Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 13 Juni 2025

Suku Igorot di Filipina Populer dengan Makam Gantungnya

Redaksi - Sabtu, 22 Agustus 2020 14:44 WIB
876 view
Suku Igorot di Filipina Populer dengan Makam Gantungnya
BBC | STEVE PATON
Pemakaman peti mati gantung yang dilakukan oleh Suku Igorot di Filipina.
Serupa dengan Suku Toraja, Suku Igorot di Filipina juga mempraktikkan ritual pemakaman kuno dengan menggantung peti mati di sebuah tebing.

Desa terpencil Sagada terletak di pegunungan Cordillera di sebelah utara Luzon, pulau terbesar dan berpenduduk terbesar di Filipina. Untuk mencapai lokasi ini butuh perjalanan 8,5 jam yang bergelombang dan berliku dari Manila.

Dalam ritual yang diyakini berasal dari 2.000 tahun lalu, orang-orang Igorot mengubur mayat mereka dengan peti mati yang diikat atau disematkan ke sisi tebing dan tergantung tinggi di atas tanah.

Kuburan yang menentang gravitasi ini diyakini membawa mereka yang semakin dekat dengan roh leluhur mereka. Secara tradisional, para lansia membuat sendiri peti mati mereka dengan memahat kayu lokal dan melukis nama mereka di sisi samping peti.

Menurut pemandu suku Igorot, Siegrid Bangyay, pada masa lalu anggota keluarga memindahkan mayat dari kursi kematian ke peti mati harus mematahkan tulang orang yang mati untuk memasukkannya ke dalam peti mati sepanjang 100 centimeter dalam posisi seperti janin.

Saat ini, peti mati menggantung cenderung lebih besar dan panjangnya sekitar dua meter. Meski upacara pemakaman kuno Igorot tergolong unik, hal semacam itu telah dipraktikkan di China dan Indonesia.

Menurut Bangyay, pemakaman tebing terakhir terjadi pada tahun 2010. Dalam beberapa tahun terakhir, segerombolan wisatawan yang tertarik mulai melakukan ziarah ke Sagada untuk mengunjungi peti mati gantung.

Ironisnya, pemakaman vertikal ini telah berubah menjadi mata pencaharian yang menguntungkan bagi orang-orang Igorot, memberikan dorongan ekonomi yang sangat dibutuhkan ke seluruh desa.

Menurut Bangyay, saat ini jauh lebih sedikit pemakaman gantung-peti di Sagada daripada di generasi sebelumnya. Namun, dia sangat yakin tradisi akan terus berlanjut. Bahkan, dia sendiri berharap suatu hari akan memasuki akhirat dengan cara ini. (BBC/a)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru