Tarutung (SIB)- Seratusan masyarakat Pahae Julu mendatangi mantan Bupati Tapanuli Utara (Taput) Torang Lumban Tobing (Toluto) untuk menyampaikan aspirasi, menolak kehadiran perusahaan asing Hyunday dan Halliburton di proyek pembangunan PLTP Sarulla, karena tidak ada memperkerjakan warga Pahae, Kamis (23/4) di Tarutung.
Menurut sejumlah tokoh masyarakat Pahae Julu antara lain, Bitner Sitompul dari Desa Lumbantonga Sigompulon, Poltak Tampubolon warga Simataniari Desa Hutajulu, Marihot Simanjuntak dari Desa Simasom dan Tigor Sitompul dari Sigompulon, proyek PLTP Sarulla dengan konsorsium PT SOL tidak ada mempekerjakan warga Pahae sekitarnya, bahkan lebih mengutamakan tenaga kerja dari luar daerah. Padahal dalam pembukaan proyek tersebut , pada masa itu Torang Lumban Tobing sebagai Bupati Taput menyatakan kepada masyarakat akan lebih mengutamakan tenaga kerja daerah sesuai dengan kemampuannya.
"Ternyata itu tidak benar, buktinya tak ada warga kami yang bekerja di sana, padahal katanya itu proyek nasional yang akan mensejahterakan masyarakat , ternyata yang bekerja di sana warga dari luar. Untuk itulah kami datang kepada Pak Toluto mempertanyakan janji itu," tegas Bitner Sitompul.
Selain itu, tambah Poltak Tampubolon, masalah Amdal proyek sudah mulai mengganggu kenyamanan warga, karena bau busuk sudah mulai tercium. Masyarakat secara khusus di Simataniari tidak tahu apakah bau gas itu berbahaya atau tidak. "Limbah proyek sudah mulai mengganggu warga, kami takut hal itu berbahaya bagi warga," tegasnya.
Tuntutan yang sama diutarakan Marihot Simanjuntak, bahwa sebelumnya pihak PT SOL berjanji akan mempekerjakan warga Pahae sekitarnya, ternyata itu hanya tinggal janji. "Kalau ada warga Pahae yang bekerja di proyek tersebut gajinya cukup rendah," katanya.
Sementara itu mewakili anak rantau, Ir Taofiq Sitompul mengatakan, cukup banyak putera daerah dari Tapanuli Utara yang sanggup bekerja di proyek PT SOL ternyata dalam proses tender perusahaan daerah dikalahkan, padahal jenis-jenis pekerjaan cukup banyak di sana, kenapa mesti perusahaan asing yang dipakai. "Cukup banyak perusahaan besar milik putera daerah di Jakarta atau di nusantara ini, tetapi tidak pernah diberikan peluang untuk ikut membangun," kata Taofiq.
Warga datang sambil membawa spanduk dan sejumlah poster bertuliskan, "Tolak kontraktor dan pekerja asing Hyunday dan Halliburton di proyek PT SOL, Amang Toluto tolong kami menagih janji PT SOL, masyarakat Pahae tidak diberikan pekerjaan di proyek SOL, dan lain-lain."
Menanggapi tuntutan warga itu, Torang Lumbantobing didampingi Wakil Ketua DPRD Taput Ir Reguel Simanjuntak, Kasat Intel Polres Taput AKP Bosar Harahap dan Kasat Shabara AKP Wahyudin mengatakan, daerah Tapanuli Utara cukup banyak mengandung sumber kekayaan alam dan sangat layak dikembangkan untuk kesejahteraan rakyat.
Menurut Toluto pemberian ijin terhadap proyek PLTP Sarulla yang mampu menghasilkan tenaga listrik 330 MW tersebut, karena pada awalnya ada komitmen akan mengutamakan putera daerah dalam hal ini warga Tapanuli Utara untuk dipekerjakan di proyek tersebut sesuai dengan kemampuan warga. "Itu makanya saya saat itu sebagai Bupati Taput memberikan ijinya. Namun, jika itu benar bahwa pihak PT SOL tidak ada mempekerjakan warga Pahae sekitarnya, maka PT SOL telah ingkar janji, maka saya saat ini mantan Bupati Taput akan ikut menuntut menagih janji itu supaya mengutamakan putera daerah," tegas Toluto.
Disebutkan, dalam waktu dekat akan mengundang pihak PT SOL untuk membicarakan permasalahan itu dan duduk bersama dengan masyarakat.
Mengenai banyaknya buangan material yang disebut limbah proyek diangkut ke Sumatera Barat dengan dana 250 dolar, Toluto mengatakan, dalam perjanjian itu tidak ada. "Tidak ada dibicarakan bahwa limbah proyek bisa diangkut ke luar daerah dengan biaya 250 dolar, jadi itu patut dipertanyakan dan diselidiki. Yang jelas saya Toluto tetap berpihak kepada rakyat dan saya siap bersama-sama dengan rakyat menuntut PT SOL," ujar Toluto.
Sementara itu, wakil Ketua DPRD Taput Ir Reguel Simanjuntak mengatakan, jika memang kehadiran PLTP Sarulla tidak untuk mensejahterakan rakyat sebaiknya ditutup sebelum berdampak buruk bagi rakyat.
Ketika Humas PT SOL Industan Sitompul dikonfirmasi melalui telepon selular mengatakan masalah tenaga kerja di proyek ada warga dari luar tetapi juga ada juga warga Pahae sekitarnya, jadi tidak semua dapat tertampung. Sedangkan mengenai limbah yang dikirim ke Teluk Bayur Sumatera Barat dengan biaya 250 dolar tersebut dikatakan, adalah kating hasil pengeboran dan pembuangannya memang ke sana sekaligus untuk diteliti.
(E01/E03/ r)