Medan (SIB)
Setelah sempat tepuruk sebelumnya akibat ekspektasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, harga emas belakangan ini kembali mengalami kenaikan.
Harga emas sejauh ini bertengger di kisaran 1.831 dolar AS per ons troy. Membaik setelah sempat terpuruk hingga ke level 1.790 dolar AS per ons troy di bulan Januari kemarin. Harga logam mulia di tanah air saat ini dijual di kisaran Rp945.000 han per gram Kamis (10/2).
Kinerja harga emas yang membaik belakangan ini tidak terlepas dari kekuatiran ancaman perang dunia ketiga, ungkap Pengamat Ekonomi Gunawan Benyamin, Kamis (10/2).
Disebutnya, hubungan antara Rusia dan Ukraina memanas. Masalah geo politik tersebut juga turut menyeret sejumlah negara lain seperti AS hingga NATO. Nah, bagaimana hubungan antara ancaman perang ini dengan harga emas, tanya Gun.
Jadi di saat terjadi perang, investor akan lebih berhati-hati lagi dalam berinvestasi. Investor cenderung untuk menghindari produk-produk investasi dimana produk tersebut dikeluarkan oleh negara yang tengah berperang. Karena di saat sebuah negara berperang maka resiko investasinya meningkat. Hal ini bisa membuat sejumlah produk keuangan atau investasi negara tersebut ditinggalkan investor.
Maka di saat itu, investor akan memilih produk-produk yang lebih aman. Nah emas ini akan menjadi instrumen investasi yang lebih menarik dan dinilai lebih aman dibandingkan dengan produk investasi lain dari sebuah negara seperti obligasi, property, mata uang, pasar saham dan produk investasi lainnya.
Sekalipun perang tidak melibatkan semua negara, namun pasar keuangan global tetap berpeluang terpuruk saat perang terjadi. Di saat itu harga emas justru berpeluang untuk naik.
“Namun saya tetap menggaris bawah berinvestasi di emas berpeluang untuk berfluktuasi dalam rentang yang lebar. Pelaku pasar harus benar-benar cermat dan terus memantau perkembangan geopolitik serta kebijakan suku bunga acuan AS,†katanya.
Kalau kenaikan suku bunga acuan AS ini kan memang akan terjadi dalam waktu dekat, berpeluang menekan harga emas dalam jangka panjang.
Namun jika perang terjadi, maka tekanan itu bisa saja hilang, karena perang akan mendorong kenaikan harga emas. Jangan terlena dan terus ikuti perkembangan di kedua sisi baik itu bunga acuan maupun perang itu sendiri, ujarnya. (A1/f)