Semoga jasa-jasa ini melimpah
Pada sanak keluarga yang telah meninggal;
Semoga mereka berbahagia.
(Bait dalam Paritta Ettavata )
Saat ini, jika kita jalan jalan di sekeliling kota Medan, pasti banyak bertemu dengan teman-teman etnis Tionghoa yang sudah lama merantau di luar Medan. Banyak yang pulang dan berkumpul sehingga di mana mana ada kegiatan reuni untuk menyatukan kembali pertemanan yang sudah lama vakum. Tujuan utama kepulangan para perantau Tionghoa ini adalah untuk menziarahi kubur orangtua dan leluhur, dalam tradisinya disebut Cheng Beng.
Tradisi berziarah dalam budaya Tionghoa sangat penting, sehingga para perantau lebih memilih pulang di masa ziarah ini daripada pulang untuk merayakan hari raya Imlek. Bakti kepada para leluhur yang diwujudkan dalam kebiasaan menziarahi dan membersihkan makam mereka ini menempati urutan pertama kewajiban yang harus dilakukan tiap tahun.
Tradisi Cheng Beng ini sesungguhnya hampir sama dengan tradisi ziarah di berbagai kebudayaan di Indonesia. Banyak hal positif yang dapat dilihat dari kegiatan ini. Perekonomian daerah setempat yang menggeliat hidup dengan munculnya orang orang perantauan. Transportasi, hotel dan restoran serta para pedagang jajanan khas di kaki lima menuai panen di masa ini. Selain itu, kegiatan Cheng Beng juga menjadi sarana silaturahmi antar keluarga yang kebanyakan terpencar sebab kesibukan masing-masing. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan kegiatan ini biasanya dilakukan beramai ramai dalam satu keluarga besar. Saat itu keakraban kembali terjalin.
Cheng Beng adalah kegiatan tradisi dalam kebudayaan Tionghoa, namun tidak bertentangan atau boleh dikatakan sejalan dengan Buddha Dhamma. Umat Buddha dapat menjalankan tradisi Cheng Beng dengan cara cara yang sesuai ajaran Buddhis.
Bagaimana caranya?
Dalam Sigalovada Sutta, Buddha memaparkan kewajiban anak pada orangtuanya yaitu :
1. Merawat dan menunjang kehidupan orangtuanya terutama dihari tua mereka.
2. Membantu menyelesaikan urusan-urusan orangtuanya.
3. Menjaga nama baik dan kehormatan keluarganya.
4. Mempertahankan kekayaan keluarga, tidak menghambur-hamburkan harta orangtua dengan sia-sia.
5. Memberikan jasa-jasa kebahagiaan kepada orangtuanya yang telah meninggal dunia.
Point 1 sampai 4 dilakukan ketika orangtua masih ada dan bersama kita. Sementara untuk point nomor 5 inilah umat Buddha dapat memberikan jasa jasa kebahagiaan dalam bentuk Pattidana (pelimpahan jasa) kepada Almarhum Leluhur dan orangtuanya. Paritta Ettavata merupakan salah satu paritta yang lazim dibaca ketika melakukan pelimpahan jasa. Hal yang paling penting diingat adalah bahwa untuk melimpahkan jasa tentulah harus ada perbuatan baik yang dilakukan sebelum itu. Apa saja bisa dilakukan sebelum tiba di hari H ziarah, misalnya mencetak buku Dhamma, melepaskan makhluk hidup dari kematian, menolong orang, memberikan dana makanan atau obat kepada mereka yang membutuhkan. Dengan ini, pembacaan paritta pelimpahan jasa yang kita lakukan tidak menjadi bacaan kosong belaka.
Dalam ziarah, orang-orang menyediakan makanan daging, kue dan buah-buahan dan juga bakar-bakaran kertas. Sebagai Buddhis kita juga dapat menyesuaikan barang tersebut dengan persembahan yang biasa digunakan misalnya bunga, dupa, lilin, air, buah-buahan dan manisan yang masing-masing memiliki arti simboliknya. Bunga misalnya digunakan untuk mengingatkan manusia akan ketidak kekalan hidup. Dupa untuk mengharumkan lingkungan dan melambangkan kebajikan tanpa pamrih. Lilin sebagai lambang penerangan, buah-buahan sebagai lambang pengabdian serta air sebagai lambang kesucian.
Pembakaran uang-uangan kertas yang biasa dibakar dalam jumlah banyak sebaiknya ditiadakan atau dikurangi demi wujud kepedulian pada lingkungan untuk meminimalisir pengrusakan pohon.
Ziarah dengan membersihkan makam, menyediakan bahan bahan persembahan, membacakan doa pelimpahan jasa, serta mengenang kembali kebaikan orangtua dan leluhur kita di masa hidupnya. Pelaksanaan Cheng Beng menjadi lebih berkesan dan dapat kita bayangkan kalau seandainya orangtua kita masih ada, tentu mereka akan merasa bangga dan bahagia dengan apa yang kita lakukan serta kekompakan sesama keluarga yang kita jalankan.
(f)