Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 10 Juli 2025

Soal Sekolah Tatap Muka, Kacabdisdik Medan Selatan Masih Menunggu Petunjuk

* Daring Tidak Dapat Mengontrol Aktivitas “Sampingan” Siswa
Redaksi - Senin, 30 November 2020 19:17 WIB
781 view
Soal Sekolah Tatap Muka, Kacabdisdik Medan Selatan Masih Menunggu Petunjuk
Foto Dok
Maniur RumapeaAdolfina Koamesakh 
Medan (SIB)
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Sumatera Utara (Kacabdisdik) Medan Selatan R Zuhri Bintang dan Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Dinas Pendidikan Kota Medan Arifuddin Tasmin mengatakan menyambut baik kebijakan Kemdikbud yang memperbolehkan pembelajaran tatap muka kembali pada Januari 2021.

Namun keduanya mengaku masih menunggu petunjuk teknis (Juknis) dari Disdik Sumut dan Kepala Daerah Pemerintahan Kota Medan perihal bagaimana pelaksanaannya.

"Arahan dari Mendikbud Nadiem Makarim bahwa pembelajaran tatap muka diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing daerah dan kita masih menunggu Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri dari Disdik Sumut dan Gubernur Sumut, " kata Bintang kepada SIB, Selasa (24/11).

Sambil menunggu SKB tersebut kita akan mengecek kesiapan masing-masing sekolah, khususnya SMA/SMK Negeri dan Swasta di wilayah Medan Selatan.

Hal senada juga disampaikan Arif, bahwa setelah adanya SKB tersebut dari pusat, pihaknya akan membahasnya bersama kepala daerah, kepala sekolah dan juga orang tua siswa.

"Secara fisik sekolah di Medan telah siap memberlakukan pembelajaran secara tatap muka dan telah menyiapkan segala sesuatu untuk penerapan protokol kesehatan seperti tempat cuci tangan, face shield, masker, hand sanitizer dan lainnya. Apapun keputusannya, MKKS SMP Disdik Medan sambut baik dan terus akan membenahi diri," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Prodi Doktoral STT Paulus Jalan Pala Bangun - Perumnas Simalingkar Medan Adolfina Koamesakh mengatakan, Nadiem adalah seorang visioner dan siapa saja yang terkait dunia pendidikan Tanah Air harus menyambut dengan inovatif dan kreatif kebijakannya. “Statemen Mendikbud itu sama artinya guru/wali dan orangtua harus menyiapkan diri memasuki fase baru ‘berdampingan’ dengan Covid-19,” tegasnya. “Yang paling utama menyikapinya, bangun kedisiplinan mengindahkan protokol kesehatan (prokes) yang populer di Indonesia dengan 3 M (masker, mencuci tangan dan menjaga jarak)!”

Maniur Rumapea menyahuti bahwa fase baru dimaksud Mendikbud adalah pihak sekolah dan guru harus kreatif dan semakin ‘berkorban’ sebab tak boleh lagi ‘mengumpulkan’ anak didik dalam jumlah seperti normal. “Guru harus lebih ‘kuat’ karena memberi materi lebih panjang sebab adanya pengelompokan belajar, pihak sekolah pun diharap meningkatkan fasilitas,” tambah pendidik yang mantan Wakil Kepala SMA St Thomas 1 Jalan S Parman Medan tersebut.

Aktivis yang mantan pengurus PMKRI, Pemuda Katolik dan Kosgoro itu mengatakan, sekolah harus benar-benar memerhatikan kualitas lahir batin guru. “Pihak sekolah harus memerhatikan kondisi fisik dan phisikis guru tiap saat demi bobot kualitas pengajaran,” tegasnya seusai memberi ucapan penghiburan pada keluarga Dr Nokous Soter Sihombing MSi.

Ruth Sembiring di Binjai mengatakan, belajar tatap muka memupuk jiwa sosial dan mengeratkan silaturahim antarsiswa dengan guru dan orangtua. Belajar daring yang berlangsung hampir setahun, lanjut perempuan familiar tersebut, ‘mengikis’ jiwa sosial kemasyarakatan siswa. “Yang paling menyakitkan, siswa tidak kenal (lagi) sama gurunya. Siswa jadi kurang hormat dan sopan-santunnya terdegradasi,” ujar guru SMA Yayasan Pendidikan Ahmad Yani Binjai tersebut.

Menurutnya, benar orangtua/ wali semakin dekat pada siswa karena proses belajar daring tapi posisi itu ‘hanya’ terjadi pada TK sampai SD tapi siswa SMP dan SMA cenderung sudah mandiri dalam belajar daring. “Tetapi, sopan santun anak didik, terkikis.

Daring tidak dapat mengontrol aktivitas ‘sampingan’ siswa. Ikut daring tapi sambil tidur-tiduran, tidak memakai seragam, tidak rapi atau bahkan (mungkin) belum mandi, belum sarapan hingga tidak konsentrasi seperti tatap muka. Humaniora siswa jadi kurang,” simpul Ruth Sembiring.

Adolfina Koamesakh menunjuk syarat belajar tatap muka yang digariskan. Menurutnya, sekolah harus memastikan sanitasi, kebersihan, sarana cuci tangan dan hand sanitizer, siswa wajib masker, penyediaan thermogun, pemilikan komorbiditas dari guru-gurunya dan muridnya. “Siapa yang mengontrol aturan tersebut dijalankan dengan ketat? Belum lagi riwayat perjalanan siswa dari dan ke lokasi belajar? Itu sebabnya peran aktif guru-orangtua/ siswa harus menjamin,” ujar perempuan yang memaparkan Pancasila di Yunani dalam kontek kehidupan multi agama di forum PBB tersebut.

Maniur Rumapea menyorot mengenai rotasi atau shifting yag membuat waktu guru semakin banyak di kelas. “Pihak sekolah juga lebih banyak mengeluarkan biaya operasional, seperti listrik. Beban semakin berat,” tegas tokoh Katolik yang ingin secepatnya sekolah tatap muda diadakan tersebut.

Ruth Sembiring minta peran lebih maksimal Gugus Tugas Covid-19 agar pemutusan mata rantai penyebaran pandemi dapat semaksimalnya bahkan ke titik nol. (M20/R10/d/f)

Sumber
: Harian SIB Edisi Cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru