Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 10 Juli 2025

Penderita TBC Terinfeksi Covid-19 Ditemukan di Medan? Ini Jawaban Dinkes

Redaksi - Senin, 22 November 2021 17:52 WIB
418 view
Penderita TBC Terinfeksi Covid-19 Ditemukan di Medan? Ini Jawaban Dinkes
Foto Dok/Leo Bukit
Edy Yusuf SKM MKM
Medan (harianSIB.com)

Laporan badan kesehatan dunia atau WHO tahun 2021, Indonesia merupakan negara ketiga dengan beban tuberkulosis (TBC/TB) tertinggi setelah India dan Cina dengan estimasi kasus 824.000 selama tahun 2020.

Sementara kasus yang ditemukan sebesar 393,323 dengan penanganan pengobatan hanya sebesar 48 persen. Namun, adakah penderita TBC terinfeksi Covid-19 telah ditemukan di Medan.

Kepala Seksi P3M Dinas Kesehatan Medan, Edy Yusuf mengaku belum menemukan penderita TBC yang tertular Covid-19, karena minat mereka menurun untuk berobat ke rumah sakit.

"Kalau dari data kita enggak ada, belum ada ditemukan (penderita TBC terinfeksi Covid-19). Karena, memang di masa pandemi ini minat masyarakat memeriksakan diri ke rumah sakit menurun," kata Edy Yusuf, Senin (22/11/2021).

Menurunnya, minat penderita TBC berobat ke rumah sakit, menurut Edy, karena stigma yang tinggi terkait penyakit Covid-19. "Mereka (penderita TBC) sepertinya sudah mencari alternatif lain pengobatan penyakitnya," katanya.

Lebih lanjut Edy mengatakan, selama pandemi ini kasus penderita TBC-RO (TBC Resistan Obat) yang ditemukan menurun. Seharusnya, estimasi TBC-RO di Medan sekitar 500 kasus. Tetapi, pada tahun ini baru ada sekitar 86 kasus. Dari jumlah penderita TBC-RO tersebut, baru sekitar 70 persen lebih yang melakukan pengobatan.

"Kita melakukan investigasi untuk mengajak dan mengedukasi para pasien TBC-RO agar mau memulai lagi pengobatan terhadap penyakitnya. Akan tetapi, memang ada pasien yang tidak berobat lagi karena sudah pindah domisili hingga loss contact," katanya.

Karena itu, sambung Edy, pihaknya menggandeng lembaga swasta hingga kader TBC bahkan kader PKK dilibatkan untuk mengajak pasien TBC-RO agar melanjutkan pengobatan. Pasalnya, ada beberapa kasus pasien TBC dengan kondisi telah membaik setelah berobat. Namun, ketika kondisinya membaik ternyata mereka berhenti mengonsumsi obat.

"Pasien TBC-RO itu, misalnya pasien dengan kasus TBC biasa tetapi setelah dua bulan konsumsi obat lalu berhenti karena sudah merasa sembuh. Namun, ketika berobat kembali ternyata masih belum sembuh dan bahkan butuh penanganan intens. Atau, memang pasien itu sudah tertular dari penderita TBC-RO lalu menularkan kepada orang lain," terangnya.

Ia menambahkan, masa pengobatan penderita TBC-RO cukup lama, minimal 9 bulan hingga 2 tahun dengan diikuti injeksi. Artinya, memang pasien TBC-RO cukup menderita, sehingga perlu pendampingan dari organisasi swasta terkait dan pemerintah daerah.

"Untuk mengobati pasien TBC-RO sampai sembuh membutuhkan biaya pengobatan sekitar Rp200 jutaan. Oleh sebab itu, pemerintah mengambil peran dimana obat pasien TBC-RO masih disuplai dari Kementerian Kesehatan ke Dinas Kesehatan daerah dan selanjutnya didistribusikan kepada pasien," tutupnya. (*)

Editor
:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru