Jerman (SIB)- Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan penarikan sebagian pasukan dari perbatasan dengan Ukraina, seperti diungkapkan pemerintah Jerman. Penarikan itu disampaikan Putin lewat percakapan telepon dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang berupa penarikan sebagian pasukan Rusia dari perbatasan timur Ukraina.
"Selain itu, kedua pemimpin juga membicarakan kemungkinan langkah-langkah untuk menstabilkan suasana di Ukraina dan Trans-Dniester," tambah pernyataan kantor Merkel mengacu kepada daerah pendukung Rusia di perbatasan Ukraina barat yang menyatakan kemerdekaan dari Moldova tahun 1990.
Ribuan pasukan Rusia dilaporkan masih berada di sekitar perbatasan. Pernyataan Kremlin kedua pemimpin membicarakan kesempatan bagi kemungkinan dukungan dunia untuk mengembalikan stabilitas di Ukraina. Ribuan pasukan Rusia dilaporkan masih ditempatkan di sepanjang perbatasan.
Sebelumnya Ukraina mengecam kunjungan Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, bersama rombongan menteri ke Krimea. Jurubicara kementerian luar negeri di Kiev mengatakan hal tersebut sebagai kunjungan pejabat tertinggi ke semenanjung Laut Hitam oleh Moskow. Warga Krimea memutuskan untuk berpisah dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia lewat referendum 16 Maret lalu, yang menurut Majelis Umum PBB tidak sah.
Ukraina Setuju Jadi Lokasi Latihan Perang NATOParlemen Ukraina, Selasa (1/4), sepakat menjadikan Ukraina sebagai lokasi serangkaian latihan gabungan NATO, yang akan menempatkan pasukan AS dalam jarak yang sangat dekat dengan pasukan Rusia di Crimea. "Ini adalah kesempatan terbaik untuk mengembangkan kemampuan angkatan bersenjata kami," kata penjabat Menteri Pertahanan Ukraina, Mykhailo Koval, di hadapan parlemen.
Keputusan itu diambil saat para menteri luar negeri NATO berkumpul di Brussels selama dua hari untuk membahas penempatan pasukan Rusia di dekat Crimea dan Ukraina yang, menurut AS, berjumlah sedikitnya 40.000 personel. Adapun NATO sedang berupaya untuk memperkuat wilayah timurnya setelah aneksasi Rusia terhadap Crimea di tengah kekhawatiran terhadap kebijakan luar negeri Rusia.
Rusia sudah menarik mundur satu batalyon yang terdiri atas 500-700 serdadu dari sekitar perbatasan dengan Ukraina dalam sebuah langkah yang, menurut Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, merupakan pertanda kecil situasi sudah mulai mereda.
Ukraina bukanlah anggota NATO dan pemimpin baru negeri itu sudah mengatakan tidak akan mendekatkan negerinya dengan pakta militer yang bermarkas di Brussels, Belgia, itu. Namun, bekas negara Uni Soviet tersebut memiliki sebuah "kerja sama" dengan aliansi militer itu pada 1997 dan sudah beberapa kali menggelar latihan militer bersama dengan negara-negara anggota NATO.
Latihan perang yang disepakati parlemen ini akan melibatkan Ukraina dalam dua latihan militer dengan AS pada musim panas ini dengan sandi Rapid Trident dan Sea Breeze, yang sudah lama menuai protes Rusia. Dalam latihan ini, Ukraina juga merencanakan dua manuver tambahan dengan Polandia, yang adalah anggota NATO, dan operasi darat gabungan bersama Moldova dan Romania. Sementara latihan dengan sandi Sea Breeze akan digelar sepanjang 25 hari antara Juli dan Oktober di luar pelabuhan Odessa, Crimea, dan di perairan Laut Hitam. AFP.
Paspor Rusia Segera Meluncur untuk Rakyat CrimeaPasca lepasnya Crimea dari Ukrania dan bergabung dengan Rusia, Negeri Beruang Merah mulai fokus untuk memberikan paspor bagi masyarakat Crimea dan Sevastapol. Paspor tersebut sebagai identitas bagi mereka yang baru bergabung dengan Rusia. St. Petersburg telah mengeluarkan paspor secara nasional bagi warga Crimea dan Sevastapol yang mulai berlaku pada Senin, 31 Maret 2014 agar dapat segera mengakses perjalanan menuju wilayah Rusia.
"Kami telah menerima sekira 500 pengajuan paspor dari warga negara Crimea dan Sevastapol," tutur Kepala Cabang St. Petersburg dan Leningard untuk pelayanan Migrasi Rusia Federal, Elena Dunaeva, seperti dilansir dari Xinhua, Selasa (1/4). "Kami melakukan semua yang kami bisa lakukan, serta memastikan kepada mereka yang sudah mengajukan paspor akan menerimanya sesegera mungkin," tambahnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Crimea telah menandatangani perjanjian menjadikan semenanjung Crimea sebagai bagian dari wilayah Rusia setelah referendum. Sebesar 97 persen masyarakat Crimea mendukung untuk melepaskan diri dari Ukrania. Kini, sudah lebih dari 1.000 warga Crimea yang tinggal di St. Petersburg dan Leninggard yang sudah memenuhi syarat untuk membuat paspor.
(BBC/xinhua/kps/w)Simak berita selengkapnya di Harian Umum Sinar Indonesia Baru (SIB) edisi 2 April 2014. Atau akses melalui http://epaper.hariansib.co/ yang di up-date setiap pukul 13.00 WIB.