Pengamat politik Sumut Shohibul Anshor Siregar menilai Nikson Nababan memiliki peluang besar maju di Pilgub Sumut 2024 diusung PDIP. Nama Nikson Nababan menurutnya lebih memiliki nilai jual di banding sejumlah kader PDIP lainnya termasuk Sihar Sitorus yang namanya juga muncul sebagai calon Gubernur Sumut.
"Dua periode memimpin Tapanuli Utara adalah modal besar bagi Nikson Nababan. Ia dapat memulai permainan dari kampung halaman dan memetakan temali psikologis rakyat yang pernah dipimpinnya dengan komunitas lain di seluruh Sumatera Utara.
Bahkan kalangan diaspora yang bertebaran di seluruh dunia," kata Shohibul Anshor Siregar menjawab wartawan, Rabu (20/3/2024).
Ia mengamati saat ini cerita akan keberhasilan kepemimpinan Nikson di Tapanuli Utara "dijual" oleh rakyat di sana ke ruang-ruang publik di seluruh kawasan di Provinsi Sumatera Utara. Sosok Nikson semakin kerap dibincangkan termasuk peluangnya ikut kontestasi Pilgubsu bukan hanya di Kota Medan, tetapi juga di sejumlah kabupaten kota termasuk di ibu kota Jakarta.
Tentu hal ini membuat kemunculan Nikson Nababan dipandang sebagai salah satu harapan arus bawah.
"Saya kira DPP PDIP bisa menangkap ini adalah keinginan akar rumput, meski sesuai tradisi di PDIP calon yang diusung akan sangat tergantung dengan penilaian Ibu Mega," tegasnya.
Diplomasi dengan PDIP harus terlebih dahulu ditangani setelah gembar-gembor opini agar semua lembaga survey mengangkat namanya dalam kadar popularitas dan elektabilitas yang kemudian bisa dipercaya PDIP.
Sementara itu, menanggapi nama kandidat lain Edy Rahmayadi, Musa Rajekshah, Bobby Nasution dan Dedi Iskandar Batubara, menurut Shohibul, nantinya akan ada di antara calon tersebut yang terpaksa atau dipaksa mundur.
"Bobby Nasution dan Musa Rajekshah itu secara teoritis tokenya Jokowi. Jadi siapa yang muncul di antara keduanya tergantung selera Jokowi. Ijeck tentu tidak akan melawan kalau mau selamat," ungkapnya .
Sedangkan Dedi Iskandar Batubara yang saat ini kembali terpilih sebagai anggota DPD RI dengan perolehan suara terbanyak, dinilainya akan sulit mendapatkan dukungan partai politik. Kecuali ia berani bertarung melalui jalur independen.
"Namun saya kira dengan posisinya sebagai anggota DPD RI, Dedi Iskandar Batubara akan lebih memilih menjalankan amanah sebagai senator," ucapnya.
Yang menarik, kata Shohibul, adalah dinamika koalisi sebagai ekses dari Pilpres.
Hampir bisa dipastikan koalisi partai pendukung Capres/Cawapres 02 akan mengusung Bobby Nasution, Wali Kota Medan yang merupakan menantu Jokowi.
Di sisi lain, koalisi partai pendukung 01 juga akan menyatu dan berpotensi mengusung Edy Rahmayadi mengingat dirinya adalah Ketua Tim Daerah Pemenangan Anies Muhaimmin.
PDIP dan PPP sebagai pengusung Paslon 03 jika solid tentu juga akan mengusung calonnya sendiri. Nikson Nababan dari PDIP jika disandingkan dengan sosok tokoh ulama dari kader atau yang direkomendasi PPP, bisa menjadi paslon yang berpotensi besar memenangkan Pilgubsu.
Perkembangan politik di pusat terkait hak angket disebut Shohibul bisa memberikan dinamika tersendiri. Dengan kebersamaan partai pendukung 01 dan 03 dalam memperjuangkan hak angket, serta Salam Empat Jari yang muncul di Pilpres yang lalu bisa semakin bersemi.
"Jika kalkulasinya untuk menang dan ini tergantung diplomasi Eddy Rahmayadi memanfaatkan keadaan ini, tetapi wacana itu sangat kuat, bisa saja Edy Rahmayadi juga diusung PDIP," ucapnya. (*)