Sang Buddha dalam kata-kata terakhirnya mengungkapkan bahwa segala sesuatu adalah sementara, berusahalah dengan kesungguhan untuk pembebasan diri. Ajaran Sang Buddha ini menjadi jawaban bagi kita semua untuk berusaha dengan kesungguhan dan tidak santai dengan waktu yang ada, dalam upaya membebaskan diri dari akar kejahatan keserakahan, kebencian dan kebodohan. Ketiga akar kejahatan ini merupakan belenggu yang mengikat kita. Tidak sedikit yang gagal dan menjadi budak belenggu tersebut dan akhirnya terus menjadi korban nafsu keinginan, kebencian dan ilusi kebodohan sebagai racun penderitaan dari kelahiran, sakit dan kematian.
Renungkan dengan baik kata-kata terakhir Sang Buddha tersebut, Setiap insan memiliki kesempatan untuk merealisasikan tujuan hidupnya, pembebasan dari lingkaran Samsara penderitaan yang tak berujung. Setiap orang memiliki secercah harapan jika ingin mencapai kehidupan suci, dan bebas dari belenggu nafsu, kebencian dan ketidaktahuan untuk menikmati pembebasan diri. Jika berusaha dengan kesungguhan maka kebijaksanaan tertinggi, pencerahan dan Nibbana dapat dicapai.
Perjalanan hidup manusia dihiasi daya pikat dunia yang penuh dengan nafsu dan kebodohan. Kemunculan ilmu pengetahuan dan perkembangan dunia saat ini, banyak menghadirkan impian sesaat yang menjerat pikiran manusia. Manusia ibarat tersesat oleh cahaya palsu kunang-kunang, yang terukir manis hal duniawi, kekayaan, kekuasaan dan ketenaran. Sejalan perjalanan waktu, dirinya terjebak dalam mimpi buruk dan api keinginan yang terus meningkat. Pada akhirnya, banyak di antara kita yang terjebak dalam lautan Samsara, tanpa tujuan dan perhatian penuh untuk menghindari kemarahan dan kebodohan. Tidak sedikit yang terbawa kehancuran diri, menderita di putaran kelahiran kembali tak berbatas.
Kondisi ini bukanlah gambar suram kehidupan, namun kita harus melihatnya sebagai kenyataan yang tidak perlu disalahartikan. Penyebabnya dikarenakan seseorang tidak berjalan di jalan menuju pembebasan, dan dirinya tidak berupaya mengontrol pikiran, perkataan dan perbuatannya, dan sebagai hasilnya, dirinya membiarkan harta yang dimilikinya hilang karena tanpa kemudi yang penuh perhatian dan ketekunan.
Hidup terlalu singkat di alam manusia untuk dapat mencapai tujuan Nibbana. Lalu mengapa menyia-nyiakan hidup kita untuk mencari hal-hal duniawi, hanya untuk memuaskan perasaan diri dan terbuai oleh kenyamanan palsu, serta lupa terhadap perjuangan untuk membebaskan diri. Dalam pertempuran tidak pernah berakhir terhadap penderitaan kehidupan. Tanpa disadari, kita berada di antara berjuta orang yang berbaris menuju kuburan di bawah rasa sakit dan penyiksaan muka bumi, dan menuju kerajaan alam menderita yang penuh siksaan kejam. Namun, kita masih sangat memungkinkan melarikan diri dari lingkaran penderitaan tak berujung. Oleh karena itu, segera bertindak, jangan sampai tidak ada hari lagi bagi kita untuk melepas belenggu. Kumpulkan tenaga dan perjuangan sungguh-sungguh untuk mempraktekan Buddha Dharma menuju kesempurnaan mengarah ke Nibbana.
Dalam Manggala Sutta disebutkan seseorang yang tekun mempraktekkan Dhamma akan mendapatkan berkah utama kebahagiaan. Pada dasarnya, kebahagiaan tidak bersumber dari luar diri kita. Kebahagiaan bermula pada tindakan kita sendiri bukan pada kondisi luar. Jika kita bisa mengkelola pikiran, perbuatan serta ucapan kita sesuai praktek dharma, apapun kondisi yang kita hadapi tetap akan membawa kebahagiaan untuk diri kita. Lebih jauh mempraktekkan Dharma membawa kita pada kebahagiaan tertinggi Nibbana. Kebahagiaan karena tidak terlahir kembali ke alam penuh dukkha/penderitaan berputar dalam lingkaran Samsara.
Segeralah mengambil kesempatan untuk merealisasikan pembebasan dari lingkaran Samsara Dukkha / penderitaan yang tak berujung yakni bebas dari penderitaan karena kelahiran, sakit, tua dan meninggal. Kelahiran merupakan dukkha bagi manusia, kesakitan ibunda semasa mengandung maupun keluar dari kandungan, semuanya membawa penderitaan. Seorang yang lanjut usia akan memiliki dukkha akibat perasaan khawatir akan kelambanan pergerakannya, penuaan organ tubuh, penurunan kemampuan pendengaran dan penglihatan, dan pergerakan badan yang tidak leluasa. Saat manusia menderita penyakit, jiwa dan raga menjadi tidak fit/tidak produktif, mengalami penderitaan, tidak mampu mengutarakan penderitaan yang dialaminya. Demikian juga penderitaan menghadapi perpisahan, penderitaan karena tidak adanya sandaran menjelang hilangnya kesadaran/kematian. Semua hal ini merupakan derita yang dihadapi dalam lingkaran Samsara penderitaan tak berujung.
Dengan mempraktekkan Buddha Dharma, secara tidak langsung kita telah memberikan panduan diri tentang bagaimana caranya memperoleh kedamaian dan kebahagiaan di kehidupan ini, kelahiran yang menyenangkan di kehidupan mendatang, dan pada waktunya nanti kegembiraan dan pembebasan Nibbana. (y)