Medan (SIB)- Institut Teknologi Medan (ITM) mengimbau semua pihak agar lebih pro aktif mengatasi bencana Gunung Sinabung yang berulang kali terjadi erupsi, sehingga mengakibatkan meningkatnya jumlah pengungsi.
“Diminta perhatian semua pihak untuk lebih tanggap dalam mengatasi masalah bencana meletusnya gunung di Sumut,†kata Rektor ITM Prof Ilmi Abdullah MSc menyikapi erupsi Gunung Sinabung yang makin sering terjadi, Jumat (10/1).
Menurut Prof Ilmi, Sumut kurang tanggap dalam melakukan kajian program mitigasi bencana. "Sumut tak butuh pencitraan tapi bagaimana menggali potensi sumber daya alam dan energi yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kemajuan pembangunan daerah," katanya.
Rektor juga berharap mahasiswa ITM bisa menjadi wahana dalam pengembangan mitigasi di Sumut dengan melahirkan ide dan gagasan khususnya penanggulangan bencana.
Sementara itu pakar geologi ITM Ir Lisnawati MT mengungkapkan di Sumatera Utara terdapat dua sumber gempa yang sangat berpotensi. yakni jalur sepanjang pantai barat dan sumber jalur darat yakni dari letusan gunung berapi.
Lisnawati yang juga Sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumut ini menyebutkan kawasan Tapanuli Utara merupakan daerah yang sangat berpontesia terjadi gempa karena daerah itu masuk dalam jalur utama gempa.
"Taput merupakan bagian dari kawasan pantai barat Sumut yang merupakan jalur utama gempa di sepanjang Pulau Sumatera," ujarnya.
Dijelaskannya, gempa yang terjadi di Taput tersebut disebabkan adanya lempeng eurasia yang bertubrukan dengan Samudera Hindia sehingga menimbulkan getaran di kawasan pantai barat Sumut.
“Jadi jika terjadi tubrukan dua lempeng tersebut daerah jalur utama gempa seperti Tapsel, Madina dan Taput akan dihantam terlebih dahulu,†katanya.
Ditempat terpisah, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendrasto, mengatakan, Sinabung masih dalam potensi bahaya antara lain kemungkinan masih terjadi erupsi. Erupsi yang mengeluarkan material berupa abu, pasir sampai lapili (2 – 6 cm) yang ancamannya dapat mencapai radius lima kilometer. Selain itu, adanya kecenderungan gerakan lateral di kawah Utara Gunung Sinabung ke arah Tenggara yang berpotensi menimbulkan letusan yang disertai longsoran dinding kawah Gunung Sinabung ke arah Tenggara.
Dampak bencana berupa awan panas guguran dapat mencapai jarak lima kilometer. Potensi terjadinya lahar masih tinggi karena timbunan abu/material erupsi dan curah hujan tinggi. Ia menegaskan, erupsi efusif yang terjadi 16 Desember lalu membentuk kubah lava dan 22 Desember lalu dari Pos Gunung Sinabung terlihat sinar api di kawah Utara Gunung Sinabung.
Dijelaskan, gempa guguran juga mulai intensif terekam dan itu membuat Gunung Sinabung masih tetap berstatus AWAS.
"Guguran longsoran material dari dinding kawah Gunung Sinabung ke arah Tenggara mulai sering terjadi, sebagai akibat desakan material yang keluar di kawah Utara," katanya.
(A2/w)