Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 10 Juli 2025

Warga Mengeluh, Banyak Pangkalan Jual Elpiji 3 Kg di Atas HET

* Krisis Gas Akibat Pasokan Terbatas
- Jumat, 08 Mei 2015 17:54 WIB
1.003 view
Warga Mengeluh, Banyak Pangkalan Jual Elpiji 3 Kg di Atas HET
Medan (SIB)- Kalangan warga Kota Medan kembali mengeluhkan harga jual elpiji ukuran 3 kg di tingkat  pangkalan yang melampaui harga eceran tertinggi (HET) sesuai ditetapkan pemerintah Rp 16.000 per tabung. Ironisnya kondisi yang sudah berlangsung cukup lama itu seperti tidak dipedulikan Pertamina dan instansi terkait.

Banyak pangkalan atau agen yang menjual gas 3 kg dengan harga mencapai Rp 20.000 jauh melampaui HET. Akibatnya para pengecer menjual Rp 25.000 per tabung untuk mengambil untung sehingga yang merasakan penderitaan adalah kalangan ibu rumah tangga terutama para pedagang makanan.

“Saat ini seluruh pangkalan di wilayah Medan Perjuangan menjual gas elpiji 3 kg Rp 20.000 per tabung, setahu kita HETnya Rp 16.000 per tabung. Atas permainan itu masyarakat minta Pertamina segera menindak pangkalan yang nakal, bila perlu dicabut ijinnya, sehingga tidak seenaknya menaikkan harga,” kata Jarusdin Saragih, seorang warga Medan Perjuangan kepada SIB, Kamis (7/5).

Senada dengan Jarusdin, Supriono dan Ahmad Irwan warga di Jalan Menteng VII Kecamatan Medan Denai secara terpisah kepada SIB juga mengatakan, selain harganya yang mahal, masyarakat juga sering kesulitan mendapatkan gas 3 kg yang disubsidi pemerintah itu.

Mereka kecewa terhadap sikap Pertamina yang terkesan tidak peduli dan tidak mau tahu. Sementara bicara di media massa, pejabat-pejabat Pertamina seringkali mengklaim seolah-olah tidak ada masalah dengan harga dan penyaluran gas elpiji di Sumatera Utara. “Maunya pejabat sekarang tirulah gaya kerja Presiden Jokowi, tidak pintar ngomong tapi bekerja serius dan langsung blusukan untuk melihat situasi di masyarakat. Bukan hanya laporan dari bawahan,” ujar Supriono.

Jarusdin Saragih menyarankan, Pertamina sebaiknya menjual elpiji 3 kg di SPBU-SPBU  di Kota Medan, sehingga masyarakat punya pilihan untuk membeli gas 3 kg tidak selalu di pangkalan maupun pengecer yang akhir-akhir ini sudah menaikkan harga secara sepihak.

“Karena itu kami meminta Pertamina selaku pemberi ijin pangkalan agar memberi sanksi  kepada pangkalan yang nakal, sehingga masyarakat tidak terus dirugikan,” harap Jarusdin yang juga Sekretaris GKPS Resort Kampung Durian.

PASOKAN TERBATAS

PT Perum Gas Negara (PGN)  SBU   (Strategic Business Unit ) III   Medan  mengakui  hingga saat ini masih banyak calon pelanggan di Medan sekitarnya belum bisa terlayani  gas karena keterbatasan  pasokan dan jaringan gas. “Sumatera Utara khususnya Medan sampai saat ini masih krisis energi gas,” ujar Humas Perum PGN Yusnani didampingi Riza Buana kepada wartawan di  Medan, Kamis  (7/5).

Yusnani mengatakan, stok yang dimiliki PGN Medan saat ini   4,8 MMCFD yang dipasok kilang Pertamina di Kabupaten Langkat,  sedangkan kebutuhan gas mencapai 18 MMCFD. Akibat  keterbatasan itu, PGN SBU III tak mampu memenuhi permintaan gas tambahan bagi pelanggan yang ada apalagi menambah pelanggan baru. “Namun kita terus berupaya untuk mencari sumber-sumber gas yang baru, karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Sumut,” ujarnya.

Menurutnya, jumlah pelanggan yang ada saat ini  mencapai 19.000 lebih terdiri dari rumah tangga,  restoran, rumah makan  dan pusat perbelanjaan. Di Medan pusat perbelanjaan yang baru terlayani pasokan gas  hanya Sun Plaza dan Carrefour.  “Jadi memang pelanggan itu menyebar di Medan sekitarnya. Namun pengembangan jalur perpipaan belum bisa ditambah karena stoknya yang masih terbatas,” ujar Riza Buana.

Disebutkan pada tahun 2003 lalu pernah ditawarkan penggunaan gas alam, namun kurang diminati. Padahal lanjut Yusnani pemakaian gas alam PGN tingkat keamanannya lebih tinggi dibanding gas elpiji. “Sebab tekanan gas alam berada di perut bumi sehingga kalaupun bocor maka gasnya ringan terbang ke udara. Sedangkan gas LPG tekanannya berada di bawah tabung.

PGN sendiri katanya mengambil gas alam dari Pertamina. Namun PGN tetap berupaya mencari pasokan baru untuk menambah stok. Medan termasuk salah satu bagian penting dalam sejarah penggunaan gas bumi di Indonesia. Sejak  zaman Belanda dulu, daerah di Indonesia yang pertama kali  memakai gas alam adalah Cirebon, Bogor dan  Kota  Medan.(A16/A2/ r)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru