Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 30 Juni 2025

Hari Kartini 2021: Biografi RA Kartini Hingga Penetapan Pahlawan

Redaksi - Selasa, 20 April 2021 12:23 WIB
1.275 view
Hari Kartini 2021: Biografi RA Kartini Hingga Penetapan Pahlawan
Foto Istimewa
RA Kartini 
Jakarta (SIB)
Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April di Indonesia. Sosok tokoh emansipasi wanita itu menjadi simbol kekuatan untuk bangkit dari stigma lama yang mengungkung kebebasan dalam hal meraih pendidikan.

Mengutip dari Website Resmi Kemdikbud, Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat lahir di Jepara, pada 21 April 1879 dalam keluarga bangsawan. Salah satu Pahlawan Nasional Perempuan ini merupakan putri dari seorang Bupati Jepara kala itu, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat sementara Ibunya, M.A Ngasirah adalah seorang anak kiai di Jepara.

Darah bangsawan Ibu Kartini diperoleh dari garis keturunan ayahnya yang masih berkaitan dengan Sri Sultan Hamengkubuwono VI dan masih merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit.

Ia bersekolah di ELS (Europese Lagere School) hingga usia 12 tahun sambil mempelajari berbagai hal, termasuk bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena dipingit.

Perjuangan RA Kartini
Kemampuan bahasa Belanda yang dimiliki RA Kartini membuatnya terus belajar meski dipingit di rumah. Ia sering membaca dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda, salah satunya bernama Rosa Abendanon. Dari bacaan Eropa dan surat-suratnya kepada Rosa, ketertarikan Kartini untuk berpikir maju seperti perempuan Eropa timbul.

Dalam surat-suratnya Kartini kerap menggambarkan kondisi Kartini tumbuh dengan keinginan untuk memajukan perempuan pribumi yang kala itu banyak dibatasi oleh adat istiadat kuno. Pengetahuan Kartini terkait ilmu pengetahuan dan kebudayaan juga cukup luas.

Kartini kemudian dinikahkan melalui perjodohan oleh orang tuanya pada 12 November 1903. Suaminya adalah seorang Bupati Rembang bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri.

Suaminya tahu persis ketertarikan Ibu Kartini sehingga mendukungnya untuk membangun sebuah sekolah khusus wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang.

Pada 13 September 1904, Kartini melahirkan seorang putra bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Sayangnya, hanya berselang empat hari melahirkan, Kartini meninggal dunia pada 17 September 1904.

RA Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Usai kematiannya, surat-surat Kartini dikumpulkan dan diterbitkan dalam sebuah buku berjudul 'Door Duisternis tot Licht' atau Habis Gelap Terbitlah Terang oleh salah satu temannya di Belanda, Mr. J.H Abendanon, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda.

Buku ini diterbitkan pada 1911 dengan bahasa Belanda sehingga tak banyak warga pribumi yang bisa membacanya.

Kemudian pada 1922, Balai Pustaka menerbitkan versi terjemahan buku Habis Gelap Terbitlah Terang: Buat Pikiran dengan bahasa Melayu.

Isi tulisan yang dimuat tersebut mendorong W.R Soepratman untuk membuat lagu berjudul 'Ibu Kita Kartini'.

Kemudian dalam intruksi Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Soekarno juga menetapkan hari lahir Kartini, 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini sampai sekarang. (detikcom/f)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru