Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 03 Agustus 2025

Pustaka Tengku Lukman Sinar yang Mengoleksi 7.000 Buku Asset Budaya Warisan Sultan Serdang Nyaris Terabaikan

* Buku-buku Tentang Batak dan Danau Toba Ada di Antara Buku Sultan * Oleh Drs Ads Franse Sihombing, Wartawan Harian SIB
- Sabtu, 24 September 2016 21:42 WIB
1.929 view
Pustaka Tengku Lukman Sinar yang Mengoleksi 7.000 Buku Asset Budaya Warisan Sultan Serdang Nyaris Terabaikan
Sepintas lalu,  bangunan rumah yang terletak di Jalan Abdullah Lubis No.42/47 Medan memang tak tampak seperti kantor atau toko atau depot bisnis. Padahal, bagian atas rumah yang cukup besar tampak agak khas dengan motif rumbai atap rumah Melayu.

Namun, begitu masuk ke dalam, kendati dengan interior yang agak sempit, barulah kita tahu kalau rumah atau bangunan itu berfungsi sebagai perpustakaan yang lumayan koleksi buku-bukunya. Pihak pengelola dan sekaligus pemiliknya, yang tak lain adalah keluarga dari Sultan Serdang (Raja Adat Melayu Serdang di Deli Serdang dulunya), Tengku Lukman Sinar SH (alm). Mereka menyebut tempat atau rumah pustaka itu dengan nama: Taman Bacaan Masyarakat (TBM) 'Pustaka Tengku Lukman Sinar'

"Rumah pustaka ini ternyata cukup bagus dan berbobot, apalagi koleksinya banyak buku-buku sejarah dan budaya yang bisa dijadikan referensi ilmiah bagi semua kalangan intelektual maupun generasi muda. Hanya saja, tempat ini seperti nyaris terabaikan sehingga perlu dipublikasikan lebih meluas. Kendati rumah pustaka ini tampak bernuansa Melayu, namun isinya tampak global dan plural karena buku-buku tentang sejarah dan budaya Batak atau tentang Danau Toba, juga terdapat di sini," ujar Ir Mandalasah Turnip SH, seorang pengunjung dari kalangan pengusaha di Medan, Sabtu pekan lalu (17/9).

Selaku salah satu tokoh pemerhati budaya Batak dari kalangan gereja, Turnip meninjau rumah pustaka itu sehubungan adanya wacana untuk menggelar forum silaturahmi Batak yang akan menghimpun para tokoh warga Batak dari berbagai kalangan seperti pengusaha, pejabat, profesional, aktivis seni dan budaya (tokoh adat dan marga), rohaniawan, wanita dan pemuda Batak, dalam waktu dekat ini.

Bersama rekannya Rikson Nainggolan dan wartawan SIB sendiri (penulis), Mandalasah Turnip memeriksa sejumlah buku untuk mencari literatur tentang kriteria ketokohan Batak yang konon  terdiri delapan unsur yang bermula dari kriteria inti: Galang Do Mula Ni Harajaon, yang kemudian meliputi unsur (antara lain): Parbahul-bahul Na Bolon, Partataring Na So Mittop, Parimbulu Bosi, Paramak Naso Habalunon, Parhata Sioloan, dan seterusnya.

Kendati belum menemukan referensi yang dibutuhkan, Turnip dan Nainggolan mengaku cukup terbantu dengan literatur dari buku-buku yang ada di rumah pustaka atau taman bacaan masyarakat (TBM) itu. Malah, selaku pengunjung mereka mengaku menemukan hal-hal baru yang bersifat informatif dan referentif dari buku-buku tentang budaya dan sejarah, khususnya Melayu, yang terdapat di perpustakaan 'keluarga' yang terbuka untuk umum itu.
'Mitra' Balai Pustaka

Hal lain yang menarik dari rumah pustaka atau TBM Tengku Lukman Sinar ini adalah sajian sejumlah matrial pustaka berupa album atau buku dan katalog sejarah dan budaya daerah di Indonesia, yang diberikan secara khusus oleh Balai Pustaka RI (dulu bagian dari Departemen Penerangan RI, kini Kominfo RI).

Produk atau matrial pustaka yang menunjukkan TBM atau rumah pustaka Tengku Lukman Sinar itu menjadi 'mitra' Balai Pustaka RI, adalah: beberapa manuskrip tentang sejarah Kemerdekaan RI, manuskrip sejarah Propinsi Sumut, album reproduksi primer tentang sejarah ekonomi di bisnis perkebunan teh, tembakau dan sawit di Sumatera Utara, catalog tentang perang pra kemerdekaan RI yang berbahasa Inggris, Belanda, Jerman dan Perancis.

"Salah satu produk cikal bakal perpustakaan ini adalah buku perdana karya Tengku Lukman Sinar (Sultan Serdang) sendiri, yang berjudul: 'Sari Sedjarah Serdang' (dua jilid). Buku ini dicetak dan terbit pada 1971 dan kemudian diambil alih Balai Pustaka RI untuk dicetak ulang dan diedar ke publik," ujar Hj Tengku Mira Rozanna Sinar SIP MSi, kepada SIB, di TBM itu.

Putri bungsu Sultan Serdag Tengku Lukman Sinar itu memaparkan, rumah pustaka yang bermula dari 'pustaka keluarga pusaka Melayu' itu dibuka mulai 2005 ketika Tengku Lukman Sinar menjabat dosen luar biasa Departemen Sejarah dan Bahasa di Fakultas Sastra USU. Fungsi rumah pustaka itu

kemudian terus berkembang sebagai taman bacaan masyarakat yang terbuka untuk umum, pada tahun yang sama, setelah menerima gelar dan piagam Pakar Melayu Islam Dunia dari Sultan Brunai, sebagai tindak lanjut kehadiran Tengku Lukman Sinar sebagai salah satu pembicara utama dalam Serminar Kesultanan Melayu Brunai di kampus Universiti Brunai Darussalam pada dua tahun sebelumnya (26-28 September 2003).

   Lalu, ujar Tengku Mira Rozanna, sejak Mei 2012, Perpustakaan atau TBM Tengku Lukman Sinar yang kini dikelola Yayasan Kesultanan Serdang itu, memperoleh peningkatan status sebagai binaan Pemko Medan melalui Badan Perpustakaan Kota Medan. Namun, secara visual TBM tersebut memang tampak masih 'apa adanya', nyaris terabaikan karena kurang pengembangan dari pihak berkompeten di lingkungan pemerintahan.

Padahal, kualitas (terlepas dari kuantitas) produk atau matrial pustaka yang berasal dari pihak Balai Pustaka RI, sesungguhnya menunjukkan rumah pustaka atau TBM ini bernilai tinggi sebagai asset budaya yang menghimpun sejarah dan kasanah penting tentang sebagian sejarah dan budaya negeri ini.
Siapa Tengku Lukman Sinar?

Tengku Lukman Sinar SH, Al-Haj, Sultan Serdang dengan gelar Tengku Lukman Sinar Basar Shah II, sebagai Sultan Serdang ke-8 dalam sejarah 'Marhom Negeri Melayu. Di sini tidaklah sekedar penghimpun 7.000-an judul buku yang kemudian diwariskan sebagai pusaka literatur, di samping literatur karya aslinya berupa 23 judul buku hasil karya sendiri yang juga tersedia di ruang pustaka TBM itu.

Sultan Serdang yang selama hidupnya juga dikenal sebagai salah satu tokoh masyaraat Sumatera Utara dari rumpun Melayu itu, lahir pada 27 Juli 1933 di Istana Darul Arif Kota Galuh di Perbaungan (kini Serdang Bedagai). Mulai sekolah (SD) di Lagere School Medan tammat 1950, tammat 'SMP di RK Middlebare Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Medan pada 1953, dan tammat SMA Ksatria Medan pada 1955. Dia memperoleh gelar Sarjana Muda pada 1962 dari Fakultas Hukum USU, lalu Sarjana Hukum (S1) dari Universitas Jayabaya pada 1969.

Sultan Serdang ini ternyata juga seorang profesional di bidang bisnis karena sejak 1960 sudah menjabat Direktur PT Perkebunan Serdang Tengah hingga 1970, lalu menjadi Presiden Komisaris-nya pada 1972-2001, sambil menjabat dewan penasehat PT Perkebunan Serdang Hilir selama 1971-2011. Dia juga pernah menjabat Direktur Pemasaran PT Euro Diesel pada 1973-1976, dan Preskom PT Banteuka, sebelum akhirnya fokus di dunia akademik dan adat-budaya mulai tahun 2007.

Pada 1980-2005, Tengku Lukman Sinar yang dikenal low profile ini aktif sebagai dosen luar biasa di Departemen Sejarah dan Budaya Etnomusikologi di Fakultas Sastra USU, Kepala Adat Negeri Serdang (2002-2011), Pendiri dan Pembina Yayasan Perguruan Sinar Serdang pada 1992 dan pendiri Yayasan Kesultanan Serdang pada 2007.

Total produk karya Sultan Serdang ini, yang mayoritas terdapat di pustaka atau TBM itu adalah 40 judul buku, 225 naskah seminar nasional-internasional, 300-an artikel di majalah dan koran-koran, plus puluhan piagam penghargaan nasional dan tingkat dunia yang terpajang di sebagian dinding dan galeri pustaka tersebut.

Di antara 17 piagam penghargaan internasional, yang menjadi kebanggaan keluarga dan putri bungsunya Tengku Mira Rozenna selaku pimpinan TBM Perpusatakaan Tengku Lukman Sinar saat ini, antara lain piagam dari Mendikbud RI (1993), cendera mata Seniman Agung dari Sijil Arkib Seniman Agung P Ramlee dari Malaysia (2002), Piagam dari Sultan Brunai (2003), Anugerah Sagang Tokoh Adat Melayu dari Walikota Medan (2004), Piagam dari Kedutaan Besar RI di Qatar (2005), piagam Gelar Tokoh Pelestari Budaya Nasional dari Forum Keraton Nusantara dan Yayasan Paku Boewono XII pada 2007, dan  piagam dari Gubernur Lemhanas (2006), dan juga dari Gubernur NAD pada 2008.

Mau tahu tentang hal lainnya dari kiprah Sultan Serdang yang juga pernah mendapat apresiasi dari Menteri Pariwisata RI Yoop Ave di sela-sela Kongres ASITA di Hotel Tiara pada 1995 silam? Kunjungi ke TBM atau Perpustakaan Tengku Lukman Sinar itu. (A04/c)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru