Jakarta (SIB)- Pameran Ragam Songket Nusantara dan Tradisi Tenun Serupa digelar untuk mempromosikan kekayaan kain tenun di Indonesia. Pameran yang menyajikan lebih dari 100 koleksi kain itu digelar mulai 19 Agustus sampai 20 September di Museum Tekstil Jakarta.
Aneka kain songket dan tenun yang disajikan antara lain dari Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Bukan hanya keberagaman motif, kain songket dan tenun itu juga menunjukkan keragaman warna, jenis, dan teknik yang digunakan.
Kepala Unit Pengelola Museum Seni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Dyah Damayanti menuturkan, belum banyak masyarakat yang mengetahui ragam kain tenun Nusantara. Padahal, kain tenun merupakan salah satu warisan budaya.
“Belum banyak masyarakat yang tertarik pada tenun. Lewat pameran ini, kami ingin memperkenalkan dan menarik minat kaum muda untuk mencintai tenun,†ujar Dyah.
Ia mengatakan, selama ini kekayaan kain tenun di Indonesia justru menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara. Banyak wisatawan asing yang sengaja berkunjung ke sentra pembuatan kain tenun.
“Wisatawan rela berlama-lama hingga satu sampai dua bukan untuk belajar menenun kepada perajin,†katanya.
Karena itu, pihaknya menggagas pameran untuk mendekatkan kain tenun kepada masyarakat. Selain itu, para perajin tenun dari sejumlah daerah mendapat kesempatan untuk mempromosikan karyanya.
Kepala Museum Provinsi Kalimantan Barat Muhammad Hasyim menuturkan, ada empat koleksi pakaian dan kain tenun dari daerahnya yang turut dipamerkan. Kain-kain tenun itu diperkirakan sudah berumur ratusan tahun.
“Kain yang dibawa merupakan satu-satunya koleksi kami yang tersisa,†kata Hasyim.
Selain memperkenalkan kekayaan kain tenun dari Kalimantan Barat, ia juga tertarik mengetahui perkembangan kain tenun dari provinsi lain.
Ia menyatakan, kain tenun perlu dijaga karena merupakan warisan leluhur yang penuh makna. Lewat pameran ini, ia turut memperkenalkan berbagai motif dan teknik kain tenun beserta filosofinya.
“Ciri khas motif dari daerah kami adalah pucuk rebung yang melambangkan kehidupan,†ujarnya.
Kain tenun perlu dipromosikan hingga ke mancanegara. Apalagi, masih banyak perajin tenun yang dapat menularkan ilmunya kepada generasi muda untuk menjaga kelestarian tenun.
“Kami mempunyai banyak perajin yang tersebar ke banyak kabupaten dan kota,†katanya.
Selain pameran, pengelola museum mengadakan peluncuran buku mengenai kain tenun Indonesia berjudul “Floating Threads: Indonesia Songket dan Similar Weaving Traditionsâ€. Adapun lokakarya mengenai kain tenun yang terbuka bagi masyarakat umum digelar 22 Agustus.
(Kps.com/d)