Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 27 Juli 2025

Tarif Trump Dapat Perlawanan dari Dalam Partai

Prabowo Bersama 4 Pemimpin ASEAN Atur Strategi
Redaksi - Minggu, 06 April 2025 09:40 WIB
227 view
Tarif Trump Dapat Perlawanan dari Dalam Partai
Chuck Grassley


Mengkritik
Senator dari Partai Republik Chuck Grassley mengajukan rancangan undang-undang yang mengharuskan persetujuan Kongres untuk tarif baru. Grassley mengajukan RUU itu sehari setelah Trump mengumumkan tarif baru pada berbagai barang impor.


Dilansir Reuters, Jumat (4/4), Grassley menyebut, negara bagian asalnya, Iowa, sangat bergantung pada perdagangan pertanian global.

Baca Juga:

Kemudian Senator Republik Jerry Moran juga melempar kritik. Dia berharap penerapan tarif terhadap barang masuk AS lebih terarah.


"Saya berharap tarif yang lebih terarah akan memenuhi kebutuhan negara-negara yang memanfaatkan kita, dan mungkin pendekatan yang lebih sederhana dalam hal jumlah," kata Senator Republik Jerry Moran kepada wartawan.

Baca Juga:

Dia khawatir tarif yang dikenakan pada sekutu AS di Asia Tenggara serupa dengan yang dikenakan pada China. Menurutnya, hal itu dapat 'merusak' bagi AS.


Kaget

Senator Republik lainnya, James Lankford juga mengaku kaget dengan tarif 17 persen yang dikenakan Trump pada Israel. Dia berharap Perwakilan Dagang AS dapat menjelaskan mengapa tingkat tarif pada Israel berbeda dari negara-negara lain.


Dinamika politik ini merupakan tanda terbaru dari perbedaan pendapat di internal Partai Republik.


Sementara Senator Demokrat Maria Cantwell dari Washington memandang kebijakan pajak masuk barang ke AS ini harus atas persetujuan Kongres baru, dalam waktu 60 hari sejak diberlakukan, atau secara otomatis memblokir penerapannya.


Kongres merupakan parlemen AS yang terdiri dari House of Representatives (DPR) dan Senat. Untuk diketahui baik DPR AS dan Senat AS, sama-sama didominasi oleh politikus Republik yang merupakan partai pendukung Trump.


Ingatkan
Perdana Menteri (PM) Singapura Lawrence Wong juga angkat bicara soal kebijakan terbaru Donald Trump dalam mengenakan tarif balasan atau resiprokal. Ia mengingatkan, langkah tersebut dapat memicu krisis ekonomi dunia.


Menurut Wong, kini era aturan berbasis globalisasi dan perdagangan bebas telah berakhir. Saat ini, dunia memasuki fase baru yang lebih proteksionis, arbitrer, dan berbahaya bagi negara kecil dengan ekonomi terbuka seperti Singapura yang sangat rentan terdampak.


"AS telah menempatkan Singapura di tingkat dasar terendah dengan tarif sebesar 10%. Jadi dampak langsungnya terhadap kita mungkin terbatas untuk saat ini, tetapi ada konsekuensi yang lebih luas dan lebih mendalam (di masa mendatang)," kata Wong, dikutip dari unggahan pada YouTube pribadinya, Sabtu (5/4).


Wong memperingatkan, apabila negara-negara lainnya mengadopsi pendekatan yang sama seperti AS, meninggalkan sistem World Trade Organization (WTO) dan berdagang hanya dengan ketentuan yang mereka senangi, akan timbul masalah bagi semua negara, terutama negara-negara kecil seperti Singapura.


"Kita berisiko terdesak, terpinggirkan, dan tertinggal," ujarnya.


Lebih lanjut Wong menyampaikan, Singapura telah memutuskan untuk tidak mengenakan tarif balasan. Meski begitu, belum tentu negara lain berpikir hal yang sama. Ia memperingatkan, ke depan ada risiko terjadinya perang dagang global besar-besaran.


Ia menegaskan, Singapura akan terus waspada dan terus memperkuat diri serta kemampuan. Pihaknya juga akan membangun jaringan kemitraan dengan negara-negara yang berpikiran sama.


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru