Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 17 Agustus 2025

Wanita Asal Percut Sei Tuan Tewas di Kamboja, Jenazah Tertahan Karena Terkendala Biaya

Roy Surya D Damanik - Sabtu, 16 Agustus 2025 13:44 WIB
309 view
Wanita Asal Percut Sei Tuan Tewas di Kamboja, Jenazah Tertahan Karena Terkendala Biaya
Foto SNN/Roy Damanik
TEWAS DI KAMBOJA: Lanniari boru Hasibuan saat ditemui di rumahnya Jalan Bejo Tembung Dusun XVI, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang menunjukkan foto anak perempuannya, Nazwa Aliya yang tewas di negara Kamboja, Sabtu (16/8/2025).
Deliserdang(harianSIB.com)

Seorang wanita, Nazwa Aliya (19) warga Jalan Bejo Tembung Dusun XVI, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang tewas di Kamboja.

Jenazah tertahan karena pihak di Kamboja meminta uang sebesar Rp 138 juta untuk pemulangan almarhum.

Baca Juga:

Ibu korban, Lanniari boru Hasibuan (53) saat diwawancarai di rumahnya, Sabtu (16/8/2025) sangat mengharapkan pemerintah dapat membantu untuk pemulangan jenazah anaknya yang kini sudah tidak bernyawa lagi. Ibu rumah tangga (IRT) itu saat ini belum mengetahui penyebab pasti kematian anaknya perempuannya itu.

"Pertama kali anak saya meninggalkan rumah pada, Kamis (29/5/2025) lalu. Alasannya untuk menemui teman-teman sewaktu PKL di hotel Adi Mulia, karena anak saya mengaku mendapat pekerjaan di Bank BCA dan akan melakukan ujian selama 2 hari," ungkap IRT itu.

Baca Juga:

Lanniari saat itu memberikan izin. Selesai hari pertama ujian, korban pulang ke rumahnya. Namun hari kedua korban pergi ujian, ibunya tidak mengetahui lantaran anaknya pagi-pagi sekali berangkat. Siangnya dia menelepon anaknya, dan tersambung. Jawaban Nazwa justru meminta ibunya untuk SMS saja.

"Sorenya saya telpon lagi, dan dia mengatakan sudah berada di negara Thailand. Dia kesana bersama teman-teman yang dikenalnya sewaktu praktek kerja lapangan. Mendengar hal itu saya shock dan langsung pingsan," ungkapnya.

Lanjut dia, hanya baru semalam di Bangkok, Nazwa mengaku telah tiba di Kamboja dengan menggunakan bus. Di sana dia mengaku bertemu dengan seorang warga negara Inggris bernama Cristopher yang sudah dikenal ibunya terlebih dahulu.

"Saya kenal Cristopher sewaktu saya bekerja di Malaysia. Tempat tinggal Cristopher dengan kerjaan saya saat itu berdekatan. Saya tidak tahu apakah dia yang menjemput anak saya atau anak saya yang datangin dia. Tapi mereka sudah ada komunikasi," katanya.

Setelah pertemuan Nazwa dengan Cristopher, Lanniari mengaku putus kontak dengan anaknya. Begitu juga dengan Cristopher yang memblokir kontak teleponnya.

"Saat itu saya telpon Cristophel, dia tidak mau angkat. Kalau adik saya nelpon, dia angkat dan seperti ada orang yang mengawasinya. Belum siap berbicara, sudah diputus teleponnya," jelasnya.

Diungkapkan Lanniari bahwa dia sudah berupaya membuat laporan anak hilang ke polisi. Namun laporannya ditolak lantaran usia anaknya yang sudah dewasa sehingga membuatnya hanya pasrah saja.

"Polisi mengatakan anak saya sudah tidak dibawah umur lagi. Juga saya sudah tahu keberadaan," ucapnya.

Lanniari mendapat kabar jika anak perempuannya telah tewas di Kamboja. Namun kematian anaknya masih simpang siur.

"Mendapat kabar anak saya sakit dari Christopher, dia mengatakan karena minum obat panadol dan dia yang menjaganya di rumah sakit.

Dari KBRI kabarnya juga dia overdosis minum panadol. Namun surat dari dokter akibat overdosis," bebernya.

Menurutnya IRT itu, anaknya dirawat di rumah sakit Kamboja selama 4 hari. Dia juga mendapat video-video selama anaknya dirawat.

Saat ini anaknya di tempat pengurusan jenazah dan belum bisa dipulangkan ke Indonesia. Pihak pengurusan jenazah meminta biaya pemulangan jenazah sebesar Rp138 juta.

"Saya berharap pemerintah dapat membantu untuk memulangkan jenazah anak saya dan memakamkannya dengan layak. Saat ini saya masih belum meyakini pasti kabar ini semua kalau jenazah anak saya tidak sampai di sini. Ini masih dengar cerita mereka dari sana semua," pungkasnya. (*)

Editor
: Wilfred Manullang
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru