Beijing (SIB) -Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyatakan tiga proyek yang bekerja sama dengan China akan dibatalkan. Pernyataan itu dia sampaikan saat melakukan kunjungan resmi ke China, seperti diwartakan AFP, Selasa (21/8). Dia mengatakan proyek dengan total senilai 22 miliar dollar AS atau Rp 320,8 triliun akan dibatalkan, sampai negaranya dapat membayar utang yang menyentuh 1 triliun ringgit atau Rp 3.500 triliun. Proyek tersebut termasuk jalur kereta api yang menghubungkan pesisir timur Malaysia ke Thailand Selatan dan Kuala Lumpur, serta dua jalur pipa gas.
"Saya menjelaskan mengapa kami tidak bisa mengeksekusi ECRL (East Coasr Rail Link)," katanya. "Ini karena pinjaman uang terlalu banyak, yang kami tidak mampu bayar, dan juga karena kami belum memerlukan proyek itu untuk saat ini," ucap Mahathri. "Masalah kami sekarang adalah bagaimana mengatasi defisit keuangan," imbuhnya.
Proyek rel kereta api dipegang perusahaan raksasa China Communications Construction Company, dan sebagian besar dibiayai oleh pinjaman dari Export-Import Bank of China. Sementara itu, Kementerian Keuangan Malaysia pada Juli lalu menyebut, 88 persen dari biaya dua proyek pipa gas senilai 9,4 miliar ringgit atau Rp 33,4 triliun telah dibayarkan ke kontraktor China. Sekitar 13 persen proyek tersebut telah dikerjakan. Salah satu proyek pipa itu berada di negara bagian Sabah di pulau Kalimantan, dan satu lagi di semenanjung Malaysia mengarah ke negara bagian utara Kedah.
Mahathir menyesalkan adanya kesepakatan itu, yang dibuat antara pemerintahan bekas PM Najib Razak dengan China, yang justru membebani keuangan Malaysia. "Jika kami harus membayar kompensasi, kami akan bayar. Ini kebodohan negosiasi sebelumnya. Kami harus cari jalan ke luar dari proyek-proyek ini. Ini kebodohan orang kami sendiri," kata Mahathir kepada media di Beijing seusai kunjungan lima hari ke China.
Mei lalu, Mahathir juga telah menangguhkan rencana proyek kereta cepat Singapura-Kuala Lumpur yang telah disepakati beberapa tahun lalu. Dia menilai proyek tersebut terlalu mahal. Pada Senin (20/8), Mahathir bertemu dengan Perdana Menteri China Li Keqiang. Dia meminta pemimpin China untuk membantu masalah fiskal yang membeli negaranya. "Mungkin (China) dapat membantu kami dalam menyelesaikan masalah fiskal internal kami," ucapnya.
Mahathir juga mengungkapkan negerinya harus belajar banyak hal dari China. Terutama, lanjut Mahathir, bagaimana China mampu menyediakan makanan, teknologi, dan lapangan kerja bagi 1,4 miliar warganya. Mahathir menambahkan, tak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan warganya, China juga masih memproduksi beras yang cukup untuk keperluan ekspor.
"Malaysia, dengan penduduk 30 juta orang, hanya mampu menghasilkan beras untuk 70 persen warganya meski pemerintah sudah memberikan subsidi pupuk," ujar Mahathir kepada jurnalis di pengujung kunjungan kerja lima harinya di Beijing.
Salah satu tempat yang dikunjungi Mahathir di Negeri Tirai Bambu adalah Akademi Ilmu Pertanian China dan Taman Inovasi Teknologi dan Ilmu Pertanian Nasional. Mahathir melanjutkan, Malaysia juga bisa belajar dari China cara memasarkan produknya lewat dunia maya tak hanya ke pasar domestik tetapi juga dunia.
Hal ini disampaikan saat Mahathir membagi pengalamannya usai mengunjungi markas besar Alibaba Group di Hangzhou dan bertemu sang pendiri, Jack Ma. "Warga desa bisa memasok kebutuhan seluruh negeri, bahkan dunia, dengan menjual produk secara online. Kita tak mungkin hidup dalam kemiskinan," tambah dia. Mahathir juga membagi pengalamannya mengendarai kereta api super cepat dari Hangzhou menuju Beijing. Dia menyatakan, Malaysia belum membutuhkan jaringan kereta api super cepat. "Kereta api ini bergerak di kecepatan 300 km per jm. Anda tidak butuh kereta dengan kecepatan ini dari KL menuju Singapur," ujarnya. (Kps/h)