Harga komoditi biji coklat (Kakao) di tingkat petani di Asahan dalam beberapa pekan terakhir terus mengalami penurunan.
Semula, biji kakao kering di bandrol dengan harga Rp 27.000/Kg kini turun menjadi Rp 23.000 - 24.000/Kg.
Ridwan, warga Kecamatan Pulo Bandring kepada SIB, Sabtu (25/6) menuturkan, harga jual kakao di tingkat petani tidak seperti yang diharapkan, padahal satu setengah sebulan lalu, ia sempat menjual dengan harga Rp 27.000/Kg. Namun menurut Ridwan, kegembiraan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah beberapa minggu memanen dan hasil nya telah terkumpul, harga jual kakao justru menurun hingga Rp 23.000 - Rp 24.000/Kg. Kami tidak tahu mengapa harga kako anjlok, keluh bapak 2 anak itu.
Hal senada dikatakan B. Siregar. Kemarin ia menjual kakao di salah satu pengepul dengan harga Rp 23.000/Kg. Menurut pedagang pengepul, rata-rata (agen) membeli kakao kering dengan harga Rp 22.000 - Rp 24.000/Kg tergantung tingkat kekeringan.
Ditambahkan Siregar, penurunan harga sangat merugikan para petani yang selama ini bergantung pada hasil kebun kakao.
Terlebih, panen buah kakao tahun ini berkurang serta kondisi buahnya juga kurang baik akibat penyakit yang menyebabkan biji kakao tidak berkembang. Tidak seperti panen tahun sebelumnya, buah bagus, bisa sampai bergoni-goni, keluh nya.
Terpisah, Sayuti Hamdani, salah seorang pengepul (agen) mengakui hal itu. Memang terjadi penurunan harga pada komoditas kakao dari sebelumnya Rp 27.000/Kg ke harga Rp 23-000 - 24.000/Kg. Turunnya harga ini secara berangsur sekitar Rp 2 ribu per kilogram atau lebih. “Bukan petani kakao saja mengeluh, saya sebagai agen pun mengalami hal itu.
Terkadang, agen enggan membeli kakao petani disebabkan harganya berfluktuasi, sementara biji kakao juga semakin sedikit akibat buah trek atau pohon kakao banyak ditebang warga untuk alih fungsi lahan. Saya tidak mengetahui pasti mengapa harga kakao berfluktuasi seperti itu,” sebut Sayuti. (E13/a)