Kiev (SIB)- Seorang tentara Rusia menembak mati seorang perwira Angkatan Laut Ukraina di wilayah Crimea timur. Ini menambah daftar korban jiwa yang dilaporkan terjadi sejak Rusia mencaplok wilayah Crimea.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan seperti dilansir kantor berita Reuters, Senin (7/4), korban tengah mengemas barang-barangnya sebelum meninggalkan wilayah Mykolaev ketika terjadi keributan dengan para personel Rusia.
Perwira bernama Stanislav Karachevsky tersebut tewas akibat tembakan AK-74 di lantai lima asrama tempatnya tinggal. Korban meninggalkan seorang istri dan dua anak. "Marinir Rusia membunuh perwira tak bersenjata itu. Dia membunuh mayor itu dengan dua tembakan," tutur juru bicara Angkatan Laut Ukraina Vladislav Seleznyov.
Menurut Kementerian Pertahanan Ukraina, seorang tentara Ukraina lainnya telah dipukuli oleh para tentara Rusia dan ditahan. Namun kementerian tidak menjelaskan lebih rinci. Korban jiwa pertama dalam krisis Crimea dilaporkan terjadi di kota Simferopol ketika seorang pria bersenjata tak dikenal menembak dan menewaskan seorang prajurit Ukraina, yang tengah berjaga di menara pangkalan militer setempat.
Kuasai Markas Polisi Ukraina di LuhanskKementerian Dalam Negeri Ukraina mengatakan orang-orang bersenjata pro-Rusia telah menduduki markas keamanan negara di kota Luhansk, Ukraina timur, tempat terjadinya protes anti-pemerintah hari Minggu (6/4). Pihak berwenang mengatakan polisi telah menutup semua jalan menuju kota.
Para demonstran berbaris di Luhansk dan kota lain di bagian timur Ukraina, Donetsk, di mana demonstran melemparkan petasan ke arah polisi anti huru hara. Para demonstran menuntut agar kota-kota itu mengadakan referendum mengenai apakah akan berpisah dengan Ukraina dan menjadi bagian dari Rusia, referendum yang sama dengan yang diadakan di Crimea bulan lalu.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov mengatakan semua pengunjuk rasa telah dihalau dari gedung pemerintah di kota lain di bagian timur, Kharkiv. Tidak ada rincian keterangan yang diberikan. Avakov menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych yang digulingkan menghasut dan membiayai terjadinya masalah di Ukraina timur.
Sebelumnya, sekitar 50-an demonstran pro-Rusia menerobos garis polisi, Minggu (6/4) untuk menduduki gedung administrasi pemerintah di Donetsk. Insiden di kota bagian timur Ukraina ini dilaporkan oleh seorang reporter AFP yang berada di situs kejadian.
Para aktivis pro-Moskow tersebut menembus gerombolan 2.000 demonstran yang menggelar unjuk rasa di alun-alun kota tersebut. Orang-orang ini melemparkan petasan ke arah polisi yang menjaga gedung pemerintah dan akhirnya mengibarkan bendera Rusia di atas gedung berlantai 11 itu, demikian lapor AFP.
‘Tokoh Antagonis Star Wars’ Siap Pimpin UkrainaDi tengah-tengah persiapan pemilihan umum Ukraina untuk memilih pengganti mantan Presiden terguling, Viktor Yanukovych, tiba-tiba muncul sosok Darth Vader yang menyatakan juga ingin maju sebagai capres pada pemilu 25 Mei 2014.
Menurut Vader, motivasinya maju sebagai capres karena ingin mengembalikan kemuliaan Ukraina yang kini tengah tertindas. Dilansir dari kantor berita BBC, majunya Vader sebagai capres telah direstui oleh partai tempatnya bernaung, yakni Partai Internet Ukraina (UIP). "Setelah berhasil memenangkan pemilihan di kalangan intra partai dengan kemenangan mutlak, maka Vader akan menjadi kandidat dari partai kami," ujar pemimpin UIP, Dmitry Golubov dan dilansir harian The Guardian.
Golubov sebelumnya pernah dibui sekian lama karena dituduh menggunakan internet untuk melakukan penipuan kartu kredit. Kehadiran Vader ini banyak pihak menilai sebagai lelucon belaka. Bagaimana tidak, dia kerap tampil di hadapan publik dengan mengenakan jubah berwarna hitam mirip tokoh antagonis di film Star Wars itu. Dia pun sebelumnya pernah terlibat dalam beberapa aksi politik di Ukraina. Pada November 2013 kemarin, dia membawa pengikutnya di Balai Kota Odessa. Di sana dia mendeklarasikan diri sebagai wali kota.
Bahkan, menurut laporan media setempat, Vader sempat meminta untuk disediakan lahan di sekitar taman untuk memarkirkan kapal luar angkasanya. "Saya sendiri dapat membuat sebuah kerajaan dari republik suatu negara. Tujuannya untuk mengembalikan kejayaan sebelumnya, mengembalikan teritori yang hilang dan kebanggaan bagi negeri ini," ungkap Vader dalam sebuah pernyataan.
Namun, Vader kurang beruntung dalam pemilu Ukraina kali ini. Sebab, aplikasinya telah ditolak oleh Komisi Pemilu Pusat yang mempertanyakan aplikasi pengajuan Vader sebagai capres.
Menurut perwakilan Komisi Pemilu, beberapa dokumen pencalonan Vader ternyata palsu. Dia diketahui bekerja sebagai tukang listrik bernama Viktor Shevchenko. Kemudian, pada Maret kemarin dia berganti nama menjadi Darth Vader.
Salah satu anggota KPU, Ihor Zhydenko, majunya Vader bisa jadi upaya Rusia untuk menjatuhkan pemilu Ukraina. Dia menduga begitu, karena tahu Rusia tidak mengakui pemerintahan sementara Ukraina. "Ini mungkin terlihat seperti lelucon sederhana. Tetapi sesorang rela membayar US$225 ribu atau setara Rp2,5 miliar untuk lelucon ini," ujar Zhydenko.
Dana Rp2,5 miliar itu wajib diserahkan saat menyerahkan aplikasi dan akan digunakan sebagai dana deposit. Zhydenko malah mengatakan Vader mungkin sesuai apabila mencalonkan diri sebagai Presiden Rusia selanjutnya. "Komandan seperti dia akan cocok sekali," imbuh Zhydenko. Dalam pemilu awal yang digelar pada 25 Mei 2014, sebanyak 23 kandidat tercatat telah mendaftarkan diri.
(AFP/kps/Ant/vvn/f)Simak berita selengkapnya di Harian Umum Sinar Indonesia Baru (SIB) edisi 8 April 2014. Atau akses melalui http://epaper.hariansib.co/ yang di up-date setiap pukul 13.00 WIB.