Menyambut Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama digelar pameran seni rupa “Matja: Seni Wali-wali Nusantara†di Jogja National Museum, Yogyakarta, 27-30 Juli 2015. Sebanyak 50 seniman terkemuka Indonesia turut serta memajang karyanya. Pameran ini ingin menunjukkan bahwa Islam di Nusantara berhubungan dekat dengan kesenian.
Sejumlah perupa yang terlibat dalam pameran ini sudah dikenal luas di Indonesia. Sebut saja Nasirun, Agus Suwage, Arahmaiani, Bunga Jeruk, Bob “Sick†Yudhita, Jeihan Sukmantoro, dan Heri Dono. Ada juga beberapa tokoh dari kalangan santri yang juga dikenal berkesenian seperti sastrawan Ahmad Tohari, penyair D Zawawi Imron dan tokoh NU Kiai Haji Mustofa Bisri.
Meskipun seni rupa dalam Islam sangat identik dengan kaligrafi Arab, kebanyakan karya dalam pameran “Matja†ini justru tidak menampilkan kaligrafi. Karya seni dalam pameran itu menghadirkan beragam figur dan obyek serta dibuat dari aneka medium, mulai dari lukisan dan instalasi hingga video. Beberapa karya bahkan memadukan simbol-simbol Islam yang sakral dengan obyek lain yang bersifat profan (tak terkait agama).
Ambil contoh lukisan “Macan Dikejar, Lari ke Langgar†karya sastrawan asal Banyumas, Jawa Tengah, Ahmad Tohari. Karya ini menggambarkan dua hari- mau berbaring di halaman masjid. Di sekitar harimau itu terdapat beberapa peci. Adegan yang menarik.
Perupa M Lugas Syllabus menghadirkan peci sungguhan dari bahan stainless steel. Uniknya, beberapa bagian peci itu dipasangi sejumlah batu akik warna-warni. karya berjudul “The Sign†ini juga memadukan simbol keislaman dengan obyek biasa.
Jeihan menyajikan lukisan “Sunan Kalijagaâ€. Di atas kanvas putih, dia menggambarkan sosok laki-laki berpakaian hitam, kepala diikat udeng hitam, dengan mata yang juga hitam. Dengan warga gelap, sosok kini kian misterius.
Berbeda dengan itu semua, Mustofa Bisri menyuguhkan karya kaligrafi “Hanya Lafalâ€. Kaligrafi itu berbentuk garis-garis vertikal yang puitis, anggun, bersahaja dan modern. Terkesan ada dialog imajinatif antarbudaya Nusantara dan Arab serta masa lalu dan masa kini.
islam dan seniBagaimana memaknai karya-karya tersebut? “Pameran ini ingin menampilkan hubungan yang dekat antara Islam dan kesenian,†kata kurator pameran A Anzieb dalam pembukaan pameran, Senin (22/7) malam.
Menurut Anzieb, penyebaran agama Islam di Nusantara tak bisa dilepaskan dari peranan kesenian. Sembilan wali yang menyebarkan Islam di Nusantara, atau kerap disebut Wali Sanga, misalnya, menggunakan beragam bentuk kesenian, baik seni pertunjukan, musik, maupun sastra, untuk berdakwah menyebarkan Islam.
Pameran “Matja†berupaya membaca kembali warisan para Wali Sanga itu, terutama dalam hubungan antara Islam dan kesenian. Hubungan ini masih perlu terus dikembangkan karena sampai sekarang masih ada sebagian kaum Muslim yang mengharamkan penggambaran makhluk hidup itu.
Bagi Ketua Panitia Pameran “Matja†Hasan Basri, NU menggelar pameran ini untuk mendorong kaum muda lebih dekat dengan kerja budaya. “Kami juga mendorong pondok pesantren lebih terlibat dalam produksi kesenian,†ujarnya.
(Kps/q)