Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 27 Agustus 2025

Dapatkan Doa Dikabulkan ?

* Oleh : Upa. Madyamiko Gunarko Hartoyo
- Sabtu, 29 November 2014 16:57 WIB
3.351 view
Manusia-  susah terpuaskan keinginannya, kalau sudah diberi sesuatu, ingin mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi. Dalam hal berdoa juga sama, mula-mula doa minta selamat, sehat saja sudah cukup, tapi pada kesempatan lain doa minta rejeki dan usaha agar maju. Setelah  bisnis sudah maju, doanya ingin memiliki motor, setelah terbeli minta lagi mobil karena belum punya untuk pergi dengan keluarga. Di lain waktu doa minta lagi rumah, sebab rumah masih ngontrak.

Pertanyaan timbul, apakah benar berdoa dapat mengabulkan permintaan kita? Tentunya tidak segampang yang dibayangkan. Jika  doa dapat mengabulkan semua keinginan kita, dijamin dunia ini tidak ada orang miskin.  Kita tidak perlu bersekolah, berkarir, bisnis,  tidak perlu ada rumah sakit, polisi dan rumah makan, hanya dengan berdoa maka segala keinginan akan datang dengan sendirinya. Fakta lain mungkin dapat membuka pikiran kita yakni terkait lumpur Lapindo yang masih tetap menyembur hingga saat ini. Mulai dari awal kejadian hingga saat ini telah ribuan orang, dukun, paranormal  dan tokoh spiritual  yang telah berdoa agar semburan yang telah berlangsung 6 tahun tersebut berhenti. Bahkan doa dengan sesaji makanan, termasuk kambing dan kerbau telah dilempar ke tengah semburan sebagai sesajen, namun segala daya dan doa permintaan tersebut sia-sia.

Banyak kejadian yang menunjukkan alam sebenarnya tidak memihak dan dapat disanjung oleh doa.  Alam tidak memberikan kemurahan khusus apapun atas permintaan doa. Doa hanya terjawab oleh kekuatan pikiran mereka yang berdoa. Analogi doa mungkin dapat disamakan dengan seseorang yang ingin

menyeberang sungai. Jika ia hanya duduk dan berdoa bermohon agar sebuah rakit menghampirinya dan membawanya ke sebrang, maka doanya kemungkinan besar tidak akan terjawab kecuali memang kebetulan ada rakit yang lewat. Sebenarnya ia harus berusaha, mencari balok kayu atau bambu untuk membuat rakit, atau cara lain mencari jembatan, atau barangkali berenang di posisi sungai yang lebih dangkal. Demikian juga, jika seseorang ingin menghadapi kesulitan

kehidupan ini, doa-doa saja tidaklah cukup. Dirinya harus memperbanyak karma baik dengan menjalani kehidupan religius, mengendalikan nafsu keinginannya, menenangkan batinnya, dan dengan menyingkirkan semua ketidakmurnian dan kotoran dalam batinnya. Hanya dengan demikian ia dapat mencapai tujuan akhir. Doa saja tidak akan pernah membawanya ke tujuan akhir.

Dalam prakteknya, Umat Buddha masih banyak yang salah kaprah dalam berdoa. Sang Buddha tak pernah menjanjikan hadiah kepada mereka yang berdoa.

Sang Buddha mencela perbudakan mental seolah hanya dengan berdoa saja bisa mendapatkan keselamatan, kesehatan dan kesuksesan serta hal lainnya.

Umat Buddha yang memuja Sang Buddha secara realistis lebih tepat tidak dikarenakan perasaan takut akan hukuman maupun dengan  harapan untuk memperoleh hadiah-hadiah baik duniawi ataupun spiritual, seperti: harta, karir, pasangan hidup, keturunan, keselamatan, berkah, diampuni dosanya, sorga, atau pamrih apapun. Doa hanyalah merupakan alat pendorong keteguhan hati agar tidak mudah menyerah/ berputus asa, kemudian hasil karma/ perbuatan baik memberikan jawaban  sesuai dengan buah yang dapat dipanen berdasarkan benih yang ditabur.

Terkabulnya doa yang diminta sesungguhnya dikarenakan memiliki sebab pendukung. Tidak lain karena seseorang yang berdoa memiliki tabungan karma baik di masa lalu, atau karena giat berusaha mewujudkan usahanya. Kita tentu menyetujui bahwa yang menjadi penentu terpenuhinya keinginan kita adalah kata "berusaha". Berdoa tanpa berusaha, kemungkinan besar keinginan kita tidak dapat tercapai. Walaupun jelas doa saja tak bisa mengabulkan keinginan kita, namun tak bisa dikatakan doa akan sia sia karena jauh lebih baik daripada hati risau, sedih, pikiran bingung atau perbuatan buruk lainnya.

Sang Buddha menyarankan Umat Buddha mempraktekkan meditasi untuk mencari solusi tantangan kehidupan yang dihadapinya. Meditasi merupakan perjuangan pikiran, latihan untuk pengendalian pikiran, membantu proses mengurangi kekotoran batin sehingga pikiran menjadi tenang serta memperkuat pikiran jernih. Dengan pikiran yang jernih, tentu kita menjadi lebih waspada, bijaksana, dan lebih bisa mengenal kebenaran sehingga pada akhirnya mengubah cara berpikir kita, mengubah pandangan dan tabiat kita menjadi lebih baik. Dengan cara berpikir dan tabiat yang baik tentu membuat tindakan kita menjadi baik sehingga kelak kita akan memetik kebahagiaan, walaupun tidak berdoa, memohon, atau meminta.

Disisi lain, dalam  ajaran Sang Buddha kita juga mengenal Paritta/ Sutra yang mirip dengan doa yang berisi harapan. Paritta merupakan syair suci yang telah dibabarkan oleh Buddha dan para Ariya lainnya, merupakan syair perlindungan bagi mereka yang mempunyai keyakinan pada saat membaca dan memahaminya.Tetapi Paritta/ Sutra tidak dapat disamakan dengan doa, memohon, atau meminta, karena sebetulnya hal tersebut adalah PATTIDANA atau Pelimpahan Jasa. Terkabul atau tidaknya harapan itu tergantung pada karma masing-masing. Bukan tergantung pada belas kasihan suatu makhluk.

Paritta juga dapat bermakna ADITTHANA yakni suatu tekad, untuk mewujudkan harapan itu dengan jalan melaksanakan Dhamma.

Pembacaan paritta dapat memberi manfaat ketika kita membaca dan mengucapkan sesuatu yang baik, dengan demikian kita telah melakukan kamma baik setidaknya melalui pikiran dan ucapan (untuk itu penting bagi seseorang yang membaca dan memahami makna paritta dari terjemahannya) dan dengan membaca paritta berarti kita berupaya untuk memahami apa yang sebelumnya kurang kita pahami. (r)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru