Tim dokter Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik mengatakan masih melakukan tindakan stabilisasi terhadap bayi kembar siam dari Kabupaten Asahan, yang dirawat sejak dirujuk dari RS Bunda Mulia Kisaran.
Karenanya, Sekretaris Tim Penanganan Bayi Kembar Siam RSUP H Adam Malik dr Rizky Adriansyah MKed (Ped) SpA (K) menyampaikan untuk rencana operasi pemisahan terhadap putri pasangan SS dan J itu, masih belum dapat diputuskan.
"Kita masih melakukan stabilisasi dulu. Kalau dia stabil, baru kita rencanakan pemeriksaan lebih lengkap seperti CT Scan USG jantung dan lain-lain," katanya kepada wartawan, Rabu (8/6/2022).[br]
Rizky menjelaskan setelah pemeriksaan lengkap dilakukan dalam kurun waktu dua sampai tiga hari atau satu minggu ke depan, tim dokter baru akan melakukan rapat untuk menentukan apakah operasi pemisahan bayi kembar siam ini layak dilakukan.
Tentunya, ujar dia, keputusan itu diambil berdasarkan disiplin ilmu kedokteran dari masing-masing tim dokter yang terlibat.
"Tentunya kita butuh kesabaran dari semua pihak terutama orang tua. Karena saat ini belum bisa kita nyatakan bayi ini layak dipisah atau tidak," jelasnya.
Apalagi, terang Rizky, bila melihat dari kondisi bayi selain memiliki dempet perut juga hanya memiliki dua kaki normal dan satu kaki yang juga terdempet (tiga kaki).
Karenanya, bila operasi pemisahan dilakukan, salah satu bayi akan mengalami kecacatan. "Jadi kita tidak bisa hanya mengambil pertimbangan medis saja, tetapi juga etika dan agama, mengingat kaki bayi ada tiga," terangnya.
Sementara itu, terkait organ dalam apakah juga ada mengalami perdempetan, Rizky mengatakan pemeriksaan itu belum dilakukan.
Sebab, ujar dia, untuk saat ini yang paling penting adalah agar bayi kembar siam ini tetap dalam keadaan stabil dan bisa tumbuh kembang dengan baik.[br]
"Sejauh ini kondisinya stabil, sehingga hanya kita berikan oksigen minimal dan di tempatkan ruang inkubator agar tidak mengalami hipotermia. Selain itu bayi juga menangis kuat dan bergerak aktif," bebernya.
Menurut Rizky, kasus bayi kembar siam memang tergolong sangat langka terjadi. Perbandingannya hanya terjadi satu dari 200.000 kelahiran.
"Untuk penyebabnya, secara medis juga sulit. Apalagi untuk menyatakan sumber dari sebab dan akibatnya," pungkasnya. (*)