Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 13 Juli 2025

Fenomena 2 Juta Penduduk 'Lenyap', China Dilanda Krisis Seksual

Redaksi - Minggu, 13 Juli 2025 12:11 WIB
191 view
Fenomena 2 Juta Penduduk 'Lenyap', China Dilanda Krisis Seksual
Ryoji Iwata Unsplash
Ilustrasi populasi dunia.
Jakarta(harianSIB.com)

Populasi China kembali mencatat penurunan signifikan. Berdasarkan data terbaru dari Biro Statistik Nasional China, jumlah penduduk pada akhir 2024 tercatat sebanyak 1,408 miliar jiwa, turun 2 juta dari tahun sebelumnya yang mencapai 1,410 miliar.

Penurunan ini disebabkan oleh angka kelahiran yang terus merosot dan tak mampu menyaingi angka kematian. Fenomena ini menandai kelanjutan dari tren penurunan populasi yang mulai mencuat setelah lebih dari enam dekade pertumbuhan pesat. Sebelumnya, pada 2023 populasi menyusut hingga 2,8 juta jiwa, sementara pada 2022 penurunannya mencapai 850 ribu jiwa.

Baca Juga:

Menurut laporan yang dikutip dari AFP dan dikutip dari CNBC Indonesia, tren demografi ini dikhawatirkan akan berdampak serius dalam jangka panjang. Darren Tay, Kepala Risiko Negara Asia di BMI, menyebut penurunan populasi dapat menjadi ancaman nyata bagi pasar tenaga kerja China dan turut memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dalam satu dekade mendatang.

Sementara itu, proyeksi dari Economist Intelligence Unit (EIU) memperkirakan penurunan populasi China akan terus berlanjut hingga menyentuh angka 1,317 miliar jiwa pada 2050, bahkan berpotensi menyusut drastis menjadi sekitar 732 juta jiwa pada tahun 2100.

Baca Juga:

Tianchen Xu, ekonom senior EIU, mengungkapkan bahwa tingkat kesuburan di China menurun jauh lebih cepat dibandingkan negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan. Salah satu penyebab utamanya adalah tingginya biaya hidup dan mahalnya pengeluaran untuk membesarkan anak, yang membuat banyak keluarga enggan memiliki anak.

Darren Tay menambahkan, fenomena ini merupakan ciri khas negara-negara dengan ekonomi maju. Seiring meningkatnya kompleksitas ekonomi, kebutuhan akan tenaga kerja dengan keterampilan tinggi pun melonjak. Akibatnya, biaya pendidikan dan pengasuhan anak ikut meningkat tajam, sehingga menjadi beban tambahan bagi rumah tangga.

China juga menghadapi tekanan fiskal akibat meningkatnya jumlah lansia dan pensiunan yang memerlukan dukungan finansial.

"Jika usia pensiun dinaikkan menjadi 65 tahun pada 2035, defisit anggaran pensiun bisa ditekan hingga 20%. Penerimaan bersih pensiunan juga bisa meningkat 30%, yang akan meringankan beban negara dan rumah tangga," tulis laporan EIU.

Resesi seks atau penurunan signifikan dalam aktivitas seksual, pernikahan, dan kelahiran, merupakan fenomena sosial yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, budaya, dan struktural.

Di China, biaya hidup dan anak yang kian mahal, stres akan karir dan tekanan sosial, perubahan pandangan terhadap pernikahan dan seks, serta ketimpangan gender dan krisis Jodoh menjadi beberapa penyebab utama resesi seks di negara tersebut.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru