Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 10 Juni 2025

Ternyata Suku Batak dan Suku Toraja Memiliki Kesamaan

- Sabtu, 19 Agustus 2017 14:42 WIB
24.893 view
Ternyata Suku Batak dan Suku Toraja Memiliki Kesamaan
Orang Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 650.000 jiwa, dengan 450.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja. Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo.

Daerah asal kediaman orang Batak dikenal dengan Daratan Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah Sumatera Utara dan terdapat satu danau besar dengan nama Danau Toba yang menjadi  kebanggaan orang Batak. Dilihat dari wilayah administratif, mereka mendiami wilayah beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatera Utara. Yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara dan Asahan.

Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya. Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitu kain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.

1. Pakaian Adat : kemiripan untuk tutup kepala dan model pakaiannya
    Baju Pokko' (toraja)

    Baju Ulos (batak)

2. Rumah Adat : masing-masing menonjol di bagian atap
    Tongkonan (Toraja)

     Rumah Bolon (Batak)

3. Tarian Adat : Gerakan Tangan dan jumlah penari
    Tor Tor (batak)

     Rambu Solo (Toraja)

4. Ukiran : Corak hitam dan merah sama-sama mendominasi juga bentuk hewan yang digambarkan
      Naga Morsarang (Batak)

      Neg Limbongan (Toraja)

5. Patung : sama-sama menyimbolkan patung bagi yang telah meninggal
   Sigale-gale (batak)

    Tau tau (Toraja)

Kemiripan tapi tidak begitu identik 100%, tipe rumah adat suku Batak (khususnya Batak Toba) dengan tipe rumah adat Toraja. Keduanya sama-sama melambangkan keperkasaan Sepasang Tanduk Kerbau. Keduanya sama-sama menjadikan binatang kerbau sebagai binatang yang paling berharga dan pantas untuk dijadikan hewan korban dalam acara adat, pesta adat, dan ritual kematian. Akan tetapi ritual adat di Toraja lebih kompleks dibandingkan dengan di tanah Batak yang sudah mengalami penyederhanaan pasca masuknya agama-agama modern.

Ada beberapa Marga batak yang kebetulan sama, dan ada juga yang hampir mirip tapi tidak sama dengan Marga Toraja. Persamaan ini lebih tepat disebut kemiripan bunyi atau pun tulisan.

Misalnya : Marga Limbong : Limbong, Palimbong.
Marga Tobing : Toding, Pakpahan : Pahan, Pulungan : Palengan, Aritonang : Aitonam, Pardede : Pirade, dll.

Untuk Marga Sipayung sering dikatakan juga ada di Toraja, kemungkinan adalah keturunan dari perantau Batak (Simalungun) yang mungkin dulu pernah menikah dengan wanita Toraja dan berketurunan di Tanah Toraja. Marga Sipayung ini menurut catatan orang Toraja tidak termasuk dalam himpunan keluarga besar marga asli Toraja.

Secara langsung tidak terlihat dalam catatan sejarah tertulis maupun berupa peninggalan arkeologis mengenai hubungan kekerabatan antara Suku Batak dengan Suku Toraja. Posisi geografis kedua Suku ini yang terletak pada 2  pulau besar yang sangat jauh jaraknya membuat pesimis para ahli yang mencoba meneliti hubungan kedua suku bangsa ini.

Akan tetapi dalam pengamatan yang lebih serius para ahli anthropologi dan budaya saat ini dapat melihat ada cukup banyak persamaan yang menunjukkan kemungkinan adanya hubungan di masa yang lalu.

Beberapa ahli sejarah dan pakar kebudayaan Melayu telah ada yang mencoba menganalisa dan menuliskan penelitiannya dengan temuan persamaan kebudayaan di antara kedua suku ini. Walaupun belum bersifat final, tapi sudah bisa dijadikan dugaan pra kesimpulan yang akan menjadi dasar objek penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.

Kesimpulan Penelitian dalam Lingkup yang lebih besar kemungkinan kekerabatan Suku Bangsa Batak dengan beberapa suku bangsa lainnya.

Bangsa Batak ini sering diklasifikasikan sebagai bagian dari Ras Proto Malayan yang hidup damai bermukim di perbatasan Burma/Myanmar dengan India ribuan tahun yang lalu. Kemudian akibat perang berkepanjangan dan pengusiran oleh ras Arya dari yang berimigrasi dari Eropa dan juga oleh bangsa China dari Utara menyebabkan bangsa Proto Malayan ini akhirnya tersingkir keluar dari kampung halamannya.

Mereka berimigrasi ke Selatan dan Timur melewati darat, sungai, dan juga laut. Beberapa komunitas tersebut yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah yang cukup jauh dari daerah asalnya. Diduga nereka inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal beberapa bangsa seperti berikut ini :

- Kelompok Suku Bangsa Karen di Myanmar,

Suku Tayal di Taiwan, (penduduk asli sebelum didominasi oleh pendatang - bangsa China dari Tiongkok)

Suku Batak di Sumatera,

Suku Ranau di Lampung,

Suku Toraja di Sulawesi Selatan,

Suku Bontoc dan Batac di Pelawan Philipina,

Suku Meo di Thailand Selatan,

serta trio Suku Naga, Manipur, dan Mizoram, yang masih tertinggal di wilayah negara India bagian Timur.

 Jadi, dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai hal ini, untuk menetukan apakah suku Batak dan Toraja ada hubungan satu sama lain.
(blogspot.co.id/f)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru