
Massa Gelar Aksi di Kejati Sumut, Soroti Dugaan Penyimpangan di Sejumlah Instansi
Medan (harianSIB.com)Sejumlah kelompok massa menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejati Sumut), Senin
Hal itu disampaikan Ketua, Wakil Ketua dan anggota Komisi E DPRD Sumut HM Subandi SE MM, dr Meriahta Sitepu, Rahmansyah Sibarani SH MH, Edi Surahman Sinuraya dan Thomas Dachi SH dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan manajemen RS Mitra Medika Sibolga, Jumat (22/8/2025) di DPRD Sumut.
Baca Juga:
"Tenaga medis itu harus bekerja dengan penuh tanggung jawab, mengedepankan hati nurani, dan tidak mengabaikan komunikasi dengan keluarga pasien. Masalah hidup dan mati kuasa Tuhan. Tapi bagaimana tenaga medis melayani pasien. Itu tanggung jawab yang harus dijalankan sepenuh hati. Jangan sampai kelalaian komunikasi justru membuat keluarga merasa ditinggalkan," tegas Meriahta.
Menurut politisi PDI Perjuangan ini, sering kali terjadi polemik, karena informasi yang tidak disampaikan secara tuntas, sehingga Komisi E menyarankan, agar seluruh RS transparan, sehingga publik bisa menilai dengan jernih, bukan lagi atas dasar suka tidak suka.
Baca Juga:
Ketua Komisi E Subandi menyampaikan, setiap tindakan medis harus dicatat dan dijelaskan detail kepada keluarga. "Jam berapa pasien masuk, tindakan apa yang dilakukan, semua harus terang. Kalau tidak, rumah sakit hanya akan menimbulkan kecurigaan," kata Politisi Gerindra tersebut.
Lain halnya yang disampaikan Rahmansyah Sibarani, kasus tuduhan malpraktik terhadap salah seorang pasien di RS tersebut menjadi viral, karena lemahnya manajemen komunikasi pihak rumah sakit. Disini perlunya keterbukaan, sebagai kunci agar kepercayaan masyarakat tidak hilang.
"Rumah sakit harus melibatkan keluarga pasien sejak awal. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Jika tidak, masyarakat akan terus meragukan integritas pelayanan medis," ucapnya.
Sementara itu, Direktur RS Mitra Medika Sibolga, Ratna Wati menegaskan, salah satu fenomena peristiwa viral sebelumnya di media sosial yang menyangkut nyawa seorang balita bukanlah kasus penyakit usus berlipat.
"Pada saat operasi, pasien anak berusia 5 tahun bukan usus berlipat, tetapi usus buntu yang pecah dan bernanah. Pada saat operasi terjadi keburukan, sehingga pasien dibantu alat bantu nafas," ujarnya mengklarifikasi.
Ia menjelaskan, setelah tindakan operasi, pasien tersebut masuk ke ruang ICU dan dibantu dengan alat bantu nafas selama beberapa hari. Kemudian pasien dikonsulkan ke dokter syaraf. Pasalnya, RS tersebut tidak mampu menangani kondisi dari pasien, sehingga dilakukan rujukan.
"Pasien keluar dari ICU pada 30 Juli 2025, hingga pasien direncanakan untuk dirujuk pada 6 Agustus. Namun keluarga menolak, kami sudah mencoba menjelaskan secara langsung kepada pasien terkait apa yang terjadi," ucapnya.
Setelah itu kasusnya menjadi viral di Medsos dengan tuduhan telah terjadi malpraktik terhadap salah seorang pasien di RS Mitra Medika Sibolga.(*).
Medan (harianSIB.com)Sejumlah kelompok massa menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejati Sumut), Senin
Tanjungbalai (harianSIB.com)Dalam rangka menyambut hari lahir kejaksaan yang Ke80 tahun 2025, Kejaksaan Negeri Tanjungbalai membagikan 80 p
Medan(harianSIB.com)Kejati Sumut melaksanakan bhakti sosial (baksos) dengan menggelar donor darah bagi seluruh pegawai Kejati Sumut yang dil
Medan (harianSIB.com)Polda Sumut berhasil menyelesaikan operasi pengamanan berskala internasional, Operasi Powerboat Toba 2025, yang digel
Deliserdang (harianSIB.com)Detasemen Polisi Militer (Denpom) I/5 Medan menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan yang dilakukan oknum prajurit