Berbahagialah kita ketika ada yang memberikan nasehatnya. Nasehat yang diberikan ibarat cermin yang selalu kita butuhkan agar selalu tampak rapi. Dengan bantuan cermin, penampilan yang berantakan akan mudah dibetulkan. Tidaklah perlu untuk kesal dengan cermin yang menampilkan bayangan yang berantakan. Sebaliknya, justru cermin telah memberikan manfaat bagi kita. Demikian juga, seseorang seharusnya selalu senang menerima kritikan dari orang lain layaknya bercermin. Dirinya sepantasnya selalu berterima kasih, bukannya marah atau kesal. Yang ia lakukan selanjutnya adalah segera memperbaiki kekurangan yang disebutkan itu, seperti halnya merapikan dirinya di depan cermin.
Bersyukurlah ketika melakukan sebuah kesalahan masa lalu masih ada yang mau menasihati dan menegur diri kita. Bayangkan jika seseorang berbuat salah lantas semua orang membiarkan kita bergelimang kesalahan secara sadar ataupun tidak. Nasihat mungkin pahit, tapi bisa jadi obat untuk kembali menemui kebeningan hati dengan berkaca pada cermin kebenaran sejati.
Namun kebanyakan orang merasa sulit untuk mendengarkan nasehat, terlebih-lebih menerima kritikan atau ketika kesalahan diberitahu. Banyak yang masih belum siap menerima kritikan dan nasehat dari orang lain. Terlebih jika orang yang memberi nasehat itu dianggap lebih rendah dari dirinya. Nasihat kebenaran, memang seringkali pedas di telinga dan hati kita dan membuat diri menjadi tak nyaman mendengarnya dan tidak menerima atas perlakuan yang diperoleh. Terlebih jika yang memberikan nasehat adalah seseorang yang lebih muda, orang yang jarang kita ajak berinteraksi, orang yang bahkan baru dikenal beberapa saat lalu. Tentunya masih banyak di antara kita yang belum dapat menerima nasehat dalam kondisi tersebut.
Umumnya, setiap orang memiliki ego yang lebih mementingkan diri sendiri dan cenderung mengabaikan nasehat orang lain terutama yang dianggap lebih rendah. Sikap seperti itu, menurut ajaran Agama Buddha dianggap sebagai sikap yang kurang tepat sebagaimana diuraikan dalam Kalama Sutta :
"Ketika Anda tahu dalam diri Anda bahwa ide-ide ini tidak menguntungkan, memungkinkan untuk dicela, dinasehati oleh yang bijaksana, setelah diterapkan dalam praktik akan membawa akibat yang buruk dan mencelakakan, maka Anda harus meninggalkannya. Ketika Anda mengetahuinya sendiri dalam diri Anda 'Hal-hal ini baik, tidak tercela, dipuji oleh para bijaksana, setelah diterapkan akan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan' maka Anda harus berlatih dan berjalan di dalamnya."
Menerima nasehat orang lain merupakan bagian proses kita untuk belajar bagaimana menghargai orang lain dengan cara-cara yang bijak. Mau mendengarkan nasehat orang lain adalah cara sederhana bagi kita agar bisa menghargai orang lain. Salah satu hikmah mengapa kita harus saling menasehati adalah karena setiap orang mendambakan keselamatan hidup. Keselamatan dari kerusakan, dari hal-hal yang membahayakan dirinya, lahir atau batin. Dan, harus ada yang memberitahukan kepada kita tentang hal-hal yang tidak kita ketahui tersebut. Pemberitahuan itulah yang bisa jadi sebuah nasehat, masukan atau kritikan. Sehingga, sungguh sangat penting sebuah nasehat dalam kehidupan kita. Agar kita tahu kekurangan kita dan segera memperbaikinya. Hal tersulit dalam kehidupan ini bukanlah untuk melampaui orang lain, tetapi melampaui ego dan diri kita sendiri.
Saat seseorang memberikan pendapat atau nasehat mereka, itu menunjukkan kalau mereka peduli pada diri kita. Nasehat nasehat yang kita terima tidak jauh dari pengalaman mereka yang sudah merasakannya. Setiap orang memiliki pengalaman yang sangat berharga untuk kita dengarkan karena kadang kala telah dibayar dengan waktu dan biaya yang tidak murah pengalamannya tersebut. Apapun latar belakang seseorang, ada kondisi yang pernah dialami dan telah memahami celah-celah kondisi yang bisa menjatuhkan atau mengangkat kita. Hanya saja kadang kala kita masih sangat emosional untuk tidak penasaran dan mencoba sesuatu hal walau telah dinasehati.
Untuk itulah kita perlu memahami cara bersikap atas nasehat yang diberikan orang lain. Pandangan positif terhadap suatu nasehat mempengaruhi cara kita bersikap. Jika kita mudah berprasangka buruk dan berpikiran negatif maka menjadi tidak mudah bagi kita memahami bimbingan nasehat yang diberikan seseorang. Setelahnya kita harus mau menginstropeksi diri. Selalulah memulai bertanya dalam diri, "Apakah memang selama ini saya seperti ini?. "Coba renungkan secara mendalam, sehingga akan muncul sebuah sanggahan positif tentunya kepada yang memberi nasehat. Dengan demikian, kita akan lebih terbuka, menggali pandangan orang lain terhadap diri kita. Terbukalah saat seseorang berkenan untuk mengevaluasi kita, dengan demikian setiap yang dia sampaikan akan betul-betul berkekuatan positif bagi kita. Dan yang lebih dahsyat, janganlah lupa untuk menyampaikan terima kasih atas nasehat yang diberikan, dan jangan lupa pula sampaikan maaf, jika ada sikap yang kurang berkenan. Rasakan dahsyatnya kekuatan kedua kata tersebut yang mampu melejitkan potensi kita, akan mengubah sikap-sikap kita yang selama ini mungkin masih belum baik.
Jangan pernah berhenti mendengar nasehat karena hati akan buta apabila kehilangan nasehat. Kesenangan menerima kritikan dan segera memperbaikinya akan menjadikan perilaku kita senantiasa terjaga. Dengan penerimaan kita yang baik terhadap nasehat, jika kita melakukan kesalahan, orang yang lain sigap memberitahukannya tanpa ragu menerima penolakan dari kita. Bertumbuhlah dengan menyaring nasihat mana yang benar dan mana yang perlu dimodifikasi sesuai karakter kita. Keterbukaan, sikap menerima dan kerendahan hati ketika dikoreksi adalah paling penting karena seseorang tidak sempurna dan selalu memiliki hal-hal untuk dipelajari dari orang lain. Oleh karenanya mendengar nasehat orang lain merupakan salah satu berkah kebahagiaan sebagaimana diuraikan dalam Manggala Sutta. (f)