Beijing (SIB)
Sebanyak 10 ilmuwan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya diizinkan mengunjungi China pada Kamis (14/1) untuk menyelidiki asal-usul Covid-19. Upaya penyelidikan tersebut berselang lebih dari setahun sejak kasus virus corona pertama muncul di Wuhan, China pada Desember 2019. Di sisi lain, Beijing terus dituduh telah mencoba menggagalkan penyelidikan asal-usul virus corona sebagaimana dilansir dari AFP, Senin (11/1).
Misi tersebut bakal menjadi kemajuan yang cukup besar saat pandemi Covid-19 telah menghancurkan dunia, menyebabkan hampir dua juta kematian, dan membuat ekonomi global terhenti. Tim dari WHO tersebut akan melakukan kerja sama penelitian bersama tentang asal-usul Covid-19 dengan para ilmuwan China.
Hal itu disampaikan Komisi Kesehatan Nasional China dalam pernyataan namun tidak memberikan rincian lebih lanjut. Sebelumnya, China menunda perizinan terhadap para ilmuwan internasional untuk menyelidiki asal mula pandemi virus corona awal bulan ini. Penundaan tersebut dilakukan pada menit-menit akhir. Hal itu membuat China mendapat teguran keras dari Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Ghebreyesus mengatakan dia sangat kecewa karena China tidak mengizinkan masuknya tim tersebut, terutama karena dua orang sudah dalam perjalanan. Beijing berusaha untuk meredakan ketegangan, dengan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menyebutnya sebagai kesalahpahaman. Para ilmuwan dari WHO tersebut harus melakukan karantina selama dua pekan setibanya mereka di China.
Setelah itu, mereka diperkirakan akan mengunjungi Wuhan, kota tempat virus corona pertama kali terdeteksi pada akhir 2019. AS dan Australia telah memimpin seruan internasional untuk melakukan penyelidikan secara independen tentang asal-usul virus corona. Hal itu menempatkan China di bawah tekanan yang cukup besar di tengah meningkatnya seruan untuk akuntabilitas.
Beijing telah menghadapi kritik internasional atas kurangnya transparansi selama awal-awal pandemi virus corona. Meski demikian, di dalam negeri, Pemerintah China telah memuji penanganan wabah Covid-19 dan menahan berbagai kritik. Pejabat pemerintah telah berulang kali mengatakan bahwa melacak asal mula virus corona adalah "masalah ilmiah" dan bahkan telah memunculkan teori bahwa virus corona itu berasal dari luar China.
Melonjak
Sementara itu, otoritas China untuk pertama kalinya mencatat lonjakan kasus virus corona (Covid-19) tertinggi dalam lebih dari lima bulan terakhir. Lonjakan tertinggi ini terjadi saat jumlah kasus baru corona yang terdeteksi di Provinsi Hebei terus bertambah. Seperti dilansir Reuters, Senin (11/1), Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) melaporkan total 103 kasus baru corona tercatat dalam 24 jam terakhir, atau pada Minggu (10/1) waktu setempat. Angka itu tercatat sebagai lonjakan kasus tertinggi sejak 30 Juli 2020, saat China mencatat 127 kasus corona dalam sehari.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 85 kasus baru di antaranya merupakan kasus penularan lokal atau kasus corona yang penularannya terjadi di tengah masyarakat. Sekitar 82 kasus di antaranya tercatat di Provinsi Hebei, dua kasus di Provinsi Liaoning, dan satu kasus di Beijing.
Sementara sekitar 18 kasus lainnya merupakan kasus impor atau kasus corona yang penularannya terjadi di luar negeri. Menurut data terbaru NHC, total 87.563 kasus corona kini tercatat di wilayah China daratan. Sedikitnya 673 pasien corona masih menjalani perawatan medis, dengan 20 pasien di antaranya dalam kondisi parah. Total 82.229 pasien corona di wilayah China daratan telah dinyatakan sembuh. Sedangkan 4.634 pasien corona lainnya meninggal dunia.
Meskipun kasus-kasus baru corona terus terdeteksi beberapa hari terakhir, jumlahnya tergolong kecil jika dibandingkan saat puncak pandemi di China pada awal tahun 2020 lalu. Otoritas China bergerak cepat dan agresif untuk mengendalikan penyebaran corona dan mencegah kemunculan gelombang baru.
Lockdown diterapkan di kota Shijiazhuang, ibu kota Provinsi Hebei, yang menjadi pusat penularan wabah baru corona. Orang-orang dan kendaraan dilarang meninggalkan kota tersebut dan layanan transportasi umum juga dihentikan sementara. Salah satu distrik di Provinsi Heilongjiang, yakni distrik Wangkui, yang masuk dalam kawasan kota Suihua juga berada di bawah lockdown sejak Senin (11/1) waktu setempat. Lockdown diterapkan setelah terdeteksi 8 kasus baru corona tanpa gejala (asymptomatic).
Seluruh bisnis tidak penting diperintahkan tutup sementara, orang-orang dilarang pergi ke luar kota dan lalu lintas tak penting juga diblokir. Setiap keluarga di distrik tersebut hanya diperbolehkan mengirimkan satu orang untuk pergi keluar rumah setiap tiga hari sekali untuk membeli kebutuhan pokok. (Rtr/dtc/AFP/kps/f)
Sumber
: Hariansib edisi cetak