Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 13 Juli 2025

Idul Adha 1442 H Momen Lebih Dekat kepada Kaum Mustadh’Afin

Redaksi - Selasa, 20 Juli 2021 16:29 WIB
333 view
Idul Adha 1442 H Momen Lebih Dekat kepada Kaum Mustadh’Afin
Foto Dok/PDIP
H Djarot Saiful Hidayat
Medan (harianSIB.com)

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengajak masyarakat memaknai Hari Raya Idul Adha 1442 H lebih mendalam lagi di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir,

Hal itu disampaikan Ketua DPD PDIP Sumut H Djarot Saiful Hidayat melalui keterangan tertulisnya yang diterima harianSIB.com dalam rangka peringatan Idul Adha 1442 H, Selasa (20/7/2021).

"Momen Idul Adha tidak lepas dari pengorbanan seorang ayah yaitu Nabi Ibrahim AS, yang harus mengorbankan anak tersayangnya yaitu Nabi Ismail AS demi menjalankan perintah Allah dan yang tak kalah penting adalah kerelaan dari seorang istri sekaligus ibu yaitu Siti Hajar," katanya.

Menurutnya, masyarakat harus mencontoh keluarga Nabi Ibrahim AS, di mana ayah, istri dan anak kompak serta solid dalam menjalankan perintah Allah SWT demi kepentingan yang lebih besar lagi. Bahkan kepatuhan tersebut dilakukan dengan komitmen tinggi tanpa bantahan sedikit pun,

“Di masa pandemi, kita juga dituntut untuk berkorban untuk mematuhi prokes agar tidak menjadi bencana, dan madrasah keluarga Nabi Ibrahim bisa kita jadikan teladan, bagaimana sebuah keluarga patuh terhadap perintah Allah dan menjaga masyarakat agar tidak terpapar corona merupakan perintah Allah SWT," ujarnya.

Hari Raya Idul Adha yang merupakan hari raya kaum Mustadh’afin yang dalam dimensi pemikiran Bung Karno adalah kaum Marhaen, merupakan momen yang seharusnya dijalani dengan kegembiraan.

“Akan tetapi situasi pandemi membuat kita semua harus bisa dan ikhlas untuk tidak merayakan secara berlebihan, untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 dan bagi kaum Mustadh’afin inilah pengorbanan yang harus dijalankan dalam masa pandemi ini," ungkapnya.

Ia yakin ada hikmah disetiap cobaan yang diberikan Allah SWT, termasuk pandemi yang belum berakhir ini. Hikmah terbesarnya adalah agar masyarakat lebih fokus kepada sanak saudara yang hidup kesulitan, pada 23 Oktober 1946, Bung Karno menuliskan sebuah petuah yang begitu mendalam yakni berbunyi: orang tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin.

"Jika dalam Idul Adha sebelum pandemi kita berlomba untuk mencapai gelar haji. Maka saat Idul Adha di masa pandemi mari berlomba dan bersemangat dalam membantu kaum Mustadh’afin atau kaum Marhaen karena ganjaran yang diberikan oleh Allah pastinya tidak berbeda, karena peduli kemanusiaan adalah nilai dan ajaran agama itu sendiri," ujarnya. (*)

Editor
:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru