Dikisahkan, saat hendak kembali ke Vihara Jetavana, lima ratus bhikkhu yang mengikuti Sang Buddha berkunjung ke sebuah desa berbicara tentang perjalanan yang telah mereka lalui, khususnya keadaan tanah apakah berbatu, lembek, datar atau berbukit, dan lainnya.
Sang Buddha menghampiri mereka, seraya berkata, "Para bhikkhu, jalan yang kalian bicarakan adalah keadaan di luar diri kalian. Seorang bhikkhu seharusnya hanya terpusat pada 'jalan utama' (jalan Ariya) dan berusaha keras berbuat sesuai dengan 'Jalan Ariya' yang membimbing kita merealisasi kedamaian abadi (nibbana)."
Pada kesempatan lain, dalam Manggala Sutta Sang Buddha menguraikan Delapan Jalan Mulia (Ariya) merupakan salah satu berkah dari sejumlah tiga puluh delapan berkah bagi yang mempraktekkan. Berkah yang dijalankan ini berada pada tahap kematangan spiritual, bukan pengamalan yang asal-asalan. Hal mana bermakna perlu ketaatan yang serius dan waspada atas setiap faktor dari Jalan Ariya untuk dapat meraih berkah kebahagiaan sejati .
Jalan Ariya Berunsur Delapan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian dari sila (moralitas), samadhi (pengembangan batin), dan panna (kebijaksanaan).
Kelompok moralitas diurainya menjadi Ucapan Benar, Perbuatan Benar dan Penghidupan Yang Benar. Praktek untuk Ucapan Benar dilakukan dengan cara berusaha menahan diri dari berbohong, memfitnah, berucap kasar/caci-maki dan percakapan yang tidak bermanfaat/pergunjingan. Selanjutnya Perbuatan Benar dapat diartikan sebagai "tindakan benar" secara moral, tidak melakukan perbuatan yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan, Penghidupan Benar berarti bahwa praktisi (pengikut Agama Buddha) tidak sepatutnya berhubungan dengan usaha atau pekerjaan yang secara langsung atau tidak langsung melukai mahluk hidup lainnya. Lima jenis bisnis yang seharusnya tidak dilakukan yakni bisnis senjata, manusia, daging, barang yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran dan racun
Untuk pengembangan batin terdapat tiga Jalan Ariya yakni Daya Upaya Benar, Perhatian Benar dan Konsentrasi Benar. Daya upaya Benar bermakna seseorang harus berupaya keras untuk meninggalkan seluruh pikiran yang salah dan dapat merugikan perkataan, dan perbuatan serta sebaliknya harus berupaya keras untk meningkatkan apa yang baik dan berguna untuk diri mereka sendiri dan orang lain dalam pemikiran mereka, perkataan dan perbuatan, tanpa mengikut-sertakan pemikiran akan kesulitan atau kekhawatiran. Selanjutnya Perhatian Benar diartikan sebagai Kesadaran Benar dengan senantiasa menjaga pikiran-pikiran terhadap fenomena yang mempengaruhi tubuh dan pikiran serta harus waspada dan berhati-hati supaya tidak berprilaku atau berkata-kata yang tidak benar karena kelalaian atau kecerobohan. Sementara itu, Konsentrasi Benar merupakan praktek memusatkan pikiran kepada suatu obyek pikiran hingga mencapai konsentrasi penuh dan masuk kedalam kondisi meditatif (Jhana). Hal ini membantu mengurani kekotoran, merealisasikan dhamma dan pada akhirnya mencapai kesadaran diri. Dengan konsentrasi benar, seorang praktisi pada akhirnya akan membuktikan pandangan benar mereka. Pada proses demikian, pengetahuan benar akan timbul, dan diikuti dengan pembebasan sesungguhnya.
Selanjutnya untuk meningkatkan kebijaksanaan terdapat dua Jalan Ariya yakni melalui Pengertian Benar dan Pikiran Benar. Pengertian Benar sendiri mencakup pengetahuan tentang Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani), Tiga Corak Umum (Tilakkhana), Hukum Sebab-musabab (Paticcasamuppada) dan Hukum Kamma. Pengertian Benar mengakibatkan Pemikiran Benar. Pikiran Benar mempunyai dua tujuan yakni melenyapkan pikiran-pikiran jahat dan mengembangkan pikiran-pikiran baik. Pikiran baik terdiri dari tiga bagian, yaitu Nekkhamma; melepaskan diri dari kesenangan dunia dan sifat mementingkan diri sendiri yang berlawanan dengan kemelekatan, sifat mau menang sendiri, Abyapada; cinta kasih, itikad baik, atau kelemah-lembutan yang berlawanan dengan kebencian, itikad jahat, atau kemarahan serta Avihimsa; tidak kejam atau kasih sayang, yang berlawanan dengan kekejaman atau kebengisan.
Dengan mengikuti 'Jalan' ini,
engkau dapat mengakhiri penderitaan.
Dan jalan ini pula
yang Kutunjukkan setelah Aku mengetahui
bagaimana cara mencabut duri-duri (kekotoran batin).
Engkau sendirilah yang harus berusaha,
para Tathagata hanya menunjukkan 'Jalan'.
Mereka yang tekun bersemadi dan memasuki 'Jalan' ini
akan terbebas dari belenggu Mara. (h)