Puluhan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Darma Patra Pangkalan Brandan, Kecamatan Sei Lepan Langkat yang mendapatkan beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) tak menerima haknya secara utuh.
Modus yang dilakukan oknum guru itu adalah dengan melakukan pungutan terhadap para siswa yang namanya ada dalam daftar penerima beasiswa PIP itu.
Salah satu orangtua siswa SMP yang merupakan penerima bantuan PIP kepada SIB, Kamis (15/7) mengatakan, penyaluran beasiswa tersebut guna melancarkan program dari Pusat Layanan Pendidikan (Puslabdik) tersebut.
Tapi, anehnya, setelah semua siswa didampingi orang tua menerima uang PIP itu, kemudian orang tua siswa memberi Rp 50 ribu per siswa kepada oknum guru tersebut.
“Mestinya setiap siswa menerima haknya dari beasiswa PIP Rp 750 ribu per tahun, tapi aku dan teman-teman lainnya diarahkan orang tertentu menyerahkan uang Rp 50 ribu kepada oknum guru di sekolah itu," ungkap orang tua murid yang meminta namanya tidak ditulis.
Padahal, sesuai regulasi, kata dia, biaya operasional guru dan biaya administrasi ditanggulangi melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) masing-masing.[br]
Salah seorang guru di SMP Swasta Dharma Patara Pangkalan Brandan, Syaiful yang dikonfirmasi SIB di ruang piket sekolah itu, Jumat (15/7), membenarkan pihaknya ada menerima uang dari pencairan PIP itu sebesar Rp 50 ribu per siswa.
Namun, kata dia, "uang tersebut pemberian orang tua siswa, bukan dipotong seperti di informasikan orang tua siswa," ucapnya, seraya menyebutkan sekitar 65 peserta didik yang menerima dana PIP T.A 2022 di sekolah tersebut.
Disinggung ada salah seorang siswa, yang selama dua tahun haknya tidak diterima murid itu. Namun, setelah hal ini diberitahukan kepada wartawan, dan di konfirmasi kepada pihak bersangkutan, termasuk ke pihak bank di Pangkalan Brandan, baru dana tersebut dicairkan sebesar Rp1,5 juta.
" Itu sama sekali tidak saya tahu, saya tidak bohong." Bagaimana guru tidak tahu masih ada siswanya yang belum menerima dana PIP, sementara jumlah siswa penerima ada di tangan guru," tanya SIB, dia enggan menjawab. (A11/a)