Medan (SIB)
Ketua Harian paguyuban Putra Jawa Kelahiran Sumatera (Pujakesuma) Sumatera Utara Rianto Ahgly SH mengecam tindakan oknum anggota yang mengatasnamakan ormas Forum Umat Islam (FUI) yang membubarkan kegiatan kesenian kuda kepang (kuda lumping), Jumat (2/4) di lingkungan IX, Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal. Ternyata, pelaku pembubaran yang juga komandan FUI tersebut adalah seorang kepling. Dia meminta Wali Kota Medan Bobby Nasution agar memecat oknum tersebut dari jabatannya.
"Kita berharap, Wali Kota Bobby Nasution memerintahkan Camat Medan Sunggal mengeluarkan surat pemecatan terhadap oknum kepling tersebut. Karena kepling diangkat lurah dan SK-nya diterbitkan camat," kata pria yang akrab dipanggil Anto Genk ini kepada wartawan, Sabtu (10/4).
Dengan kejadian ini, dia berharap, pada penentuan kepling, lurah dan camat harus benar-benar menyeleksi sosok yang akan dinaikkan jadi kepling. Karakter, kredibilitas serta kapabilitas seseorang sangat menentukan apakah seseorang mampu menjadi Kepling yang mengayomi warganya. Sehingga di hari mendatang tidak ada lagi kepling yang ternyata wataknya brutal, bahkan menghina kebudayaan satu etnis.
Padahal, kata Anto Genk, kuda lumping atau kuda kepang itu kesenian Jawa yang sudah turun temurun diwariskan leluhur dan pemerintah ikut melestarikannya. Apalagi, Kota Medan adalah miniaturnya Indonesia, semua suku dan agama ada di Medan, semua saling menghormati dan menghargai.
"Tindakan yang dilakukan oknum kepling tersebut sudah menciderai nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Status Medan sebagai miniatur Indonesia sudah dinodainya. Apalagi, suku Jawa tidak pernah mengganggu kesenian budaya lain, apa yang dilakukan oknum kepling itu membuat hati warga Jawa jadi terluka," tuturnya.
Kepada Kapolrestabes Medan, Anto Genk menaruh hormat dan apresiasi, karena dalam waktu yang begitu cepat, pelaku sudah diringkus dan sudah ditetapkan sebagai tersangka. "Kami berharap aparat penegak hukum menghukum pelaku dengan berat, agar ada efek jera dan tidak ada lagi pihak-pihak uang berani menodai kesenian budaya, tidak hanya kesenian Jawa, tapi semua kesenian budaya yang ada di Indonesia," tegasnya. (A8/d)