Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 06 Agustus 2025

Musa Rajekshah Berharap Milenial Semakin Kenal Melayu Melalui Buku ‘Lagak Melayu’

Redaksi - Sabtu, 05 Desember 2020 10:03 WIB
302 view
Musa Rajekshah Berharap Milenial Semakin Kenal Melayu Melalui Buku ‘Lagak Melayu’
Foto: Humas Pemprov Sumut
BEDAH BUKU: Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah membweikan kata sambutan pada acara bedah buku ‘Lagak Melayu’ Edisi 2020 di Aula Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Jalan Sisingamangaraja Medan, Rabu (2/12).
Medan (SIB)
Kepustakaan Melayu bertambah setelah diluncurkannya buku ‘Lagak Melayu’ Edisi 2020 karangan Shafwan Hadi Umry, Rabu (2/12). Buku yang banyak bercerita tentang cara hidup dan budaya Melayu itu diharapkan mampu memberikan wawasan lebih mendalam kepada pembaca, terutama kaum milenial.

Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah saat menghadiri acara bedah buku ‘Lagak Melayu’ Edisi 2020 di Aula Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Jalan Sisingamangaraja Medan. Menurutnya, tidak sedikit milenial sebagai generasi penerus yang sudah cukup jauh dari adat istiadat Melayu.

“Saya harap ini menambah wawasan untuk anak-anak kita, generasi penerus kita. Banyak dari kita yang tidak tahu lagi sejarah adat budaya Melayu, terutama milenial. Di pelajaran sejarah juga ini sangat sedikit sekali dibahas, bahkan mungkin tidak ada,” kata Musa Rajekshah, saat memberikan kata sambutan.

Musa Rajekshah berharap buku karangan sastrawan dan budayawan Melayu ini beredar luas di masyarakat, tidak hanya di kalangan tertentu saja. Dengan tersebarluasnya buku ini, maka orang-orang akan lebih mengetahui Melayu dahulu dan juga sekarang.

“Saya ucapkan selamat atas peluncuran buku ini. Saya berharap tidak hanya beredar di kalangan kita-kita saja, bisa terjual secara umum dan tersebar di masyarakat,” harap Musa Rajekshah, yang merupakan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Alumni (IKA) UISU.

Anggota DPR RI Komisi X Djohar Arifin Husin mengatakan perlunya memperkaya kepustakaan Melayu karena sebagian besar teks Melayu dimusnahkan saat revolusi sosial. Karena itu menurutnya penulis-penulis terkait Melayu perlu diberikan apresiasi yang tinggi.

“Koleksi buku Melayu punah dulu dihabisi komunis, karena itu kita perlu hargai penulis sekarang. Kita tahu dulu bagaimana hebatnya Melayu karena diisi orang-orang yang jujur,” terangnya.

Djohar juga berharap budaya membaca meningkat di masyarakat terutama milenial, karena menurutnya saat ini budaya membaca turun signifikan.

Sementara itu, Rektor UISU Yanhar Jamaluddin berharap semakin banyak penulis-penulis Melayu yang muncul dan ingin ‘Lagak Melayu’ menjadi bacaan murid sekolah dan mahasiswa khususnya di Sumut.

Shafwan selaku penulis mengatakan keinginannya menulis buku muncul setelah banyaknya masyarakat Melayu yang tidak lagi berperilaku seperti orang Melayu. Selain itu, menurutnya saat ini budaya Melayu sendiri sudah banyak tercemar dan malah menjadi gaya hidup orang Melayu.

Ada dua panelis yang diundang pada acara bedah buku ini. Pertama Ichwan Azhari selaku Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial (Pussis) Unimed dan budayawan Jaya Arjuna. Ichwan Azhari mengatakan Lagak Melayu ini merupakan idiom yang menyindir masyarakat Melayu untuk bangkit.

Bedah buku yang diselenggarakan DPP IKA UISU bekerja sama dengan Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Medan juga dihadiri Syahmi Johan (Ketua MABMI Medan), beberapa dekan universitas di Sumut, pengurus Yayasan UISU, budayawan, dosen dan juga mahasiswa. Namun, karena ruangan yang tersedia terbatas, tidak semua peserta yang ingin menyaksikan bedah buku ini bisa memasuki Aula UISU. (rel/M12/c)

Sumber
: Harian SIB Edisi Cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru