Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 19 Juli 2025

HASTAG Seminarkan SNI 1729:2015 Tentang Spesifikasi Bangunan Gedung Baja

* Konstruksi Bangunan di Indonesia Masih Didominasi Konstruksi Beton
- Jumat, 27 November 2015 13:21 WIB
708 view
HASTAG Seminarkan SNI 1729:2015 Tentang Spesifikasi Bangunan Gedung Baja
SIB/dok
Ketua Umum HASTAG Indonesia Ir Herri Suryadi Samosir MSi (tengah) bersama wakil ketua Ir Daniel Rumbi Teruna MT, Dr Nathan Madutujuh MSCE, Dr Ir Wiryanto Dewobroto MT diabadikan usai memberi keterangan kepada wartawan terkait pelaksanaan Seminar Nasional
Medan (SIB)- Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural kini mengacu kepada AISC 360-10 Specification for Structural Steel Buildings yang diterbitkan oleh the American Institute of Steel Construction yang kemudian diterjemahkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) 1729:2015 agar, konstruksi bangunan yang ada di Indonesia bisa bersaing dengan dunia internasional.

Demikian disampaikan Ketua Umum Himpunan Ahli Struktur Tahan Angin dan Gempa (HASTAG) Indonesia Ir Herri Suryadi Samosir MSi di sela-sela pelaksanaan Seminar Nasional Short Course dan Expo Material Bangunan HASTAG VI yang mengusung topik “Aplikasi teknologi konstruksi dan material dalam perencanaan dan pelaksanaan struktur tahan angin dan gempa sesuai SNI 2015” di Tiara Convention Hall, Medan, Kamis (26/11).

Ketentuan ini menjadi acuan bagi para perencana dan pelaksana dalam melakukan pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan struktur baja.

Bahkan, di Kota Medan sendiri penerapan kebijakan ini sedang dilakukan komunikasi dan kerjasama dengan Dinas TRTB sehingga perencanaan tata kota akan lebih baik ke depan. Dikatakannya, tujuan tata cara ini adalah untuk mengarahkan terciptanya pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan baja yang memenuhi ketentuan minimum serta mendapatkan hasil pekerjaan struktur yang aman, nyaman, dan ekonomis.

Di TRTB Kota Medan sendiri kini telah diubah pradigma agar penerapan SNI 1729 ini bisa dijalankan. Sayangnya, di Kota Medan sendiri ahli utama perencana tata kota sangat minim. Bahkan di 2016, direncanakan akan dilakukan penerapannya dengan syarat analisis perencanaan diterbitkan pemegang linsensi resmi.
Menurut Dr Ir Wiryanto Dewobroto MT dosen Universitas Pelita Harapan, konsep perencanaan harus mengacu kepada internasional agar bisa bersaing.
Diakuinya, konstruksi bangunan baja masih kurang maju dibanding beton. Jadi dengan standar yang baru ini dinilai akan mampu memberikan kemajuan konstruksi struktural di negara ini. Sayangnya, kata Wiryanto, meski standar ini tergolong baru namun tidak ada di dalamnya yang membahas tentang gempa.

Dikatakannya, jika standar yang lama tetap menjadi acuan maka banyak tantangan ke depan yang akan dihadapi. Pasalnya, kualitas baja semakin membaik dan ditemukannya perilaku aneh dari baja, terjadi retak. “Banyak hal yang mempengaruhinya, selain kualitas juga dipengaruhi proses pengelasannya,” katanya.
Kemudian, perlu diingat dalam menghadapi guncangan gempa yang semakin besar perlu diantisipasi.

Untuk itu, para konsultan harusnya lebih memahami standar yang baru ini sehingga tidak ketinggalan dari dunia internasional.

Dr Ir Nathan Madutudjuh MSCE (ESRC/Sanspro) yang hadir sebagai narasumber menyebutkan saat ini kemampuan adaptasi yang tinggi sangat dibutuhkan menghadapi perubahan yang terus terjadi.

“Kita tidak bisa terpaku pada satu standar saja, melainkan harus mampu menyesuaikan diri atau beradap tasi. Karena teknologi komputer juga berubah, kita dituntut minimal non linear,” timpal Wakil Ketua Hastag Ir Daniel Rumbi Teruna MT. Juga dikatakan harus ada kemampuan  material.

Diharapkannya, di universitas yang membuka program studi terkait juga menerapkan nya. Harus menyesuaikan. Untuk itu juga, disampaikannya kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk sosialisasi dan menyamakan pemahaman akan standar struktur baja. (A22/ r)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru