Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 30 Juni 2025

Pengamat Politik : Idealnya Pesta Demokrasi Hindari Calon Tunggal

Redaksi - Kamis, 24 September 2020 22:20 WIB
482 view
Pengamat Politik : Idealnya Pesta Demokrasi Hindari Calon Tunggal
Foto Dok
Kristian Silitonga SH
Pematangsiantar (SIB)
Pengamat politik Kristian Silitonga SH mengatakan idealnya Pilkada, menghindari calon tunggal. Nuansa pesta demokrasi murni menurut hukum tatanegara, mengedepankan para petarung (lebih dari satu calon) adu gagasan konstruktif dan positif, untuk dinilai konstituen (pemilih).

Hal itu dikemukakan Kristian Silitonga ketika diwawancarai SIB melalui seluler, Selasa (22/9) menyikapi fenomena calon tunggal Pilkada Kota Pematang-siantar. Calon tunggal sudah hampir pasti bertarung dengan petak (kolom) kosong di kontestasi Pilkada 9 Desember 2020 mendatang.

Menurutnya, calon tunggal ditolerir undang undang atau peraturan yang berlaku. Akan tetapi dengan berbagai kajian ilmiah bunyi dan tujuan hukum tatanegara yang kita anut, idealnya pesta demokrasi menghindari calon tunggal, ada figur pilihan alternatif.

Artinya, pesta demokrasi konvensional, mengedepankan para petarung lebih dari satu calon, adu gagasan konstruktif dan positif untuk dinilai konstituen (pemilih). Konstituen akan selektif memilih figur memiliki kualifikasi SDM andal, sebut Kristian alumni Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang itu.

Lantas menyikapi fenomena calon tunggal Pilkada Pematangsiantar, Kristian Silitonga menyerukan masyarakat pemilih supaya menyalurkan hak pilih, sesuai konstitusi yang kita anut. “Ramai-ramailah datang ke TPS,” serunya.

Jangan ada keraguan, hindari golput, pemilih dibenarkan hukum jika memilih petak (kolom) kosong berdampingan foto calon tunggal di surat suara Pilkada. Mencoblos petak kosong juga cermin demokrasi, tandasnya.

Berbicara format demokrasi merespons calon tunggal di kontestasi Pilkada, Kristian Silitonga berpendapat sebaiknya ada langkah evaluatif pemegang otoritas DPR dan Kementerian terkait, memupus oligarki partai politik. Jangan sampai terulang “devisit” demokrasi merespons calon tunggal di Pilkada mendatang, tutupnya. (S02/d)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru