Seoul (SIB) -Seorang tentara Korea Utara (Korut) membelot ke Korea Selatan (Korsel) di perbatasan timur. Pembelotan di perbatasan antar-Korea yang dijaga ketat merupakan hal langka, dan pembelotan ini terjadi seiring kedua negara tersebut tengah mengupayakan proses rekonsiliasi yang rumit.
"Seorang tentara Korea Utara terdeteksi melintasi garis demarkasi militer oleh pasukan Korea Selatan yang menggunakan peralatan pengintaian," demikian disampaikan Kepala Staf Gabungan militer Korsel dalam sebuah statemen seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (1/12). "Tentara tersebut saat ini aman dalam penahanan kami," imbuhnya. "Badan-badan terkait berencana untuk menyelidiki dia mengenai detail bagaimana dia datang ke Selatan," demikian disampaikan.
Lebih dari 30 ribu warga sipil Korut telah meninggalkan tanah air mereka, namun sebagian besar kabur dengan menyeberangi perbatasan berbahaya dengan China, jarang yang menyeberangi perbatasan antar-Korea yang dijaga ketat dengan dilengkapi ranjau dan kawat berduri.
Pembelotan terakhir yang melibatkan warga Korut terjadi pada Mei lalu, ketika dua warga sipil yang menaiki sebuah perahu kecil membelot ke Korsel dengan menyeberangi Laut Kuning. Sebelumnya pada November 2017 lalu, seorang tentara Korut melajukan mobilnya kencang-kencang ke perbatasan yang dijaga ketat, dan kemudian berlari masuk ke wilayah Korsel di bawah hujan peluru yang ditembakkan rekan-rekannya dari wilayah Korut. Dia beberapa kali terkena tembakan dalam pembelotan dramatis di desa gencatan senjata Panmunjom tersebut.
Sementara itu Korsel dan Amerika Serikat dilaporkan sepakat mengurangi latihan militer bersama, yang tadinya dijadwalkan berlangsung pada musim semi 2019. Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, mengatakan bahwa keputusan itu diambil guna memfasilitasi pembicaraan nuklir dengan Korea Utara.
"Foal Eagle (nama latihan militer gabungan AS-Korsel) telah direorganisasi sedikit agar tetap pada tingkat yang tidak membahayakan diplomasi," kata Mattis, menambahkan pengurangan itu termasuk pada ruang lingkup.
Pasukan AS dan Korea Selatan telah melakukan latihan militer bersama selama bertahun-tahun. Bentuk kegiatannya pun diatur secara rutin, mulai dari simulasi pendaratan di pantai hingga tentang pertahanan terhadap invasi dari Korea Utara. Bahkan, dalam latihan terakhir disebutkan bahwa pasukan militer kedua negara konon dibuatkan skenario 'pemenggalan' yang menargetkan rezim Korea Utara.
Mencairnya ketegangan kedua negara memuncak dalam pertemuan bersejarah di Singapura pada Juni 2018, di mana Kim Jong-un dan Donald Trump menandatangani dokumen samar-samar tentang denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea.
Sejak itu, AS dan Korsel telah menangguhkan sebagian besar latihan gabungan utama mereka, termasuk rencana simulasi bertajuk Ulchi Freedom Guardian pada bulan Agustus, dan pelatihan angkatan udara Vigilant Ace, yang dijadwalkan berlangsung bulan depan. (Detikcom/f)