga muncul demam yang hilang timbul, tapi tidak pernah sampai di atas 38 derajat. Yang pasti, berbagai gejala khas yang muncul pada kasus limfoma tidak bisa diambil satu persatu, melainkan secara bersamaan dan diperlukan pemeriksaan medis," tutur dokter yang juga praktik di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi tersebut.
Obatnya
Mengidap kanker menjadi salah satu tantangan hidup tersendiri, seperti kanker limfoma sel-B yang menyerang sistem ketahanan tubuh manusia. Sehingga, obat yang bisa menghambat perkembangan sel kanker diharapkan bisa membawa kemajuan dalam terapi kanker limfoma.
Terkait hal ini, perusahaan farmasi di Swiss, Roche mengungkapkan pihaknya menemukan obat yang dapat menunda perkembangan sel kanker yang dikenal dengan nama gazyva. Menurut Roche, pada studi fase III GOYA, obat gazyva tidak mengurangi risiko berarti pada orang yang belum pernah mendapat perawatan atas penyakit kanker limfoma sel-B selain dengan jenis obat tertentu.
"Penyebaran kanker limfoma sel-B merupakan bentuk yang paling umum dari kanker limfoma non-Hodgkin. Terjadi sekitar 25.000 kasus baru di Amerika Serikat dan 10.000 orang meninggal karena itu setiap tahunnya," tutur Chief Medical Officer Roche, Sandra Horning, dikutip dari Reuters.
Horning menjelaskan bahwa dua penelitian sebelumnya menunjukkan obat gazyva dapat membantu orang dengan folikular limfoma atau leukemia limfoma kronis. Penelitian tersebut melibatkan 1.418 orang yang sebelumnya belum pernah mendapat perawatan kecuali terapi menggunakan kombinasi obat dan kemoterapi.
Hasilnya, mereka memiliki harapan hidup yang lebih lama tanpa adanya perburukan penyakit. "Kami menunjukkan bahwa obat baru ini dapat memberi hasil yang lebih baik pada pasien dengan harga yang lebih terjangkau," tutup Horning. (detikhealth/q)