Medan (SIB)-Pengamat lingkungan, Jaya Arjuna menegaskan PDAM Tirtanadi harus memerbaiki kerusakan sumber air baku pegunungan di Sibolangit, sumber air Sungai Belawan, Sungai Delitua dan Sungai Klambir Lima yang kondisinya 30 persen sudah tidak layak dikonsumsi.
Hal itu diungkapkan Jaya Arjuna pada Focus Group Discusion (FGD) bertajuk Perspektif Ekonomi Lingkungan Terhadap Keberlanjutan Potensi Sumber Daya Air di Kota Medan dan Wilayah sekitarnya yang diselenggarakan Program Studi Ekonomi Pembangunan USU dan PDAM Tirtanadi di ruang Micky Wijaya Anwar Karim FEB USU, Senin (21/1).
"Tentunya kita sebagai warga Medan tidak ingin PDAM Tirtanadi sakit dan krisis air. Karenanya aspek lingkungan harus diperbaiki jika sektor hulu rusak maka berdampak pada sektor hilir dan ini menyangkut kelangsungan sumber air di kemudian hari," katanya.
Menanggapi kritikan pedas Jaya Arjuna tersebut, Dirut PDAM Tirtanadi Sutedi Raharjo tetap mengatakan PDAM Tirtanadi sebagai operator, fokus menyediakan ketersediaan air baku untuk keberlanjutan sumber daya air dengan mengelola air minum dan air limbah bagi konsumen di Medan.
Selain itu, PDAM juga melakukan subsidi silang untuk membantu masyarakat miskin, karenanya tarif airnya terendah dan termurah di Indonesia. Khusus pengelolaan sumber air laut, di Indonesia belum ada PDAM yang melakukannya," kata Sutedi mengklaim.
Sutedi mengapresiasi akademisi USU yang disebutnya sudah memberikan solusi dan masukan untuk membantu PDAM Tirtanadi mengembangkan potensi sumber air baku untuk mengatasi krisis air di Medan dan wilayah sekitarnya.
Sebelumnya Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (FEB USU) Prof Dr Ramli SE MS mengatakan, PDAM Tirtanadi diminta menggali potensi sumber air terbaru dan memertahankan sumber air baku secara berkelanjutan serta menjaga keseimbangan permintaan dan pemenuhan kebutuhan bagi pelanggan air di Medan.
Dalam kajian akademis Prof Ramli mengutarakan, tingginya permintaan masyarakat yang tidak mampu dipenuhi PDAM Tirtanadi. Maka ke depan Tirtanadi perlu mencari sumber air baru untuk memenuhi permintaan air yang terus berkembang.
Dia menyarankan untuk menggali potensi sumber air sungai, air danau, air bawah tanah dan air laut secara simultan. Selain sumber air tersebut jika dimungkinkan melakukan pengelolaan banjir lokal atau kiriman dari pegunungan sebagai sumber air yang belum dikelola pemanfaatannya sebagai sumber air.
Sebagai contoh katanya, Kota Madinah di Arab Saudi menciptakan penyulingan air laut yang disuplai untuk kebutuhan air bersih. "Pembangunan pipa besar untuk mengolah air laut untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat di Kota Madinah hendaknya bisa dicontoh oleh PDAM Tirtanadi," katanya.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan air baku yakni dengan melakukan tindakan mengurangi tingkat kebocoran, mengajak konsumen untuk menghemat pemakaian air, variasi produk misalnya menciptakan produk kemasan air mineral yang dapat dipasarkan kepada masyarakat yang memiliki keuntungan (laba).
Sementara akademisi Prof Dr Sa'ad Afifuddin mengatakan, solusi mengatasi tren suplai yang rendah dan tren kebutuhan yang tinggi sehingga tidak seimbang itu adalah memberdayakan pemanfaatan teknologi dan kerjasama dengan perusahaan asing sekaligus mengadopsi teknologi dari luar negeri untuk dikembangkan di PDAM Tirtanadi.
"FEB USU siap memberikan masukan dan mencari solusi mengatasi krisis air dan membuat kajian akademik menyangkut peningkatan cadangan air permukaan, sumber air resapan dan pengendalian banjir," tambahnya.
FGD tersebut turut menghadirkan narasumber Dirut PDAM Tirtanadi Sutedi Raharjo, Kepala Satker Cipta Karya Popy Pradianti Hastuty dihadiri anggota Dewan Pengawas PDAM Tirtanadi T. Fahmi Djohan, Anggia Ramadhan, Kabid Publikasi dan Komunikasi PDAM Tirtanadi Oktavia Anggraini dengan para panelis dan akademisi USU.(A2/d)