Balige (SIB)
Warga mengeluhkan ikan pemangsa ikan di Danau Toba. Nelayan, khususnya di wilayah Toba, yang menggantungkan nasib pada tangkapan ikan di danau terbesar di Asia Tenggara itu, Jumat - Sabtu (8 - 9/4), menyampaikan pada pegiat lingkungan Ir Linceria Nainggolan yang datang bersama sejumlah personel yang berwadah dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pakar. “Kami datang untuk mengedukasi masyarakat dalam memerangi ikan toyatoya. Orang di sini bilang setan merah (red devil) karena ikannya merah. Sudah hampir tiga tahun predator ikan itu dikeluhkan,†tegasnya didampingi Sekwil LSM Pakar, Roy Syamsul Gultom dan aktivis, Mual Matio Hutagaol.
Ia mengatakan, pihaknya mengedukasi nelayan bersama pemerintah Kabupaten Toba. “LSM Pakar dan Bupati Toba, Poltak Sitorus langsung terjun mengedukasi penangkapan predator ikan itu. Baik dengan cara tradisional yakni menjala, memancing atau dengan alat. Tapi saya harapkan, kala memburu setan merah jangan berdampak negatif ke populasi ikan lain. Ikan mas, misalnya, yang punya nilai lebih bagi Bangso Batak,†ujarnya.
Linceria Nainggolan berharap Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Dinas Perikanan dan Kelautan Sumatera Utara serta yang terkait, memberi perhatian untuk memberangus red devil.
Menurutnya, keluhan soal predator ikan itu sudah dikemukakan warga sejak hampir tiga tahun lalu. Namun predator ikan makin merajalela. “Ikan toyatoya itu memangsa ikan mas dan ikan nila serta ikan lain yang hidup di Danau Toba,†tambahnya.
Pihaknya berterima kasih, Bupati Toba memberi perhatian dengan mengerahkan perangkatnya terus memburu ikan toyatoya. “Saya berkepentingan karena leluhur saya berasal di sekitar Danau Toba dan menggantungan kehidupan dari Danau Toba,†tambahnya. “Pada kementerian, LSM Pakar Sumut mengimbau agar menurunkan ahli. Kenapa red devil ada dan bagaimana cara memusnahkan, tanpa harus berdampak pada populasi ikan lainnya,†pintanya. (R10/c)