Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 11 Agustus 2025

Banser-komunitas Lima Gunung Uji Coba Koreografi Nusantara

- Sabtu, 20 Februari 2016 16:29 WIB
369 view
Magelang (SIB)- Barisan Ansor Serba Guna (Baser) bersama seniman petani Komunitas Lima Gunung melakukan uji coba koreografi Nusantara melalui pergelaran kesenian di Padepokan Wargo Budoyo Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kabupaten Magelang, Jateng, di kawasan Gunung Merbabu, Rabu sore.
"Sore ini (10/2), Banser berkolaborasi dengan Lima Gunung, untuk percobaan koreografi Nusantara dengan napas Banser dan Ansor untuk bisa ditampilkan kepada publik," kata Wakil Ketua Gerakan Pemuda Ansor Dhohir Farisi setelah pergelaran tersebut di Magelang, Rabu.

Para anggota Banser bersama seniman petani dalam pergelaran tersebut selain mengenakan pakaian seragam organisasi kepemudaan di bawah Nahdlatul Ulama dengan berbagai atributnya itu, juga menghiasi diri masing-masing dengan kostum tarian tradisional, seperti Topeng Ireng, Soreng dan Geculan Bocah.

Mereka dengan didahului sejumlah pemuda mengenakan kain berwarna putih dan menaburkan bunga mawar serta membakar kemenyan melakukan kirab sejauh sekitar 200 meter dari padepokan ke halaman rumah warga setempat untuk melakukan pementasan tarian tradisinal.

Hujan rintik-rintik sempat mewarnai pementasan dengan panggung terbuka yang dihiasi berbagai properti, sedangkan masyarakat dari dusun setempat dan desa-desa tetangga menonton pementasan itu.

Ia mengatakan rencananya hasil olah kreativitas Banser dengan Komunitas Lima Gunung itu menjadi bahan kampanye kepada masyarakat yang lebih luas, termasuk kepada masyarakat internasional.

Inspirator utama Komunitas Lima Gunung yang juga budayawan Magelang Sutanto (Tanto Mendut), belum lama ini menjadi salah satu di antara tiga tokoh yang menerima Gus Dur Award 2016. Dua tokoh lainnya adalah ulama karismatis dari Rembang, Jawa Tengah, K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus) dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok).

"Tentu kami akan kampanyekan kepada dunia, bahwa pemuda menggandeng tradisi lokal untuk mengembangkan kreativitas," katanya.
Kepala Satuan Koordinasi Nasional Banser Alfa Isnaeni Alfa Isnaeni mengatakan anggota banser ada di berbagai tempat, termasuk hidup di tengah masyarakat desa dan gunung.

Mereka, katanya, turut bersama masyarakat menghidupi adat istiadat dengan tidak mengurangi sikap kritisnya dalam membangun kemajuan kehidupan warga.

"Banser menampilkan sisi budayanya, humanismenya," katanya.

Ia mengemukakan bahwa hal terkait dengan performa Banser yang humanis juga bisa ditampilkan anggota lainnya yang tinggal di daerah lain.

Budayawan Sutanto mengemukakan pentingnya anggota Banser tampil dalam dimensi lain yang tidak sekadar terkait sebagai petugas ketertiban tetapi juga mengembangkan tampilan bernuansa budaya lokal. (Ant/y)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru