Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 01 Juni 2025

Leadership Buddha

* Oleh Mina Wongso
- Sabtu, 11 November 2017 23:09 WIB
4.551 view
Leadership Buddha
Walaupun seseorang dapat menaklukkan ribuan musuh dalam ribuan kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri.

Dhammapada, Sahassa Vagga 103

Sebelum ia menjadi Buddha, seorang Siddharta telah dilatih dan dipersiapkan secara seksama oleh ayahnya, Raja Suddhodhana untuk menjadi Raja menggantikan beliau bila saatnya tiba nanti. Alih-alih merasa senang, Beliau malah memutuskan untuk meninggalkan segala bentuk kemewahan duniawi yang telah ia rasakan sejak lahir untuk pergi mengembara mencari jawaban atas kegundahan hatinya melihat fenomena hidup  manusia yang serba tidak pas ini.

Ia belajar dari berbagai guru, melalui bermacam metode dan menjalani berbagai tapa raga yang menyiksa jasmani selama enam tahun,  sampai akhirnya ia menemukan metode meditasi vipassana yang membawanya pada jawaban atas segala gundah gulananya, sekaligus membebaskan dirinya dari dukkha. Ia sepenuhnya tercerahkan. Sejak itu, Buddha menjadi pemimpin sekaligus Guru bagi para pengikutnya  dari berbagai golongan sampai akhir hayatnya.

Memimpin banyak orang, dengan karakter dan status yang berbeda-beda tidaklah mudah. Banyak orang bisa menjadi boss karena memiliki uang untuk membangun perusahaan, atau pendidikan yang cukup untuk menduduki sebuah jabatan bergengsi. Namun ia  gagal dalam mendapatkan cinta dan respek dari bawahan mereka sebab ketidakmampuan untuk menjalani peran yang penuh tanggung jawab tersebut.

Bercermin dari kepemimpinan Buddha, beliau menjabarkan  Dasa Raja Dhamma (Khuddaka Nikaya - Jataka Pali ) sebagai 10 karakter yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin.

1.Dana (Kedermawanan), tidak terikat dengan harta kekayaannya dan ia  murah hati. Kualitas kedermawanan ini sangat penting dan bertolak belakang dengan keserakahan, karena dengan kedermawanan seorang pemimpin akan disenangi oleh pengikutnya.

2.Sila (Moralitas), memiliki sikap, ucapan, perbuatan dan pikiran yang baik sehingga hidupnya sesuai dengan aturan moralitas dan berlandaskan kebaikan dan cinta serta kebijaksanaan.

3.Paricagga (Pengorbanan diri), ia rela  mengorbankan diri demi kesejahteraan rakyatnya. Kualitas ini penting karena apabila seorang pemimpin tidak mempunyai karakteristik ini, berarti ia ada pemimpin yang egois dan akan selalu mementingkan diri sendiri.

4.Ajjava (Integritas, tulus, jujur), jujur pada diri sendiri dan tulus pada  orang lain akan membuat pemimpin dihargai oleh pengikutnya dan dihormati .

5.Maddava (Baik hati, Bertanggung jawab), pemimpin dituntut mempunyai tanggung jawab ekstra serta disiplin sebagai seorang pemimpin. Dengan begitu siapapun akan menghargai dan mengikuti jejak pemimpin tersebut sepenuh hati.

6.Tapa (Sederhana), Ia sederhana, tidak sombong apalagi berlebihan.

7.Akkodha (Tanpa kemarahan, tiada membenci). Pemimpin yang sering marah-marah akan membuat ketakutan pengikutnya sehingga mereka bekerja  tidak akan optimal. Tegas tidak sama dengan marah-marah. Pemimpin juga tidak  menyimpan benci atau rasa tidak senang kepada bawahan maupun  lawannya. Ia mampu memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh bawahan.

8.Avihimsa (Tanpa kekerasan). Telah banyak contoh bahwa kekerasan sama sekali tidak menyelesaikan masalah, namun malah memperbesar masalah serta menimbulkan kebencian dan permusuhan. Pemimpin yang menerapkan Avihimsa akan cinta damai, dan memelihara kekeluargaan dalam lingkungannya. 

9.Khanti (Kesabaran), sabar dalam menghadapi masalah dan rintangan. Mampu tetap tenang dalam hinaan dan celaan. Dan memiliki kebijaksanaan untuk menentukan timing yang tepat dalam mengambil keputusan.

10.Avirodha (Tidak memelihara pertentangan). Ia mampu mengarahkan bawahan pada visi dan misi yang sama. Ia tidak menghalangi kemajuan bawahan, malah mendukung mereka untuk dapat maju.

Dalam Lakhana Jataka, dikisahkan tentang Devadatta yang berhasil membujuk 500 Bhikkhu untuk meninggalkan Buddha. Namun dalam perjalanan nya, mereka menyesal, tapi tidak berani untuk kembali pada Buddha. Buddha dengan kemampuannya, berhasil mengetahui hal ini, dan meminta Sariputta untuk menjumpai mereka, memberikan  khotbah Dhamma dan membawa mereka pulang kembali kepada Buddha.

Kriteria pemimpin ini dapat dipakai bukan hanya oleh kita, sebab sesungguhnya setiap orang merupakan pemimpin, paling tidak bagi dirinya sendiri. Kriteria kepemimpinan ini juga dapat menjadi landasan bagi kita untuk memilih calon pemimpin yang menurut kita pantas.

Rakyat Indonesia sudah kenyang dengan dagelan politik yang muncul setiap kali ada pesta pemilihan pemimpin dimana semua calon berebut menjual visi dan misi yang begitu bagus dan menjanjikan. Kriteria karakter yang tercantum dalam Dasa Raja Dhamma ini dapat menjadi sebuah list untuk memeriksa kelayakan calon pemimpin yang akan kita pilih untuk memimpin kota dan provinsi kita. Harapan kita, terpilih lah calon pemimpin yang dapat membawa provinsi dan kota tercinta ini mengejar ketinggalan dan menyelesaikan masalah yang sudah demikian menumpuk.

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru