Handri Surbakti Sulap Lahan Tidur Jadi Kebun Holtikultura di Sibuluan Nalambok

Tapteng(harianSIB.com)

Program ketahanan pangan merupakan fokus pemerintah terhadap sektor pangan. Program itu juga bagian dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan warga.

Selain itu, ketahanan pangan dapat menjaga stabilitas ekonomi daerah dengan menggalakkan warga dalam bercocok tanam.

Baca Juga:

• Bupati Tapteng Tekankan Pentingnya Imunisasi Anak
• Tim Basket Putri Methodist-2 Medan Ikuti Kejuaraan Internasional di Taiwan

Handri Surbakti, pria suku Karo yang berhasil menyulap lahan tidur milik warga menjadi kebun tanaman holtikultura di Sibuni-buni, Kelurahan Sibuluan Nalambok, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Setahun lalu, Handri menyewa lahan kosong seluas 4 ha, ditanami jagung hibrida, cabai hingga sayur-mayur. Tidak ada yang menyangka, jerih payahnya mengelola lahan tidur berbuah hasil. Kini, bibit yang ditanaminya dapat menghasilkan jagung sebanyak 3,5 ton dalam sekali panen.

Baca Juga:

• HUT ke-74 IBI, Bupati Tapteng Ajak Bidan Cegah Stunting
• Pemkab Simalungun Semarakkan Hari Lanjut Usia Nasional dengan Berbagai Kegiatan

"Kami bisa panen 3 kali dalam setahun. Jika tanaman diberikan pupuk yang cukup," ujar Handri, Rabu (25/6/2025).

Selain dapat meningkatkan ekonomi keluarga, Handri juga berhasil membuka lapangan kerja bagi warga sekitar saat memasuki musim tanam juga panen.

Sebagai petani holtikultura, pria berbadan tambun tersebut mengaku beberapa tantangan yang dihadapi adalah pergantian musim. Dia mengaku biasanya mensiasati dengan mencocokkan bibit sesuai musim. Seperti bibit Pioneer yang digunakan jika musim hujan, sedang bibit jagung hibrida Raja dipakai saat musim kemarau tiba.

Tantangan lainnya yang dihadapi petani dalam memperoleh pupuk. Handri mengaku kesulitan dalam mendapatkan pupuk subsidi dikarenakan dirinya belum bergabung dalam kelompok petani (Poktan).

Dirinya mengaku harus berlapang dada membeli pupuk dengan harga selangit, merengek pun tiada berguna. Bahkan jika pupuk langka dia harus melanglang buana hingga ke daerah Tapanuli Utara.

"Harga pupuk urea yang saya beli itu Rp 170 ribu per sak (50 kg). Itu pun kalau ada kalau tidak ada kami ke Adian Koting," terangnya.

Jagung yang telah dipipil akan dipasarkan, dibanderol dengan harga Rp5.200 per kilogram. Biasanya jagung akan diolah bahan makanan maupun dijadikan pakan ternak.

Harapannya, petani mendapat perhatian dari Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Tengah agar mereka dibantu memperoleh pupuk subsidi.

Sementara itu, Lurah Sibuluan Nalambok, Dedy Darmansyah Pasaribu mengapresiasi warganya yang masih tekun bercocok tanam. Sebagai Lurah, dia juga telah menerapkan pemanfaatan lahan kosong disekitar ruang lingkup kantor dengan bertanam cocok sayur-mayur.

Lebih lanjut disampaikan Dedy, pihaknya juga kini tengah fokus membantu para petani untuk membuat proposal dalam pembentukan poktan di wilayahnya.

"Kami sedang berupaya agar petani kami dapat menjadi bagian dari kelompok petani agar mendapat pupuk subsidi," pungkasnya. (*)