Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 10 Agustus 2025

GBKP KM-8 Hadirkan Vulkanolog Jonathan Tarigan Diskusi Soal Letusan Gunung Secara Ilmiah dan Alkitab

- Minggu, 09 Februari 2014 11:39 WIB
1.564 view
GBKP KM-8 Hadirkan  Vulkanolog Jonathan Tarigan Diskusi Soal Letusan Gunung Secara Ilmiah dan Alkitab
SIB/Int
Gunung Sinabung
Medan (SIB)- Rohaniawan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Pdt Endang Barus menegaskan, peristiwa letusan atau erupsi Gunung Sinabung yang telah berlangsung enam bulan lebih (sejak 13 September 2013) jangan dijadikan sebagai bentuk atau sumber bencana.

Hendaknya dijadikan sebagai pelajaran atau momen ’studi’ untuk lebih peduli pada fenomena alam dan sekaligus pelajaran bagaimana menghadapi bencana.

”Dunia gerejawi belakangan ini sedang menerapkan Theologi Ekologi atau Theologi Lingkungan Hidup yang misinya untuk lebih menyadarkan manusia, khususnya umat Kristen agar lebih peduli dalam arti memelihara alam ciptaan Tuhan dan segala seisinya ini.

Lagi pula, tak ada istilah bencana dalam Theologi. Tapi, kalaupun secara manusiawi letusan gunung atau peristiwa serupa dianggap bencana, maka jadikan peristiwa ini sebagai momen pelajaran bagaimana kesiapan kita sebagai manusia ciptaan Tuhan selaku mahluk yang lebih sempurna, bisa menghadapi bencana itu sendiri,” papar Pdt Endang Barus di Medan, Jumat malam (7/2).

Dia mengutarakan itu dalam acara ibadah Pendalaman Alikitab (PA) GBKP KM-8 Padang Bulan Medan, yang diselenggarakan Mamre (kaum bapak) GBKP KM-8 Padang Bulan, yang juga dihadiri  kaum wanita GBKP (Moria) setempat. Ibadah PA tersebut secara khusus dirangkai dengan diskusi terbuka dengan thema ’Apa & Kenapa Gunung Sinabung Meletus’, yang menghadirkan ahli vulkanologi & geologi Ir Jonathan Ikuten Tarigan dari Dewan Pakar Geologi Indonesia.

Terlepas dari adanya korban jiwa yang terkena guguran lava pijar (vulkanolog Jonathan Tarigan menegaskan itu bukan awan panas berdasarkan tipe matrial letusan Sinabung yang berbeda dengan letusan Gunung Merapi.

Pdt Endang Barus juga menegaskan erupsi Sinabung yang telah menunjukkan aktifitas letusannya beberapa lama pada tahun 2010 lalu, hendaknya bisa melatih dan menjadikan kita, khususnya warga Karo di sekitar Sinabung, untuk mampu dan berani menghadapi gejala  atas fenomena alam yang terjadi, bukannya malah jadi takut walaupun selalu diperlukan sikap tindak waspada sembari memperdalam pengetahuan tentang fenomena alam, dalam hal ini tentang gunung api (Sinabung).

”Alam dan kita-kita ini semuanya kan ciptaan Tuhan. Jadi, prinsipnya, Tuhan sang pencipta itu tentu sesuka-hati-Nya mau diapakannya ciptaan-Nya di dunia ini. Firman Tuhan dalam ayat-ayat Efesus 4 antara lain disebutkan: karena kita ini buatan Allah yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya, karena Dia mau supaya kita hidup di dalam-Nya.

Jadi, dengan hikmat yang diberikan kepada kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna atau istimewa, kita harus mempelajari makna letusan Sinabung ini, apakah sebabagai tanda alam yang berkorban untuk kita, atau kita yang berkorban untuk alam ini.

Jonathan mengatakan, secara theologis, letusan Sinabung  terlepas apakah disebut bencana nasional atau bencana internasional,  semata-mata merupakan tindak kuasa Tuhan untuk mengingatkan  introspeksi total agar tahu dan ingat bahkan tetap berkomunikasi dengan Tuhan.

“Jangan ego dan ego terus mentang-mentang kita manusia ini mahluk ciptaan yang istimewa (sempurna). Jangan lagi buat murka Tuhan dengan bersahabat dengan judi, prostitusi atau simbol penyembahan berhala-berhala sehingga lupa memelihara dan mengelola anugrah Tuhan berupa tanah subur dari Sinabung selama ini,” ujar Pdt Endang Barus yang membuat hadirin penuh antusias.

Renungan kotbah dan paparan diskusi dari Jonathan Tarigan  berlangsung khidmat dan serius sehingga baru usai menjelang tengah malam. Ketua Mamre GBKP Km-8 Padang Bulan Yusuf Ginting merasa puas karena jumlah hadirin lebih banyak dari perhitungan semula.

Hadir antara lain Simson Ginting, Mora Pinem, Varosa Purba, dan beberapa undangan dengan antusias bertanya tentang profil gunung Sinabung, potensi ancaman atau bahaya lanjutan hari-hari ke depan, tingkat bahaya erupsi, masa rawan bencana selama erupsi, dan lain-lain.

”Sinabung itu meletus semata-mata karena fenomena dan proses keseimbangan alam atas tipe gunung yang bersifat Strombolian atas kandungan gas-gas dalam dapur magma, sebagaimana profil dan sifat gunung api aktif.

Berdasarkan klasifikasi data bandingan dari tim vulkanolog Dr Elsa S Calder atas kasus letusan gunung Soufriere Hill Volacono di Karibia, matrial yang keluar akibat letusan gunung Sinabung saat ini yang bersifat pasif. Volume matrial semburan Sinabung itu (berupa abu, lumpur dan partikel vulkanik lainnya) hanya berkisar 4 juta meter kubik, dan tergolong sangat kecil dibanding matrial dari Gunung Merapi yang mencapai 120 juta meter kubik.

Dari jenis matrial inilah, dipastikan magma Gunung Sinabung itu terbilang kecil sehingga tak ada hubungannya dan tak mungkin seperti dapur magma Gunung Toba seperti yang bilang sebagian orang yang juga mengaku ahli. Plus, tetap anatominya, bahwa berkurang atau habisnya gas pada dapur magma gunung api yang keluar dalam bentuk lava, merupakan petunjuk akhir dari erupsi,” ujar Jonathan sembari menunjukkan tayangan ilmiah dengan  profil dan proses aktivitas gunung api dari sejumlah kasus letusan gunung api di dunia.

Hadir di acara diskusi itu para pengurus Mamre GBKP KM -8: Ketua Yusup Ginting, Sekretaris Tuah Kembaren Tarigan, Bendahara Dkn Dividen Kemit, Kordinator Koinonia Dk Ir Nefo Karosekali, Kordinator Marturia A Ngutra Sitepu dan Kordinator Diakonia Berdikari Bukit, plus anggota Herujan Tarigan dan Pt Kelengi Bangun.

Dari kalangan undangan tampak hadir Ir Rony Tuah Purba, Erikson Tarigan dari Insitot Theologia Abdi Sabda (ITAS), dan sejumlah anggota Moria GBKP setempat.

”Saya puas dengan acara diskusi ini dan berharap GBKP, khususnya melalui Mamre, bisa menjadi medium pencerahan dan percerdasan publik di kalangan masyarakat Karo dalam menyikapi aktivitas Sinabung saat ini dan di hari-hari mendatang.

Sehingga kita lebih siap dan lebih dekat untuk hidup damai berdampingan dengan Gunung Sinabung ini,” ujar Yusup Ginting mengutip tema yang diangkat Jonathan Tarigan dalam diskusi tersebut. (A5/c)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru