Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 11 Juli 2025
Workshop Pendeta Resort HKBP Distrik X Medan-Aceh

Pendeta Harus Bisa Berperan Ganda Agar Jemaat Tidak Tinggalkan Gereja Seperti di Eropa

* Dr RE Nainggolan: Gereja Harus Bisa Membantu Petani Lewat Pinjaman Modal
Redaksi - Minggu, 30 Juli 2023 17:59 WIB
406 view
Pendeta Harus Bisa Berperan Ganda Agar Jemaat Tidak Tinggalkan Gereja Seperti di Eropa
(Foto: SIB/Horas Pasaribu)
FOTO BERSAMA: Ephorus HKBP Pdt Dr Robinson Butarbutar, Sekjen Pdt Dr Victor Tinambunan, Dr RE Nainggolan Praeses Pdt Henri Napitupulu, Ketua Umum Panitia Tahun Profesionalisme Ir Ronald naibaho dan para pendeta resory se-Distrik X, foto bersama p
Medan (SIB)
Ephorus HKBP Pdt Dr Robinson Butarbutar mengatakan, HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) sudah berdiri di era sebelum kemerdekaan, Orde Lama bahkan sebelum Orde Baru. HKBP Distrik X Medan Aceh memiliki jemaat terbesar atau terbanyak di seluruh HKBP. Para hamba Tuhan harus membawa jemaat mengerti tentang program pemerintah menuju Indonesia maju, maka pelayanan harus lebih modern, jangan lagi seperti masa Orde Baru.
“Sudah sampai di mana kehadiran HKBP Distrik X Medan-Aceh? Apakah masih di era Orde Baru? Apalagi sekarang di era menuju Indonesia maju harus hal-hal yang membangunlah disampaikan para hamba Tuhan. Khotbah yang membangun yang memastikan jemaat memiliki transformasi mental, etika kerja dan etika hidup,” kata Ephorus pada Workshop Planning Implementing and Monitoring Evaluation untuk para Pendeta Resort se-Distrik X Medan-Aceh, Jumat (28/7) di gedung P3M Tanjungmorawa, dalam rangkaian Tahun Profesionalisme dalam Penatalayanan HKBP.
Menurut ephorus, peran pendeta harus memiliki peran ganda, yaitu sebagai pembina iman jemaat dan menyiapkan jemaat menuju Indonesia maju. Ini sangat perlu, agar gereja HKBP tidak seperti gereja-gereja di negara maju yang semakin parah, mereka sudah meninggalkan gereja.
“Di negara maju, pimpinan gereja pun tidak mengerti kenapa orang-orang meninggalkan gereja. Tahun 1990 jumlah jemaat gereja Protestan 3,7 juta jiwa di Jerman, diprediksi tahun 2030 tinggal 2 juta jiwa lagi. Warga masyarakatnya tidak lagi membutuhkan “parsaoran” (persaudaraan), mereka sudah individualis sehingga tidak membutuhkan lagi Tuhan. Mereka lebih membutuhkan intelijen yang memudahkan manusia menghadapi tantangan hidup,” terang Ephorus.
Jika 32 tahun lagi kata Ephorus, Indonesia masuk menjadi negara maju, di 20 tahun ke depan HKBP harus bekerja keras melayani jemaat untuk memastikan apakah HKBP benar-benar bermanfaat bagi jemaat. Para orangtua sedang mempersiapkan anak dan cucunya menuju Indonesia baru. Perlu diketahui, apakah HKBP masih berguna bagi mereka 32 tahun mendatang? Kalau tidak, mereka akan menjadi jemaat yang biasa-biasa saja, tidak aktif dalam kegiatan gereja.
“HKBP bisa besar karena jemaatnya sangat aktif beribadah. Kalau di tahun- tahun mendatang, gedung gereja dinilai tidak berguna lagi bagi hidup mereka, maka kita akan sama seperti orang Eropa yang meninggalkan gereja. Maka peran ganda pendeta sangat diperlukan, selain memberi siraman rohani pendeta mesti memampukan jemaat menghadapi Indonesia baru yang maju. Di era itu, ilmu pengetahuan, skill sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari, demikian juga persaudaraan tetap diperlukan untuk saling menopang. Tentu harus ada peran pendeta dalam ilmu pengetahuan. Untuk itulah perlu kita laksanakan workshop ini,” tegas Ephorus.
Hadir pada kegiatan tersebut tokoh masyarakat Sumut Dr RE Nainggolan. Dia mengatakan, gereja HKBP harus bisa berperan untuk memecahkan masalah di tengah-tengah jemaat, termasuk persoalan ekonomi kemasyarakatan. Kematangan berpikir Ephorus Pdt Dr Robinson Butarbutar mampu mewujudkan sentralisasi keuangan yang selama ini dianggap tidak mungkin. Sehingga bisa mensejahterakan para pelayan gereja penuh waktu di kota maupun di desa.
“Itu sesuatu yang luar biasa, dibutuhkan keberanian seorang pimpinan HKBP dan mampu diwujudkan Ephorus dan pimpinan lainnya. Meski itu melalui tantangan, persolan dan pergumulan tapi bisa berhasil dengan baik. Keberanian Ephorus sama seperti Jokowi yang tidak takut terhadap hujatan orang bahkan berani berhadapan dengan dunia luar, tapi Presiden Jokowi terus melaksanakan tujuannya membangun infrastruktur di seluruh Indonesia,” terangnya.
Dikatakannya, di tahun profesionalisme ini bagaimana para pendeta dapat mengukur tingkat intelektual para jemaat di gereja. Sehingga khotbah itu dapat disesuaikan dengan kondisi jemaatnya, tidak lagi terkait bercocok tanam di sawah, tapi bagaimana kemajuan industri harus disampaikan kepada jemaat yang berada di kota. Agar kehadiran pendeta memberi manfaat bagi pribadi jemaat. Pendeta juga harus bisa jadi pengayom, karena peran pendeta itu luar biasa. Setiap ucapannya akan dibahas oleh jemaat dan sampai kepada yang lain.
Mantan Sekda Pemprov Sumut ini bercerita ada gereja di Tapanuli Utara yang bisa memberi pinjaman (kredit) kepada jemaatnya untuk modal bertani. Setiap pinjaman Rp 500.000, akan dikembalikan jemaat Rp 50.000 setiap minggu, sehingga jemaatnya tertolong. Tapi itu bukan gereja HKBP, tapi harus bisa menjadi perhatian HKBP. Karena itu akan memberi porsi besar kepada Diakonia, masyarakat miskin bisa tertolong dan kehidupan mereka jadi lebih baik karena gereja.
Acara diawali dengan ibadah dipimpin Sekdis Pdt Indra Hutauruk dan khotbah Pdt Saut Simanjuntak dari HKBP Moria dan ibadah penutup dipimpin Pdt Swardi Aruan, pendeta fungsional Distrik X Medan-Aceh.
Setelah pengantar dari Ketua Umum panitia Ir Ronald Naibaho Msi, workshop yang diikuti 70 orang pendeta resort dan 4 pendeta persiapan resort dibuka oleh Praeses Pdt Henri Napitupulu MTh. Kemudian penyampaian materi workshop oleh Ephorus Pdt Dr Robinson Butarbutar dan Sekjen Pdt Dr Victor Tinambunan.
Praeses mengatakan, Tahun Profesionalisme dalam Penatalayanan adalah sebuah usaha kerja keras HKBP meletakkan orientasi yang mampu berkolaborasi bersama resort, jemaat dan tokoh secara profesional. Ketua panitia Ir Ronald Naibaho menyampaikan, kegiatan tersebut adalah 1 dari 18 kegiatan dalam rangkaian Tahun Profesionalisme HKBP di lingkungan Distrik X Medan-Aceh. Turut hadir ketua dewan pengarah Dr Maruli Siahaan, panitia tahun profesionalisme Jadi Pane SPd MH, Dr Osman Manalu, Direktur P3M Tamora Pdt Wahyu Nolim Siregar, dan lainnya. (A5/c)


Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru